Aksi brutal pendukung klub Sriwijaya FC merusak Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, sama sekali tak dapat diterima. Stadion sepak bola tersebut baru selesai direnovasi untuk dijadikan salah satu venue Asian Games 2018, yang berlangsung mulai 18 Agustus mendatang.
Perusakan terjadi setelah Sriwijaya kalah 0-3 saat menjamu Arema FC di stadion itu pada Sabtu, 21 Juli lalu. Mungkin marah lantaran tim kesayangannya kalah, para suporter mengamuk. Sebanyak 335 bangku di tribun utara dan selatan mereka rusak.
Insiden dalam pertandingan Liga 1 ini terjadi pertama-tama karena pengelola stadion Jakabaring mengabaikan ketentuan penyelenggara Asian Games. Seharusnya, sejak 100 hari sebelum Asian Games digelar, semua tempat pertandingan steril dari kegiatan. Memang, kontrak Sriwijaya dan pengelola Jakabaring telah diteken sebelum ketentuan ini berlaku. Tapi pengelola stadion, klub, dan panitia semestinya dapat mengalihkan "kandang" Sriwijaya ke lapangan lain untuk sementara.
Peristiwa perusakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, bisa dijadikan pelajaran. Stadion yang juga disiapkan untuk Asian Games itu dirusak suporter dalam pertandingan final Piala Presiden antara Persija dan Bali United, Februari silam. Tiga pintu masuk stadion jebol dan tujuh dinding pemisah antara lapangan dan tribun penonton ambruk. Setelah kejadian itu, Gelora tidak lagi digunakan sebagai tempat pertandingan. Kandang Persija untuk sementara dipindahkan ke Bantul, Yogyakarta.
Langkah polisi mengusut pelaku perusakan di Jakabaring sudah tepat. Selama ini kasus kerusuhan dalam pertandingan olahraga jarang dituntaskan. Kebanyakan aksi perusakan tidak dibawa ke jalur hukum sehingga tak ada efek jera bagi pelaku dan perusuh. Tanpa tindakan tegas, bukan tidak mungkin mereka akan mengulangi perbuatannya saat perhelatan Asian Games.
Panitia penyelenggara juga mesti mulai secara serius memikirkan pengamanan arena dan fasilitas pertandingan dari aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab. Jangan ada lagi stadion yang digunakan untuk tujuan lain sebelum Asian Games, tanpa penjagaan yang memadai. Kalau perlu, panitia Asian Games tak usah ragu meminta bantuan aparat keamanan.
Dalam soal fasilitas, selain menjaga gelanggang yang telah selesai dibangun, panitia perlu segera merampungkan persiapan tempat pertandingan lain. Ombudsman Republik Indonesia menemukan, sampai 60 hari sebelum pembukaan Asian Games, dari 24 venue di Jakarta dan Palembang, hanya 10 yang telah siap, dan 13 stadion belum dilengkapi dengan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Kemudian satu stadion, yakni Gelanggang Olahraga Bulungan, Jakarta Selatan, tidak layak dipakai sebagai tempat pertandingan bola voli.
Bagaimanapun, Asian Games ini merupakan kerja besar bangsa. Semua harus bahu-membahu menyukseskannya. Sebagai tuan rumah, kesuksesan kita tidak hanya diukur dari perolehan medali, tapi juga kemampuan menjaga keamanan serta menyediakan fasilitas pertandingan yang memadai.