Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kata-kata... (1)

image-profil

Oleh

image-gnews
Seorang pria membaca Al Quran saat 17 Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu, 2 Juni 2018. Pada 17 Ramadan disebut sebagai tanggal turunnya Alquran, atau 6 Agustus 610 di Gua Hira, Mekah. TEMPO/Fajar Januarta
Seorang pria membaca Al Quran saat 17 Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu, 2 Juni 2018. Pada 17 Ramadan disebut sebagai tanggal turunnya Alquran, atau 6 Agustus 610 di Gua Hira, Mekah. TEMPO/Fajar Januarta
Iklan

Kita butuh kata. Manusia memerlukan percakapan.

Dalam lakon Hamlet, sesosok hantu muncul di satu sudut Istana Elsinore. Kerajaan Denmark tengah dicengkam takhta yang menakutkan. Hantu itu arwah baginda yang dibunuh raja yang kini berkuasa. Melawan kecut hatinya sendiri melihat wajah dari kubur itu, Horatio, sahabat Hamlet, berseru:

Jika tuan bisa berbunyi, atau bisa bersuara,
bicaralah padaku.

Horatio pun berteriak lebih keras membujuknya ketika hantu itu bergerak pergi. "Stay, and speak!"

Tapi "bicara", to speak, ibarat pintu ke arah entah-seperti dikisahkan Shakespeare dalam lakon ini. Di adegan lain hantu raja yang mati itu datang lagi dan bicara kepada Hamlet, putranya, tentang bagaimana ia dibunuh dan oleh siapa. Maka pembalasan dendam pun berlangsung, dengan darah, kematian, kepedihan.

Baca Juga:

"Kata-kata, kata-kata, kata-kata," Hamlet menjawab ketika Polonius bertanya apa yang sedang dibaca sang Pangeran. Hamlet tahu, kata punya kemungkinan ke segala arah, meskipun menunjukkan fakta-fakta yang "jelas".

Sebab tak ada yang bisa mengendalikan arahnya. Tidak Hamlet, tak Polonius-tak juga Shakespeare. Tuhan? Dalam sejarah, Tuhan memberi mandat kepada manusia, karena Ia tak ada di antara manusia untuk menjelaskan kata-kata-Nya sendiri. Ia biarkan manusia mengubah kata jadi interpretasi.

Ini dimulai dari "Bacalah!".

Iqra'! Menurut riwayat, titah itu diucapkan Malaikat Jibril sebagai wahyu paling awal yang disampaikan kepada Muhammad di Gua Hira. Sejak itu semua bermula: imbauan, ajaran, cerita tauladan, sabda yang penuh misteri; sejak itu Quran bermula.

Tapi sejak itu juga hadir ta'wil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Baca", "membaca", berarti mengikuti sesuatu (yang tertulis) agar dapat dimengerti. Tapi tak disebutkan bahwa dalam Gua Hira ada yang tertulis: tak ada huruf, infografis, atau teks beraksara. Maka "baca" dalam perintah pertama itu pasti bukan sebuah laku visual; iqra' lebih sepadan dengan yang dalam bahasa Inggris disebut "recite". Artinya "mengulangi kata yang diajarkan, dengan suara yang terdengar" (dari pengertian Latin recitâre). Bahasa Indonesia mengenal kata yang lebih dekat ke situ: "melafalkan".

Melafalkan adalah sebuah kemungkinan. Melafalkan tak niscaya bertaut dengan huruf dan angka hitam di atas putih. Kata-kata memang tersedia, tapi tak ada cara yang pasti untuk mengucapkannya. Sepatah kata dapat dilisankan secara berbeda dari dialek ke dialek-setidaknya sebuah teks yang, seperti Quran, baru dikodifikasikan beberapa abad kemudian.

Kodifikasi lazim diperlukan ketika ajaran disiarkan, melalui wilayah dan waktu yang berbeda-beda. Ada dorongan membuat sebuah teks jadi pasti dan permanen, ada rasa khawatir terhadap kata dan kalimat yang selalu banyak arti-kecemasan akan chaos dan kebingungan.

Seorang teman yang pandai berbahasa Arab menunjukkan, iqra', dari kata kerja qaraa, juga berarti "mengumpulkan hal yang terserak menjadi satu". Dengan kata lain, "membaca" berarti "merangkum makna". Persoalannya: siapa yang punya otoritas merangkum dan bagaimana cara mengumpulkan yang terserak?

Di sini, interpretasi atas teks mau tak mau menentukan. Interpretasi adalah sesuatu yang niscaya; tak ada kata tanpa interpretasi, juga sebaliknya. Seorang penelaah Quran terkenal, Nasr Hamid Abu Zayd, bahkan mengatakan, interpretasi adalah "sisi lain dari teks", al-wajh al-akhar li al-nass.

Abu Zayd sengaja tak menggunakan kata "tafsir", melainkan "ta'wil", untuk menegaskan peran akal budi manusia dalam membaca. Bagi Abu Zayd, peran akal budi itu sudah bekerja sejak kata iqra'. Begitu wahyu turun, teks ilahi, nass ilahi, jadi teks manusiawi, nass insani-teks dengan bahasa manusia yang dipergunakan di Mekah abad ke-7. Dengan kata lain, bahasa yang dibatasi sejarah dan disentuh dunia yang berubah.

Dalam From Revelation to Interpretation: Nasr Hamid Abu Zayd and the Literary Study of the Qur'an, Navid Kermani menunjukkan bagaimana Abu Zayd mengecam kecenderungan a-historis yang mengabaikan perubahan dan perbedaan yang dibawa sejarah manusia. Baginya, tak ada ta'wil atas Quran yang bisa dianggap satu-satunya interpretasi yang benar. Itu "semacam politheisme", katanya, karena "menyetarakan Yang Mutlak dengan yang nisbi, yang tetap dengan yang berubah". Abu Zayd bahkan menganggap pemahaman Nabi sebagai hanya pemahaman manusiawi. Nabi dan interpretasinya tak bisa diberhalakan.

Dari sini terasa kritik Abu Zayd kepada muramnya pandangan keagamaan hari ini. Ketika satu ta'wil diberlakukan mutlak dan tak bisa digugat, Kitab Suci dikurung dalam penjara. Quran diubah jadi hanya bacaan tentang ancaman hukuman dan janji surga. "Saya ingin membebaskan Quran dari penjara itu," kata Abu Zayd.

Tentu tak akan mudah. "Penjara" itu sudah bermula ketika kita mati ketakutan hingga hilang percakapan yang ikhlas tentang Tuhan, dunia, dan kematian. Mungkin itu sebabnya Shakespeare membuat Horatio melawan ketakutan-dan Hamlet jadi cerita yang tak mati-mati.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

25 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

44 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.