Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tengah Malam

image-profil

Oleh

image-gnews
Tiga cahaya putih terpantau terbang di atas langit Kota Greater Manchester, Inggris, pada Senin malam, 15 Oktober 2018. Mirror
Tiga cahaya putih terpantau terbang di atas langit Kota Greater Manchester, Inggris, pada Senin malam, 15 Oktober 2018. Mirror
Iklan

SEKARANG dua menit menjelang tengah malam. Kiamat tak lama lagi. Menurut Doomsday Clock, pada 2018, dunia kian mendekati bencana besar: jarum merapat ke angka 24.00.

Kita tak lagi hidup di tahun 1991. Waktu itu jarum jam simbolik itu"yang dikelola pengurus Bulletin of the Atomic Scientists sejak 1947"berada pada menit ke-17 sebelum “tengah malam”. Cukup jauh. Waktu itu manusia merasa terlepas dari bahaya kehancuran bersama oleh perang nuklir. Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara yang daya destruktifnya bisa meluluhlantakkan bumi dan manusia, akhirnya bersepakat mau menanggalkan senjata pamungkas itu.

Tapi kini keadaan berbalik. Dalam edisi Januari 2018, Bulletin of the Atomic Scientists mengumumkan, kita sedang kembali mendekati “tengah malam” yang mengerikan.

Generasi yang lahir setelah 1960-an tak bisa membayangkan rasa ngeri itu. Sejak bom atom dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima pada 1945, orang tahu bahwa senjata nuklir"berpuluh kali lebih ganas ketimbang dua bom yang mengalahkan Jepang itu"akan menghabisi Homo sapiens. Tapi yang menakutkan bukan hanya ledakannya yang membunuh ratusan juta, tapi juga yang menyusul: radiasi nuklir akan menyebar.

Film terkenal On the Beach (1959) menggambarkannya dengan muram. Alkisah, Perang Dunia III telah menghabisi sebagian besar bumi. Hanya di Australia sisa-sisa manusia mencoba saling menopang. Tapi pengharapan punah. Pemerintah membagikan pil bunuh diri agar penduduk bisa mati cepat, lebih baik ketimbang menderita sakit terkena radiasi yang merusak pelan-pelan.

Baca Juga:

“Siapa yang akan menyangka manusia begitu bodoh hingga meledakkan diri lenyap dari bumi?” kata John Osborne, tokoh ilmuwan dalam On the Beach.

Tapi kini bukan karena bodoh manusia menggerakkan kiamat. Bulletin of the Atomic Scientists memuat satu statemen bertanggal 25 Januari 2018. Para ilmuwan memperingatkan tiga hal yang menyeret manusia ke “tengah malam”. Pertama: perang nuklir yang ternyata tetap bisa meledak. Kedua: perubahan iklim. Ketiga: perkembangan teknologi yang tak terkendali.

Dalam ketiga hal itu, manusia tak bodoh. Ia serakah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama: perang nuklir. Bukan mustahil perang gila itu akan pecah antara India dan Pakistan. Kedua negeri itu berkali-kali menunjukkan bagaimana fanatisme agama berarti pembunuhan. Fanatisme: bentuk lain keserakahan"rakus ingin jadi pemegang monopoli kebenaran. Dalam keadaan demikian, siapa menjamin tak akan ada pemimpin Hindu atau Islam di sana yang tak akan menekan tombol nuklir, untuk menghabisi musuh dan masuk surga?

Kedua: perubahan iklim. Kita tahu ceritanya, bahkan tanpa menonton film An Inconvenient Truth. Kita tahu apa yang terjadi bila hutan ditebang, lahan hijau didesak, gunung dan lembah ditambang, sungai dan laut jadi tempat sampah. Orang makin berlomba melontarkan belerang dioksida (SO2) ke angkasa dari mobil dan sepeda motor yang makin bejibun. Lapisan ozon rusak, matahari seakan-akan langsung membakar; bumi kian terik. Menurut International Panel of Climate Change, kini udara lebih panas 1 derajat Celsius ketimbang 160 tahun yang lalu, dan itu sudah cukup membuat gunung es meleleh, permukaan laut naik, banjir makin melanda, dan kekeringan lebih sering. Angka 1 derajat itu akan segera naik. SO2 adalah indeks keserakahan kita, jalan pasti ke kiamat kita.

Bisa dilihat, keserakahan bukan cuma berlebihan mengkonsumsi dan memiliki. Keserakahan adalah sikap tak peduli efek buruk kelebihan konsumsi kita bagi orang lain. “Dunia cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap orang, tapi tak akan cukup buat memenuhi kerakusan tiap orang,” kata Mahatma Gandhi, memperingatkan. Pada 1972 sebuah telaah The Club of Rome diterbitkan. The Limits to Growth menunjukkan terbatasnya sumber kehidupan bagi pertumbuhan ekonomi dunia dan malapetaka yang menanti.

Semua itu kini mungkin akan dicemooh Donald Trump. Orang Amerika, apa boleh buat, memilih seorang presiden yang menolak kesepakatan dunia untuk merawat lingkungan. Baginya, yang penting adalah “to make America great again”. Trump mengejek “nyanyian palsu globalisme”. Kejayaan Amerika (dan dirinya) itu bukan sekadar narsisisme, tapi juga sikap rakus yang merusak tatanan dunia.

Ketiga: teknologi. Mungkin ini bagian utama keserakahan modern. Heidegger, yang menganggap teknologi tidak identik dengan mesin, menunjukkan yang lebih mendasar pada manusia. Teknologi modern, kata Heidegger, mengungkapkan dunia dalam sikap menantang maju, Herausfordern. Alam ditaklukkan dan dijadikan cadangan untuk dipakai kapan saja manusia ingin.

Kiamat mungkin dimulai dari sana: rakus, cemas, jemawa. Ketika ditanya bagaimana manusia bisa bebas dari arah yang salah itu, Heidegger menjawab: hanya dewa-dewa yang bisa menolong.

Itu suara yang fatalistis. Tapi mungkin kita memang butuh sejenis dewa di bumi. Bukan yang mahakuasa, tapi yang berbisik: ada sesuatu yang lebih kuat ketimbang harapan"entah apa, yang membuat kita bisa ingat sesama.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

20 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


22 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

28 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

32 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

47 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

48 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.