Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ulama

image-profil

Oleh

image-gnews
Calon Presiden RI Prabowo Subianto (tengah), saat konferensi pers Sidang Pleno Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional II di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Minggu, 16 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
Calon Presiden RI Prabowo Subianto (tengah), saat konferensi pers Sidang Pleno Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional II di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Minggu, 16 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
Iklan

Dari mana datangnya ulama?

Di abad ke-11, di Bagdad, ceritanya bisa dimulai dari riwayat Al-Ghazali, orang alim yang utama itu, yang tak datang tiba-tiba, yang bermula daridan bersamakeraguan yang akut, pertanyaan yang tajam, pergulatan batin yang intens.

Sejak usianya belum 20 tahun, tulis Al-Ghazali dalam Al-Munqidh min al-Dalal, ia tak pernah berhenti "menenggelamkan diri dalam pertanyaan-pertanyaan yang rumit” tentang pelbagai perkara keyakinan. Persoalannya mendasar: bisakah manusia beroleh kebenaran yang pasti? Adakah manusia yang tak bisa salah?

Di abad ke-11 itu, pertanyaan itu bukan sekadar soal filsafat. Politik, iman, dan kehidupan batin mendorongnya mencari jawab.

Terutama ini berlangsung semasa Al-Ghazali menjabat Rektor Madrasah Nizamiyyahjabatan yang prestisius, yang mendekatkannya kepada kekuasaan.

Baca Juga:

Di masa itu, Khalifah Abbasiyah di Bagdad sengit berebut pengaruh dengan dinasti Fatimiyyah yang berpusat di Kairosalah satu bagian dari konflik panjang Sunni vs Syiah. Di masa ini pula muncul para assassin, pasukan pembunuh yang digerakkan Hassan as-Sabbah, tokoh Syiah Ismailiah yang legendaris dari benteng Alamut.

Hassan tak bisa dikalahkan. Kekhalifahan Abbasiyah memang lemah sejak abad ke-9. Berangsur-angsur para khalif berada dalam proteksi sultan-sultan Seljuk. Kasta militer keturunan Turki inilah yang mengendalikan tentara, birokrasi, dan dana. Dengan kata lain, sultan memiliki shawkah, kekuatanpemegang kekuasaan de factosementara khalif hanya bertopang pada karisma yang tumbuh melalui ajaran, sejarah, dan tradisi.

Tapi tatanan itu tak bisa awet. Elite politik Seljuk tak punya sistem ataupun tradisi mengelola pergantian kekuasaan tanpa bentrokan. Takhta ditentukan kekuatan.

Demikianlah di masa Al-Ghazali, perang saudara di antara bangsawan Seljuk meletus. Struktur politik terancam. Lembaga kesultanan tak terjamin masa depannya. Tak mengherankan bila dalam pikiran Al-Ghazali tumbuh gagasan untuk memperkuat posisi khalifah.

Apalagi, dalam dualisme kekuasaan itu, ketegangan tak bisa dielakkan. Sultan Malik Sah, misalnya, berusaha membuat dinasti Seljuk juga punya hak kekhalifahan. Ia gagal. Ia mangkat sebelum itu terlaksana.

Dua tahun kemudian, di awal 1094, khalif yang bertakhta, Al-Muqtadí, juga wafat. Anaknya yang baru berumur 16 tahun, Al-Mustazhir, menggantikannya. Ia di atas takhta selama 24 tahuntapi dalam keadaan yang guyah. Ia, seperti ayahnya, tak punya bobot politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi Al-Mustazhir tampak ingin menunjukkan ia punya kehendak sendiri: begitu ia naik takhta, dititahkannya wilayah pasar raya Bagdad yang megahyang dulu dibangun seorang sultan Seljukdibongkar. Juga masjid jami yang ada di sana. Al-Mustazhir ingin mendirikan sebuah tembok dengan dihiasi namanya.

Bukan hanya itu keinginannya. Baru setahun jadi khalif, ia perintahkan Al-Ghazali menulis sebuah risalah. Dari sinilah Kitab al-Mustazhirí terbit. Salah satu babnya berjudul "Pengukuhan hukum bahwa Imam yang diisi Kebenaran yang wajib dipatuhi semua orang adalah Al-Mustazhir”. Di pelbagai bagiankadang dengan logika yang dipaksakankitab ini mengulang pengukuhan itu.

Tapi tokoh utamanya sebetulnya bukan Al-Mustazhir. Seperti diuraikan Farouk Mitha dalam Al-Ghazali and the Ismailis: A Debate on Reason and Authority in Medieval Islam, buku ini tentang Al-Ghazali: persisnya, pergulatan pikirannya menghadapi kaum Ismailiah dalam soal otoritas dan kebenaran.

Bagi kaum Ismailiah, setelah Nabi tak ada lagi, umatyang bisa sesatperlu dibimbing seorang imam yang tak mungkin salah. Akal manusia lemah. Hassan as-Sabbah mengajarkan prinsip ta’lim (dari kata alima, "mengetahui”), pengetahuan otoritatif tentang kebenaran yang wajib diikuti.

Al-Ghazali mengakui perlunya imam: ia menganggap Khalif al-Mustazhir adalah contoh imam yang dibutuhkan umat. Tapi bagaimana menentukan imam yang tak bisa salah? Al-Ghazali menolak prinsip ta’lim dan menegaskan peran nalar dan ikhtiar. Dan agar tak bertumpu pada orang seorang, ia menyebut perlunya konsensus, ijma’, dari para ulama.

Tapi ada yang belum terjawab. Siapa yang berhak disebut ulama? Bagaimana konsensus tercapai dalam kelompok yang tak terbatas? Al-Azmeh, dalam Arabic Thought and Islamic Societies, menyebutmungkin sedikit kontroversialkaum ulama sebagai "lapisan imajiner’, "imaginary class”. Kebersamaan yang dibayangkan, atau sebenarnya diharapkan, adalah "kolektivitas utopis”.

Mitha mengemukakannya dengan cara lain: peran ulama bukan peran yang sudah ada formulanya. Sejarah politik dalam hidup Al-Ghazali menunjukkan, "Para ulama sendiri bersengketa dalam proses merumuskan dan menghalalkan status mereka.” Proses itu tak pernah lempang.

Tampaknya, ke-ulama-an baru punya gema justru dalam kerendahhatian. Tak lama setelah menulis Kitab al-Mustazhirí, Al-Ghazali meninggalkan Bagdad. Ia menjauh dari kekuasaan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.