Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sarengat dan Gemerlap Asian Games

Oleh

image-gnews
Purnomo dan Inspirasi dari Sarengat
Purnomo dan Inspirasi dari Sarengat
Iklan

TATAPAN mata publik Asia kini tertuju pada Asian Games XVIII, yang digelar di Jakarta dan Palembang. Walau harus mengerahkan segala daya dan biaya, kita boleh bangga karena sanggup mengadakan perhelatan bergengsi ini. Hanya, jerih payah sebagai tuan rumah akan sia-sia jika Indonesia tak mampu mengukir prestasi atau setidaknya menjadikannya momentum kebangkitan olahraga di negeri ini.

Prestasi yang berupa perolehan medali emas amat penting karena akan dikenang sepanjang masa. Efek perhelatan Asian Games terhadap kemajuan bangsa bisa pula diperhitungkan. Adapun gebyar pesta olahraga yang menghabiskan dana Rp 40 triliun lebih itu akan mudah dilupakan orang. Kemegahan acara pembukaan Asian Games yang diikuti 45 national Olympic committee itu hanya bisa dinikmati sesaat. Alunan lagu Meraih Bintang yang didendangkan Via Vallen pun akan menghilang begitu pesta usai.

Kita mesti memetik pelajaran dari Asian Games IV pada 1962 di Jakarta. Saat itu, Indonesia meraih sukses ganda: berhasil sebagai penyelenggara sekaligus mengukir prestasi tinggi. Kita bertengger sebagai runner-up di bawah Jepang, yang menjadi juara umum. Tapi prestasi gemilang itu tidak langgeng. Di Asian Games V di Bangkok pada 1966, negara kita hanya berada di posisi ke-7. Empat tahun kemudian, pada Asian Games VI di tempat yang sama, posisi kita melorot lagi ke urutan ke-9.

Di Asian Games 1962 yang digelar pada era Presiden Sukarno, Mohamad Sarengat dan kawan-kawan begitu perkasa. Mereka meraih 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Kontingen kita menangguk banyak emas dari bulu tangkis, lari jarak pendek, balap sepeda, dan loncat indah. Nama Sarengat melambung karena ia menjadi manusia tercepat di Asia. Ia meraih medali emas untuk nomor lari 100 meter dan lari gawang 110 meter.

Orang Banyumas, Jawa Tengah, itu cuma butuh waktu 10,5 detik untuk nomor lari 100 meter-rekor yang bertahan hingga 22 tahun. Setelah mengukir prestasi, karier Sarengat pun melejit. Ia berhasil melanjutkan pendidikan hingga menjadi dokter. Sarengat pernah menjadi dokter pribadi Wakil Presiden RI dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sarengat meninggal pada usia 74 tahun pada 2014 dan ia diabadikan sebagai nama stadion di Batang, Jawa Tengah.

Baca Juga:

Prestasi Sarengat dan kawan-kawan belum bisa diulang lagi. Setelah Asian Games 1962, pembinaan olahraga mundur seiring dengan kacaunya kondisi ekonomi-politik negara kita. Tiga tahun setelah menggelar proyek mercusuar itu, rezim Sukarno ambruk. Upaya mencapai kemajuan bangsa dalam segala bidang, termasuk pembinaan olahraga, seolah-olah dimulai dari nol lagi pada awal Orde Baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga kini pun Indonesia masih jauh tertinggal dalam prestasi olahraga. Dalam setiap Asian Games, prestasi rata-rata Indonesia tak lebih dari 8 medali emas. Itu sebabnya target masuk 10 besar dalam Asian Games kali ini terasa muluk. Dengan target ini, para atlet kita harus meraih 16-20 medali emas. Untuk mengejar misi itu, pemerintah memasukkan cabang olahraga non-Olimpiade, seperti bridge, paralayang, dan pencak silat. Kemenangan olahraga tak terukur relatif mudah karena ditentukan oleh juri. Masalahnya, kalau juri terlalu memihak tuan rumah, kita bisa dicemooh negara lain.

Pemerintah semestinya tidak perlu mendongkrak prestasi secara instan. Cabang olahraga Olimpiade harus menjadi prioritas. Kalaupun gagal pada Asian Games 2018, hal ini menjadi bahan evaluasi untuk membenahi sistem pembinaan. Negara kita juga perlu menyiapkan strategi pengembangan olahraga. Tak perlu berambisi mencetak prestasi di semua cabang olahraga. Banyak negara sudah memfokuskan diri pada cabang unggulan yang kompetitif di ajang internasional, terutama Olimpiade.

Pembinaan olahraga, terutama untuk usia sekolah, seharusnya pula menyatu dengan kurikulum pendidikan. Dalam urusan ini, kita pun jauh tertinggal. Para siswa selama ini sulit berlatih karena tiada fasilitas olahraga di sekolah. Jangan heran jika kompetisi antarsekolah pun sulit digalakkan. Hasil survei Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2013 juga menunjukkan bahwa durasi pelajaran olahraga di sekolah menengah kita rata-rata hanya sekitar 85 menit seminggu. Angka ini lebih kecil dibanding Cina dan Jepang, yang di atas 130 menit sepekan.

Pemerintah boleh menggelar Asian Games dengan penuh gegap-gempita. Namun, setelahnya, jangan mengulang kesalahan masa lalu: melupakan pembinaan olahraga. Tanpa pembinaan yang terus-menerus, kita tak mampu melanjutkan prestasi Sarengat dan kawan-kawan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

44 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.