Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bencana

image-profil

Oleh

image-gnews
Ilustrasi gempa bumi. ANTARA FOTO
Ilustrasi gempa bumi. ANTARA FOTO
Iklan

Lisbon hancur lebur. Hampir sepertiga penduduk ibu kota Portugal itu tewas. Orang-orang beragama pun bertanya: Tuhan, mengapa bencana?

Tanggal 1 November 1755. Penduduk sedang menghormati para santo di Hari Arwah, dan mereka berjemaah di gereja-gereja, ketika mendadak gempa mengguncang.

Lepas pukul 9 pagi, perabot di rumah-rumah bergetar, dan dengan segera debu dan puing bertaburan di mana-mana. Bangunan-bangunan ambrol. Dalam tempo enam menit, 30 gereja, termasuk lima katedral besar di kota Katolik itu, roboh. Ribuan anggota jemaat yang sedang mengikuti misa tertimpa reruntuhan: ribuan tewas.

Beberapa puluh lelaki mencoba menyelamatkan diri dengan meloncat ke kapal yang berlabuh di Teluk Oeiras. Beberapa puluh yang lain mencoba menaiki perahu-perahu yang tertambat di Sungai Tagus. Tapi sesuatu menyusul. ­Laut datang!­ terdengar pekik.

Tiba-tiba gulungan ombak setinggi enam meter menggodam kota pantai itu dengan ganas: tsunami, sebuah malapetaka gigantis yang waktu itu belum punya nama.

Baca Juga:

Tiga kali hantaman laut itu berulang. Ketika kemudian air tenang, ribuan bangkai tampak terapung, tersangkut, rusak, membusuk.

Tak lama kemudian bumi tak gempa lagi. Tapi segera datang malapetaka lain: kota terbakar. Kandil-kandil yang dinyalakan di pelbagai tempat di Hari Arwah itu terbuncang ke pelbagai sudut karena bumi bergejolak. Nyala bertebar, menjalar. Lisbon dimakan api selama lima hari.

Sekitar 60 ribu penduduk tewas: jumlah yang menakutkan buat kota yang hanya berpenghuni 270 ribu orang. Sekitar 80 persen bangunan Lisbonsalah satu permata Eropajadi puing.

Di luar dan di dalam rumah ibadat, orang di abad ke-18 itu pun bertanya: ­Tuhan, mengapa bencana?­

­Ketahuilah, wahai Lisbon, bahwa yang menghancurkan rumah, istana, gereja, dan biara kita, yang jadi sebab kematian yang membinasakan begitu banyak orang… adalah dosamu yang menjijikkan.­

Itu bukan jawaban Tuhan, tapi khotbah Malagrida, seorang padri Jesuit yang amat berpengaruh di Kerajaan Portugal.

Selalu demikian rupanya: bencana dianggap hukuman; manusia cacat; Tuhan adalah sebab; Tuhan tak dapat digugat.

Tapi dosa siapa yang dimaksudkan sang padri?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Entah. Sebuah khotbah dibangun sebagai retorika, bukan naskah hukum. Ia tak mengungkapkan sesuatu yang spesifik. Ia tak berniat punya sasaran yang persis. Yang penting para pendengarnya gentar, terharu, atau tergugah.

Malagrida ingin menyebarkan perasaan dosa kolektif, agar manusia yang buruk bertobat dan yang baik bertambah baik. Tapi dengan demikian Tuhan yang dicitrakannya adalah Tuhan yang tak peduli detail, buta akan nuansa, dan cuek akan perkecualian. Semua dirampat-papandengan akibat Tuhan tampak bukan yang mahakuasa, bukan pula yang adil.

Tapi juga bukan Tuhan yang kacau. Tuhan itu digambarkan sebagai yang mahapandai mengatur alam semesta. Desainnya tak adil, tapi rapi dan rampung. Malapetaka terjadi bukan secara acak, melainkan sudah ada dalam kalkulasi Langit.

Pandangan ini bukan cuma pandangan seorang rohaniwan (juga bukan cuma rohaniwan Katolik), tapi juga filosof dan orang awam sejak zaman kuno. Tuhan, bagi mereka ini, selalu punya alasan. Bagi Leibniz, misalnya. Pemikir kelahiran Jerman di abad ke-17 inisebelum bencana di Lisbonyakin akan adanya ­alasan yang cukup­ untuk apa pun: bencana, durjana, kepedihan, kebahagiaan. Alasan itu buat ke-­baik­-an. Yang diciptakan Tuhan, menurut Leibniz, adalah yang terbaik dari semua dunia yang mungkin ada.

Pada Leibniz, teguh sekali pandangan positif kepada Tuhan. Ada optimisme terhadap hidupsetidaknya sampai Lisbon remuk redam. Tsunami kemudian mengguncang bukan saja kehidupan orang Portugis, tapi juga filsafat dan iman orang Eropa.

Pada 1756, Voltaire di Prancis menulis sebuah sajak panjang yang sebenarnya tak puitis, tapi tajam, berkenaan dengan malapetaka Lisbon. Poème sur le désastre de Lisbonne menembak optimisme ala Leibniz:

Leibniz tak menunjukkan kepadaku,
di semesta yang konon terbagus ini,
benarkah ada alasan yang tak terlihat
hingga keadaan kacau tak kunjung berhenti...
...dan yang tak berdosa menanggung malang.
Seperti mereka yang tak berdosa...

Cemooh terhadap iman bahwa Tuhan membuat segala hal akan jadi baik, serangan kepada optimisme otomatis itu, dilanjutkan Voltaire dalam novel pendeknya yang termasyhur, Candide. Dalam cerita yang kocak ini definisi optimisme adalah ­mania untuk mengatakan bahwa semua beres ketika [kita] sebenarnya ada di neraka­.

Seperti khotbah Malagrida, pandangan Voltaire yang sinis tentang optimisme adalah sebuah polemik. Polemik adalah perang, dan perang hanya kenal hitam atau putih. Tapi setidaknya perang Voltaire membuat kita berpikir: jangan-jangan memang sejarah alam dan manusia tak punya desain apa pun. Kita tak akan tahu kenapa di Lombok dan Palu dan Donggala malapetaka itu begitu dahsyat. Jangan-jangan hidup terlontar seperti dadu.

Tapi ajaib: kita tak jadi gila.

Mungkin karena ada sesama dan harapan, ada uluran tangan dan senyum yang sederhana

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

15 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


17 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

23 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

27 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

42 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

43 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.