Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Goro-goro

image-profil

Oleh

image-gnews
Perajin membuat Wuwungan rumah di kawasan Weru, Karangtengah, Sukoharjo, Jawa Tengah, 9 Maret. Wuwungan bermotif tokoh pewayangan yang terbuat dari Galvalum dan dipasang di atas genting-genting rumah tersebut dijual dari harga 1,5 hingga 7 juta rupiah. TEMPO/Bram Selo Agung
Perajin membuat Wuwungan rumah di kawasan Weru, Karangtengah, Sukoharjo, Jawa Tengah, 9 Maret. Wuwungan bermotif tokoh pewayangan yang terbuat dari Galvalum dan dipasang di atas genting-genting rumah tersebut dijual dari harga 1,5 hingga 7 juta rupiah. TEMPO/Bram Selo Agung
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Anda pernah menonton pentas wayang kulit Jawa? Ah ngaku saja kalau tidak pernah. Atau pernah tapi cuma menonton adegan goro-goro tatkala Semar bersama tiga putranya, Bagong, Gareng, dan Petruk muncul di kelir. Hanya pentas wayang kulit Jawa ada adegan goro-goro, wayang kulit daerah lain tidak ada.

Goro-goro bisa dijadikan selingan oleh Ki Dalang agar penonton tidak bosan dengan sabetan atau kata-kata bijak dari para kesatria dan dewa-dewa. Goro-goro mewakili bahasa rakyat, para punakawan itu kritik sana kritik sini, bisa mengundang penyanyi dangdut atau pelawak sungguhan ke pentas wayang kulit. Ini saat jeda tapi ini yang hiruk pikuk. Berikut saya beri contoh bagaimana dialog keempat punakawan wayang kulit khas Jawa ini saat goro-goro.

Bagong: Aku ya heran saja, kenapa Ratna Sarumpaet langsung minta maaf dan mengakui kebohongannya begitu polisi mengumumkan temuannya yang secara jelas dan gamblang membuktikan penganiayaan itu hoax.

Gareng: Itu karena skenarionya terlalu dangkal. Ratna menyebut dianiaya di sekitar bandara Bandung, dipukuli tiga lelaki di taksi, diinjak-injak perutnya, dibuang ke jalan, lalu babak belur naik taksi menuju rumah sakit di Ciawi. Bandung itu kan ramai, masak tak ada orang lihat dan ribut-ribut. Rumah sakit ya bisa dicek polisi, benar apa tidak. Hape yang digunakan juga bisa dilacak polisi, ternyata tak ada sinyal Bandung. Lagi pula kok Ratna gak melapor ke polisi, aneh bin ajaib, gitu lo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Petruk: Reng, sampeyan mau bilang awalnya kebohongan ini disengaja untuk maksud-maksud tertentu dan sudah by design, weleh..weleh.. aku nginggris...

Gareng: Yalah Truk... Kan penganiayaan itu sudah diberi tahu ke Prabowo, ke Fadli, bahkan pipi Ratna sudah diperiksa dokter Hanum Rais, anaknya Amin Rais. Mereka ini kemudian menyebarkan ke wartawan dengan tambahan opini yang menggebu. Media pun ramai menulis. Orang pada yakin itu penganiayaan kelas berat. Tokoh seperti Fahri Hamzah, Rizal Ramli, Benny K. Harman, dan banyak lagi, dapat amunisi menyerang pemerintah sebagai tak becus menjaga warganya. Bahkan diduga pemerintahlah yang berada di belakang preman itu. Andai skenarionya sedikit rapi, bilang kek dianiaya di Depok, mungkin polisi tak begitu cepat menangkap pengibulan ini.

Bagong: Aku ya tetap heran, kok tiba-tiba kemudian diakui itu bohong? Kan konco-konconya jadi ketahuan seolah-olah dungu, eh, maksudku gak punya nalar. Kenapa gak tetap saja bohong? Misalnya, bilang waktu ke Bandung tak bawa hape, mau ke rumah sakit dokternya tak ada, maka balik ke Jakarta dan hanya operasi plastik yang menyelamatkan lebam wajah itu.

Semar: Ngomongin opo toh? Ora wis-wis bocah iki rek... Gusti Allah mboten sare. Semua ini pekerjaan Semesta Maha Agung. Ambil hikmahnya. Siapa tahu Jeng Ratna itu memang dikirim Hyang Semesta untuk menelanjangi para politikus yang haus kuasa dengan segala cara. Dia pemain drama dari muda, ya, sudah biasa melakoni diri sebagai korban. Hikmahnya adalah para politikus yang kini tergerus integritasnya dan harusnya malu untuk tampil di depan umum, bisa introspeksi diri. Dibanding balik menyerang Ratna, mbok ya berhenti main politik dengan cara memusuhi lawan pakai caci maki, menuduh ini-itu. Berpolitiklah yang santun dengan menjadikan lawan politik sebagai partner. Wong politik itu dasarnya adu ide dan gagasan untuk membangun negeri yang sama-sama milik kita. Sudahlah, akhiri di sini. Ayo Bagong, Gareng, Petruk buka kantong celanamu, urunan duit, kita sumbangkan ke Palu. Yuk anak-anakku...

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.