Kita perlu angkat topi terhadap para atlet Indonesia yang telah berjaya di arena Asian Games XVIII Jakarta dan Palembang. Hingga kemarin sore, mereka telah mengoleksi 24 medali emas, perolehan yang jauh melampaui target 16 medali emas yang dipatok pemerintah.
Medali emas ke-24 diraih oleh pasangan Marcus Gideon-Kevin Sanjaya dari nomor bulu tangkis ganda putra setelah mengalahkan rekannya sesama Indonesia, Fajar Alfian-Muhammad Rian Ardianto. Sebelumnya, di nomor tunggal putra, Jonatan Christie juga menyabet emas dengan menaklukkan pemain Taiwan, Chou Tien Chen.
Untuk sementara, Indonesia bertengger di peringkat ke-4 klasemen Asian Games. Perolehan medali emas atlet kita merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah. Saat menjadi tuan rumah Asian Games pada 1962, Indonesia mengumpulkan 11 medali emas dan menduduki peringkat ke-2 Asia. Setengah abad lebih prestasi Indonesia terpuruk, dan baru sekarang bangkit kembali.
Kita mesti memanfaatkan momentum ini untuk memajukan olahraga. Antusiasme masyarakat dalam mendukung para atlet merupakan sinyal positif untuk mengembangkan industri olahraga di negara kita. Prestasi Asian Games juga merupakan modal penting untuk menghadapi Olimpiade Tokyo 2020.
Harus diakui, sumbangan medali emas terbanyak pada Asian Games 2018 diperoleh dari cabang olahraga non-Olimpiade seperti pencak silat, yang menyapu delapan medali emas. Tapi prestasi cabang olahraga Olimpiade pun lumayan baik. Selain dari bulu tangkis, Indonesia mendapat medali emas dari angkat besi, taekwondo, dan tenis lapangan.
Cabang olahraga baru, seperti panjat tebing, juga menorehkan prestasi bagus dengan menyumbangkan tiga medali emas. Atlet Aries Susanti Rahayu meraih emas di nomor perorangan putri setelah mengalahkan rekannya, Pudji Lestari. Dua medali emas lainnya diperoleh dari nomor beregu putra dan putri. Indonesia mesti menjaga dan meningkatkan prestasi ini karena panjat tebing akan dipertandingkan dalam Olimpiade 2020 untuk pertama kalinya.
Kita juga harus serius membina cabang lain yang masih minim prestasi. Misalnya olahraga akuatik, yang terdiri atas renang, loncat indah, dan polo air. Cina dan Jepang mampu mendapatkan 19 emas dari renang saja di Asian Games ini. Bayangkan bila Indonesia juga ikut digdaya di cabang olahraga yang cukup bergengsi ini.
Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan agar bisa berprestasi di tingkat dunia. Dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016, kita cuma mendapat emas dari ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Sejak Olimpiade Barcelona 1992, memang hanya bulu tangkis yang menyumbangkan emas.
Cabang olahraga lainnya bukan tidak mungkin menyumbangkan emas dalam Olimpiade jika kita serius melatih dan menyiapkan para atlet. Prestasi yang gemilang di Asian Games menjadi modal besar untuk berjaya di level dunia.