Tiba-tiba saja King Lear berubah bentuk. Ia bernama Logan Roy. Berbeda dengan puteri bungsu rekaan Shakespeare yang paling mencintai Bapaknya, Lear abad ke 21 ini melahirkan tiga ular beludak yang tak tahu diri, manja, dan rakus.
Kisah orang-orang kaya, yang termasuk dalam satu persen penduduk jagat ini, selalu membuat kita ingin muntah hingga pada tahap bosan karena kehidupan mereka terlalu absurd. Apalagi opera sabun semacam Dynasty (1981) dan Dallas (1978) yang berhasil membuat penonton begitu candu sekaligus terkikik geli saking kacaunya kelakuan orang-orang kaya itu, maka serial “the one percent people” ini biasanya sebuah jalan yang berisiko bagi kreator Inggris yang bermartabat macam Jessie Armstrong.
Logan Roy (Brian Cox), kaisar media fiktif yang konon dibayangi sosok Rupert Murdoch, di tepi kematian. Paling tidak itulah harapan ketiga anaknya yang seperti burung-burung nazar yang beterbangan ingin meraup harta kekayaan Bapaknya yang tak habis-habis hingga dunia berakhir.
Salah satu adegan dari serial terbaru HBO Succession (HBO)
Kendall Roy (Jeremy Strong) si sulung yang ambisius untuk segera menjadi CEO, sekaligus punya problem rasa percaya diri karena si Bapak yang selalu mengecilkan kemampuannya; Roman Roy (Kieran Culkin) si hedonis yang kerjanya berpindah-pindah tempat tidur dan gemar mempermainkan emosi kakak sulungnya. Dan terakhir, Shiv Roy (Sarah Snook) yang memutuskan untuk tidak ikut mengelola perusahaan tetapi sangat minat untuk ikut meraup harta kekayaan Bapaknya.
Semua itu ditambah dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti istri ketiga Logan, Marcia (Hiam Abbass) yang tampak diam dan santun tapi sebetulnya menyimpan kekuatan yang bisa meledak suatu waktu; Connor Roy (Alan Ruck) putra dari istri pertama yang pada episode pertama tampak pengalah dan gampang diinjak ternyata juga sama beludaknya dengana adik-adik tirinya; Tom (Matthew Macfadyen), tunangan Shiv yang juga seperti burung nazar hingga dadakan melamar Shiv saat Logan sedang dalam keadaan koma; dan kehadiran seorang keponakan jauh bernama Greg (Nicholas Braun) yang berwajah bloon dan naif, tetapi belakangan dia juga langsung beradaptasi untuk menjadi ular yang sama licinnya dengan anak-anak Logan Roy.
Serial Succession (HBO)
Episode pilot dibuka dengan gebrakan itu. Kaisar media itu tampak ingin mewariskan kerajaannya dan mengangkat putra sulungnya menjadi CEO. Semua tegang karena menganggap Kendall terlalu lemah untuk bisa memegang posisi yang begitu tinggi dan menantang. Entah bagaimana si Kaisar lantas menunda-nunda penyerahan jabatan itu. Sampai akhirnya penyakit yang menumbangkannya. Membawanya pada keadaan tak sadar untuk beberapa malam hingga harga saham meluncur karena telah beredar gosip bahwa Logan Roy sudah di tuber kematian.
Di antara beberapa puluh jam situasi tak menentu itu ketiga anaknya memegang rapat keluarga yang gayanya seperti sebuah rapat arisan “lu yang ini, gua dapat yang itu”, tanpa menyadari betapa luasnya kekaisaran bapaknya dan betapa dalamnya utang konglomerasi mereka.
Dalam keadaan merdeka, sementara sang Bapak seolah mencoba merebut kembali napasnya agar tetap hidup, Kendall sibuk melakukan gebrakan di sana-sini setelah mengetahui dalamnya utang mereka; Shiv tampak pasif meski sebetulnya diapun diam-diam melakukan sabotase, sementara si bungsu kelihatan seolah tak peduli dan masturbasi di sana-sini, padahal dia juga sibuk menggergaji upaya abangnya. Ringkasnya dalam tiga episode pertama, terlihat betapa keluarga super kaya raya ini adalah keluarga sinting yang juga kita kenal di Indonesia (bukankah kita sering membaca bagaimana para keluarga kaya raya itu bahkan saling menuntut di pengadilan?)
Serial Succession (HBO)
Yang menarik dan membedakan karya ini dengan serial yang juga menunjukkan gaya hidup mewah seperti, misalnya “Billions’ –yang memiliki kekuatannya sendiri—serial Succession memilih untuk terus menerus tercebur di air kotor. Warna gelap, dialog getir, tak ada tokoh manis, tak ada tokoh yang heroik, apalagi tokoh idealis. Amit-amitlah, demikian kira-kira ucapan creator Jessie Strong. Tetapi ini bukan serial yang sinis. Jessie Strong justru seorang pencipta drama komedi gaya Inggris: satiris, pahit sekaligus keji-keji sedap.
Pada episode ketiga, saat ternyata Sang Kaisar bangun dengan susah payah dan ngotot akan berpidato, melakukan sabotase pada rencana anak sulungnya, kita digiring pada orang-orang tertentu sebagai pengkhianat. Pada akhir episode ternyata duri di dalam daging keluarga besar itu justru orang yang tak terduga.
Serial yang berisi perebutan tahta, harta, dan segalanya di dalam keluarga lazimnya hanya kuat pada satu musim saja, karena musim berikutnya bakal mulai kacau dan mengada-ada seperti yang terjadi pada serial Empire yang kolusi di dalam keluarga berubah berkali-kali hanya dalam satu episode.
Tetapi Jessie Strong tidak menekankan rekaman gaya hidup fantastis. Tentu, tentu ada adegan anak-anak Roy yang mengendarai helikopter untuk acara main baseball keluarga, tentu ada limousine dan puluhan pembantu ,supir, asisten yang wara-wiri di sekeliling mereka. Tetapi itu semua hanya latar belaka, karena Strong menampilkan tingkah laku anak-anak Logan Roy yang menjijikkan itu tanpa banyak dialog.
Strong sama sekali tidak melakukan glorifikasi pada kemewahan, bahkan cenderung menertawakan golongan kaya raya ini tak lain karena sering kali yang diletakkan di posisi penting perusahaan adalah mereka yang sama sekali tidak kompeten: anak, keponakan, ipar atau siapapun bagian dari keuarga yang sebetulnya didesakkan ke kursi kekuasaan hanya karena “persamaan nama belakang”, demikian kata salah satu pimpinan dengan pedas kepada Shiv, anak bungsu Logan Roy.
Serial ini sangat sedap dan seru; bikin candu dan salah satu gaya bercerita yang perlu dipelajari oleh para sineas TV maupun film: bahwa berkisah tentang orang kaya tak berarti harus obral visual harta, melainkan lebih tentang siapa mereka dan bagaimana tingkah lakunya.
Succession
Kreator: Jessie Armstrong
Pemain: Brian Cox, Jeremy Strong, Kieran Culkin, Sarah Snook, Nicholas Braun, Matthew Macfadyen, Hiam Abbas