Pemerintah DKI Jakarta sudah tak punya waktu untuk membersihkan Kali Sentiong di Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebelum perhelatan Asian Games dimulai pada awal Agustus nanti. Pekerjaan besar mengeruk, menjernihkan, dan menghilangkan bau busuk dari sungai yang melintas di depan permukiman atlet di Wisma Kemayoran itu jelas tak akan selesai sebelum Ibu Kota kedatangan tamu-tamu istimewa dari mancanegara.
Karena itu, perdebatan soal langkah Gubernur Anies Baswedan memasang jaring hitam untuk menutup sungai yang, lantaran saking kotornya, lebih dikenal dengan nama "Kali Item" ini juga tak banyak gunanya. Lepas dari pro dan kontra di media, apa pun yang bisa dilakukan untuk mengurangi aroma tak sedap dari kali itu harus dicoba demi kenyamanan para atlet Asian Games setelah bertanding membela negaranya.
Mau tak mau, mengingat waktu yang kian pendek, solusi temporer memang harus diupayakan. Kita berharap pemasangan nano bubble dan aerator untuk menyaring air kotor di Kali Sentiong juga bisa mengurangi kejorokan sungai itu.
Keterlambatan pemerintah mengantisipasi kotornya Kali Sentiong, yang apesnya melintas persis di sebelah Wisma Atlet Kemayoran, tentu tetap harus dikritik. Kondisi ini lagi-lagi mencerminkan ketaksiapan pemerintah Jakarta menyambut pesta olahraga akbar se-Asia yang akan dibuka kurang dari sebulan lagi.
Apalagi kondisi suram Kali Item bukan satu-satunya persoalan. Sebelumnya, kita tahu, trotoar di jalan protokol Sudirman-Thamrin juga masih amburadul serta bendera-bendera negara peserta Asian Games dikibarkan di batang-batang bambu yang terkesan seadanya.
Ke depan, Gubernur Anies harus mencari solusi jangka panjang untuk membersihkan semua sungai di Jakarta. Pasalnya, tantangan dalam pembersihan sungai bukan main-main. Survei Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada Maret-April lalu menemukan konsentrasi bakteri E. coli yang sangat tinggi pada 20 sungai di Jakarta. Di Sungai Mookervart-yang menghubungkan Kali Angke dengan Sungai Cisadane di Tangerang-misalnya, ditemukan kandungan E. coli jauh di atas standar yang diizinkan pemerintah.
Limbah detergen juga memperburuk polusi sungai. Air di Kali Buaran saja mengandung methylene blue active substance (MBAS) sebesar 11.550 mikrogram per liter, lagi-lagi jauh di atas ambang baku mutu air yang sehat. Kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun tanpa solusi yang memadai.
Pembersihan sungai di Jakarta juga harus melibatkan masyarakat. Survei Japan International Cooperation Agency beberapa tahun lalu menemukan bahwa penyumbang limbah sungai terbesar di Jakarta adalah rumah tangga. Itulah sebabnya instalasi penanganan limbah cair yang terpadu amat mendesak dibangun di Ibu Kota.
Publik menanti langkah nyata Gubernur Anies Baswedan menangani masalah kebersihan sungai ini. Lepas dari hiruk-pikuknya di media sosial, polemik jaring hitam di atas Kali Item mengirim pesan bahwa warga benar-benar merindukan sungai-sungai di Jakarta bersih, jernih, dan tak berbau busuk. Tentu bukan hanya selama Asian Games, melainkan untuk seterusnya, demi kenyamanan bersama warga Ibu Kota.