Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Herakleitos

image-profil

Oleh

image-gnews
Gerhana bulan total yang terlihat di atas kuil kuno Poseidon di Tanjung Sounio, sekitar 65 kilometer (40 mil) selatan Athena, Yunani, Jumat, 27 Juli 2018. Gerhana yang juga disebut blood moon ini akan terjadi selama 107 menit. (AP Photo/Thanassis Stavrakis)
Gerhana bulan total yang terlihat di atas kuil kuno Poseidon di Tanjung Sounio, sekitar 65 kilometer (40 mil) selatan Athena, Yunani, Jumat, 27 Juli 2018. Gerhana yang juga disebut blood moon ini akan terjadi selama 107 menit. (AP Photo/Thanassis Stavrakis)
Iklan

"Selama-lamanya itu berapa lama?" tanya Alice.
Jawab Kelinci Putih: "Kadang-kadang cuma satu detik."

- Lewis Carroll, Alice di Negeri Ajaib

Waktu sebenarnya tak semakin cepat bergerak, tapi semakin cepat menelan banyak hal dan memuntahkan banyak hal. Benda dan perkara yang kemarin masih penting hari ini nyaris terlupakan. Alat, kata, gaya hidup, dan problem baru datang susul-menyusul.

Kita kian lupa telepon di meja rumah kita-kita hampir tak menggunakannya. Kita segera akan menutup kantor kita-kita bisa bekerja di rumah dan mengadakan rapat di tempat yang tak menetap. Kita mungkin tak akan perlu membangun universitas dan perpustakaan-para mahasiswa bisa kuliah dengan Skype atau teknologi serupa dari lokasi yang jauh. Buku, kamus, ensiklopedia, atlas pelan-pelan jadi barang yang tak ditengok lagi. Toko buku, toko baju, restoran Padang atau Manado bisa digantikan dengan pelayanan digital. Beberapa profesi terancam punah. Beberapa keterampilan di bidang medis, hukum, dan arsitektur bisa dikerjakan satu atau sederet mesin "kecerdasan buatan".

Tanpa membaca Future Shock Alvin Toffler yang terbit di tahun 1970, kita kini langsung mengalami tiap saat didorong masuk ke sebuah masa depan-yang sebenarnya masa sejenak yang dihuni hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah kita temui. Kita merasa cepat tua dan ditinggalkan; kita bingung. Jangan-jangan bahkan kebingungan segera akan jadi milik masa lalu. Kita akan pasrah bersama kegagapan kita.

Future Shock telah memulainya, dan kini thema cerita tentang manusia yang dikebut perubahan telah jadi klisé. Dan orang pun mulai berpikir, bagaimana menyiapkan diri dan anak cucu kita, di tengah gelombang Herakleitos ini, ke masa depan.

Tapi masa depan yang seperti apa? "Semua hal bergerak dan tak ada yang tetap," kata Herakleitos sebagaimana dikutip Plato dalam Cratylus. Jika demikian halnya, gambaran kita tentang sebuah masa depan yang harus kita hadapi tak akan bisa jelas. Gambaran itu juga diguyahkan arus perubahan yang mengalir deras, bergejolak, bak sungai dari jeram gunung.

Di tahun 1848, Manifesto Komunis menggambarkan perubahan yang digerakkan kaum pemodal dalam dunia modern; Marx dan Engels menggunakan kiasan yang dramatis: "Segala hal yang padat-pejal meleleh jadi udara." Menyambung Marx dan Engels, Yuval Noah Harari menulis dalam Wired yang akan beredar September/Oktober 2018 bahwa bukan cuma struktur sosial ekonomi yang akan berubah. Kelak juga struktur kognitif kita akan meleleh, terburai ke dalam "gumpalan awan satuan data", a cloud of data bits.

"Tak seorang pun benar-benar dapat memprediksikan apa saja perubahan yang akan kita saksikan," tulis Harari. Seperti dalam Sapiens dan Homo Deus, Harari efektif dalam menyusun kata-katanya: "Jika seseorang menggambarkan kepada kita dunia di tengah abad ke-21 dan gambaran itu mirip sebuah fiksi ilmu, itu mungkin sekali palsu. Tapi juga jika seseorang menggambarkan dunia di tengah abad ke-21 dan tidak mirip sebuah fiksi ilmu, itu pasti palsu."

Memang mirip sebuah fiksi jika kini manusia jadi data yang diotak-atik, bukan subyek sebuah biografi. "Kita hidup dalam era ketika manusia diretas," tulis Harari. Algoritma memantau kita-dan membentuk kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kita diawasi ke mana kita pergi, apa yang kita beli, siapa yang kita temui. Semua langkah kita, semua napas kita, semua detak jantung kita dimonitor.... Dan ketika algoritma-algoritma itu mengetahui diri kita lebih baik ketimbang kita sendiri, mereka akan dapat mengendalikan dan memainkan kita, dan tak banyak yang bisa kita lakukan menghadapi itu."

Tapi tidakkah Harari terlampau waswas?

Ia menyebut banyak pakar pendidikan menganjurkan agar generasi muda tak lagi mengajarkan keterampilan yang sudah ditentukan sebelumnya-memecahkan soal matematika, mengidentifikasi bahan kimia dan persenyawaannya, atau menguasai bahasa asing. Sebab kelak mesin dengan "kecerdasan buatan" akan lebih sanggup mengerjakan itu. "Sebuah aplikasi penerjemahan Google akan membuat kita mampu bercakap dengan fasih dalam bahasa Mandarin, Kanton, atau Hakka, meskipun sebenarnya kita hanya tahu berkata ‘Ni hao’."

Maka para pendidik menganjurkan agar sekolah-sekolah mengajarkan "Empat K"-pemikiran kritis, komunikasi, kerja sama, dan kreativitas. Generasi kini dan yang akan datang perlu kemampuan menemukan dan membentuk diri berkali-kali.

Tapi bagaimana dengan nilai-nilai, yang umumnya tumbuh dari sejarah masa lalu dan jadi khazanah budaya? Bagaimana dengan agama dan hukum-hukumnya? "Empat K" yang menjawab perubahan memang akan bisa mengguyahkan semua itu, sebagian atau semuanya.

Yang akan jadi problem bukanlah rontoknya ajaran nilai-nilai dan hukum agama-yang apa boleh buat akan gampang lapuk di tengah perubahan cepat ini. Yang akan jadi problem adalah sifat universal dari hal-hal yang selama ini merawat kemanusiaan. Jika yang universal dianggap tak berdasar, karena tak ada ruang dan waktu yang menetap, karena yang "selama-lamanya" sama dengan "satu detik", bagaimana sesama manusia akan bisa berbagi apa yang dirasakan adil, benar, indah?

Mungkin manusia akan makin perlu membentuk percakapan yang bebas untuk lepas dari kesalahpahaman yang tak henti-henti. Kita memang tak bisa mengatakan, dengan meminjam frasa sajak Amir Hamzah, "lalu waktu, bukan giliranku". Tapi kita akan bahagia jika kita tetap bisa menikmati puisi, dongeng, mengapresiasi kearifan, yang datang dari pelbagai waktu, yang bisa disegarkan lagi.

Sebab kita tak akan bisa, dalam guncangan perubahan, berpegang pada doktrin. Doktrin, apalagi dogma-yang membeku dan tak kita sadari betapa mandeknya-adalah lingkaran setan kebingungan kita.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

2 hari lalu

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Mengenal Terowongan Silaturahmi Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Didatangi Paus Fransiskus

Terowongan silaturahmi yang dikunjungi Paus Fransiskus bukan sekadar untuk penyeberangan, melainkan juga simbol toleransi antarumat beragama


Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

9 hari lalu

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Selain Gratiskan Tiket, Benteng Vredeburg Yogyakarta Sediakan Layanan Antar Jemput Kelompok Rentan

Kelompok rentan disabilitas, lanjut usia, juga ibu hamil bisa menikmati layanan antar-jemput Benteng Vredeburg Yogyakarta mulai awal Agustus 2024


Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

10 hari lalu

Mead Lake, Nevada-Arizona, Amerika Serikat (visitarizona.com)
Ubah Formasi Batuan Berusia 140 Juta Tahun, Dua Pria Nevada AS Dituntut 10 Tahun Penjara

Kedua pria tersebut mendorong bongkahan formasi batuan kuno ke tepi tebing dekat Redstone Dunes Trail di Area Rekreasi Nasional Danau Mead Nevada.


Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

11 hari lalu

Sejumlah pencari kerja mengunjungi pameran bursa kerja Jakarta Job Fair 2024 di Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Mei 2024. Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Sudin Nakertransgi) Jakarta Pusat menggelar Jakarta Job Fair yang diikuti oleh 40 perusahaan selama dua hari pada 28-29 Mei 2024. Dok. Pemprov DKI Jakarta
Strategi Pj. Gubernur Heru Menekan Pengangguran di Jakarta

Warga yang mencari lowongan kerja atau pelatihan meningkatkan keahlian dapat melihat informasi di laman milik dinas yang mengurusi ketenagakerjaan.


PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

13 hari lalu

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menghadiri Muktamar PKB di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali pada Sabtu, 24 Agustus 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
PDIP Berpeluang Usung Anies Maju di Pilkada Jakarta, Cak Imin: Semoga Lancar

Cak Imin merespon peluang pencalonan Anies oleh PDIP untuk Pilkada Jakarta.


26 hari lalu


BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

28 hari lalu

BPOM Sebut Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA

elaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ema Setyawati mengatakan mayoritas kemasan galon air minum yang digunakan masyarakat memiliki potensi terkontaminasi senyawa kimia Bisfenol A atau BPA.


Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

38 hari lalu

Terpidana kasus pembunuhan Vina Cirebon Saka Tatal menjalani sidang Peninjauan Kembali (PK) di Pengadilan Negeri Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu 24 Juli 2024. Saka Tatal yang telah bebas murni setelah menjalani hukuman 3 tahun 8 bulan itu mengajukan PK untuk memulihkan nama baiknya karena merasa tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky pada tahun 2016. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Cabut Seluruh Keterangan di Kasus Vina, Liga Akbar: Banyak Orang Baik Dukung Saya, Dulu Tidak Ada yang Percaya

Dalam sidang PK Saka Tatal, Liga Akbar mencabut seluruh BAP yang ia berikan dalam kasus Vina Cirebon. Merasa lebih tenang.


Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

40 hari lalu

Pesawat N250 karya Presiden RI ketiga, BJ Habibie saat menjabat sebagai Menristek dan Dirut IPTN di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Rabu, 11 September 2019. Pesawat N250 adalah karya monumentalnya yang menerapkan teknologi kendali otomatis fly by wire pertama di dunia. TEMPO/Prima Mulia
Resensi Buku: Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional

Sebagai sebuah pembahasan, buku ini berusaha menganalisis faktor-faktor yang memiliki pengaruh dalam kebijakan pengembangan industri pesawat terbang nasional.


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

52 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)