Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dawam

image-profil

Oleh

image-gnews
Sejumlah Pasukan TNI mengangkat peti Dawam Rahardjo jelang dimakamkan di Taman makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis, 31 Mei 2018. Tempo/Fakhri Hermansyah
Sejumlah Pasukan TNI mengangkat peti Dawam Rahardjo jelang dimakamkan di Taman makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis, 31 Mei 2018. Tempo/Fakhri Hermansyah
Iklan

Dawam tumbuh dari sebuah generasi yang beruntung, meskipun tak dengan sendirinya berbahagia. Beruntung karena-lebih dari generasi yang kini disebut milenial-ia sempat menyaksikan dan terlibat dalam sebuah masa ketika ide tidak cuma berbicara di kepala, tapi diuji dalam pengalaman dan memberi makna kepada hidup.

Tapi tak dengan sendirinya berbahagia. Ketika ide bertaut dengan tindakan untuk masa depan sebuah "tanah tumpah darah", banyak kerja yang harus dilakukan, juga banyak kepedihan yang terjadi dan cita-cita bersama yang tak sampai.

Saya bertemu dengan Dawam pertama kali di tahun 1967. Ia lulusan fakultas ekonomi, tapi segera tampak ia bukan cuma itu. Ia membaca, menulis, mencari.

Di akhir tahun 1960-an itu ia menerjemahkan untuk majalah sastra Horison satu fragmen karya sastrawan besar Yunani, Nikos Kazantzakis, The Last Temptation of Christ. Kazantzakis dikecam para padri Gereja Ortodoks, tapi ia tak peduli: ia melihat dirinya "religius".

Saya tak tahu adakah bekas Kazantzakis pada Dawam dalam memandang doktrin agama. Mungkin ada. Kelak ia, tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), berani menyimpang dari prasangka umum: ia bela kaum Syiah dan Ahmadiyah ketika minoritas ini diserang golongan Islam yang memegang hegemoni doktrin. Tampaknya, bagi Dawam, ICMI, meskipun didirikan dengan restu Soeharto, bukan sebuah proyek politik, melainkan ikhtiar merapatkan Islam dengan kecendekiawanan. Bagi Dawam, seorang intelektual publik tidak cuma cerdas, tapi juga punya empati kepada mereka yang disingkirkan.

Saya tak tahu apakah sikap ini mengejutkan. Dawam dibesarkan di lingkungan yang dalam kategorisasi sosial Kota Sala, tempat lahirnya, disebut "santri". Ia tumbuh di kalangan saudagar yang akrab dengan gerakan Muhammadiyah, yang semangatnya mengutamakan "kemurnian" ajaran. Agaknya Dawam remaja seorang anggota Pelajar Islam Indonesia (PII). Di masa SMA, ia belajar di Amerika Serikat dalam program AFS (pertukaran siswa yang disponsori Kementerian Luar Negeri AS), kesempatan yang waktu itu umumnya diberikan kepada anggota PII-tanda betapa dekatnya Amerika, dalam menghadapi komunisme, dengan organisasi-organisasi Islam. Tapi dengan latar itu pula tampak Dawam tanpa canggung membuka pikirannya, menjelajahi ide-ide, melintasi sekat ideologi.

"Ideologi" kata yang sakti di percakapan sosial masa muda Dawam. Ini zaman "Perang Dingin": di satu kubu, bergerak kekuatan yang dipimpin Amerika Serikat; di kubu lain, dipimpin Uni Soviet-yang sering dibaca sebagai pergulatan antara komunisme dan antikomunisme.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dunia dicekam rasa takut. Perang nuklir sewaktu-waktu bisa meletus dan bumi hancur. Juga ada rasa cemas kehidupan akan berubah secara radikal oleh ide-ide: mungkin komunisme, mungkin sosialisme dalam pelbagai variannya, mungkin "liberalisme" yang tak persis garisnya. "Perang Dingin" juga perang sengit wacana, melalui buku, majalah, film, seni rupa, seminar, kongres-kongres.

Waktu itu tak tampak ketegangan itu akan berakhir. Tak disangka pada 1989 Uni Soviet runtuh tanpa dibom, dan komunisme dicampakkan dari Kremlin, dan negeri itu dilahirkan jadi Rusia, tanpa ideologi. Sebelum 1989, dunia dihantui perang setengah terbatas. Korea pecah (sampai sekarang), juga Vietnam dan Tiongkok. Rezim jatuh-bangun di dunia Arab, di Eropa Timur, di Amerika Latin.

Pada masa itu, melalui akhir 1950-an, Dawam dan generasinya hidup dengan latar yang gemuruh dan mendebarkan itu. Partai Komunis kian menguat, kian dominan; Amerika gagal mendukung kekuatan antikomunis, terutama dalam gerakan PRRI dan Permesta yang dipelopori militer. Marxisme dan ide sosialisme jadi wacana utama: di bawah "Demokrasi Terpimpin" Bung Karno, program "indoktrinasi" wajib, dan Marxisme salah satu dari "tujuh bahan pokok".

Marxisme punya daya pikatnya sendiri. Saya tak tahu sejauh mana Dawam tertarik padanya, tapi ia pasti tak asing dengan itu: di kalangan organisasi Islam waktu itu, tak semua menganggap Marxisme racun. Saya kenal seorang sahabat Dawam satu kota, seorang tokoh HMI, yang membaca tekun buku pemimpin Partai Komunis Tiongkok dalam versi Inggris, How to Be a Good Communist.

Saya ingat Althusser: ideologi adalah proses sosial yang menyeru individu dan mengubahnya jadi subyek-satu proses "interpelasi". Tapi ideologi juga instrumen pengendalian kesadaran dan mobilisasi massal-alat yang membuat kehidupan yang rumit jadi terlalu sederhana diuraikan. Subyek yang ditumbuhkannya tak melihat bahwa kehidupan ("realitas") terdiri atas tanda-tanda yang ditafsirkan. Dan tafsir adalah proses kebenaran yang tak selesai. Mengklaim tafsir sudah usai sama dengan membangun kesadaran palsu.

Agama punya kemungkinan seperti itu, ketika iman berubah jadi ideologi. Saya lihat Dawam termasuk yang berusaha mencegahnya. Ia ditempa zaman ideologi, ia sadar akan kekuatan ide-ide di dalamnya, tapi ia tahu ide datang dari wilayah simbolik yang harus ditafsir terus. Ia seorang muslim yang tak kehilangan kepercayaan kepada kemerdekaan manusia.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

5 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

51 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.