Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Demam Asian Games

image-profil

Oleh

image-gnews
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang Beom (kiri) dan Duta Besar Korea Utara untuk Indonesia An Kwang Il berfoto dengan membawa maskot Asian Games XVIII seusai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, 30 April 2018. ANTARA/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang Beom (kiri) dan Duta Besar Korea Utara untuk Indonesia An Kwang Il berfoto dengan membawa maskot Asian Games XVIII seusai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, 30 April 2018. ANTARA/Wahyu Putro A
Iklan

SAYA dengar dalam satu sidang kabinet di Bogor belum lama ini, Presiden Jokowi "mengeluh" tentang "demam Asian Games". Jangankan demam, hangatnya saja belum terasa. Kurang-lebih begitu kata Jokowi.

Jokowi benar. Pekan lalu, di tengah kemacetan Jakarta, saya bertanya kepada sopir taksi: apa tahu akan ada hajatan besar di Jakarta. Jawabnya: dia tahu akan ada "Asean Games". Kapan? "Bulan Agustus, Pak. Saya enggak hafal tanggalnya," ujar sang sopir ogah-ogahan. Berapa negara yang akan datang? "Saya enggak ngitung negara, Pak, anggota Asean kan banyak," tuturnya ketus.

Mendengar nada jawaban "kenceng" itu, saya pun enggan mengoreksi jawaban "Asean Games" menjadi "Asian Games". Ini bukan pesta olahraga se-Asia Tenggara, melainkan se-Asia. Lumayan juga pak sopir tadi tahu multi-event games itu berlangsung pada Agustus. Saya tadinya ingin menambahkan: tepatnya 18 Agustus sampai 2 September. Saya juga tak sempat memberi tahu dia, yang datang nanti 45 negara dengan membawa 15 ribu atlet. Saya yakin sopir taksi itu juga tidak tahu bahwa Palembang ikut menjadi tuan rumah, selain Jakarta.

Padahal, ketika Anda membaca koran ini, pembukaan Asian Games tinggal 104 hari lagi. Rakyat Palembang, menurut Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, sudah bicara Asian Games sampai ke desa-desa. Tapi Jakarta masih "dingin-dingin" saja. Bahkan pemerintah DKI Jakarta belum setuju untuk meliburkan anak sekolah selama Asian Games berlangsung. Terasa betul, pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade ini seakan-akan hanya "gawe"-nya pemerintah. Masyarakat Jakarta, dan saya yakin begitu juga dengan daerah lain di Indonesia, tidak terasa dilibatkan sama sekali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya tahu panitia nanti akan menggelar fun-run di Jakarta dan Palembang. Juga arak-arakan obor Asian Games yang melewati belasan kota. Semoga kegiatan itu cukup ampuh menggelorakan Asian Games. Tapi waktu sosialisasi sudah terlalu singkat. Lihat saja Tokyo, tuan rumah Olimpiade 2020. Praktis, selama empat tahun, ibu kota Jepang itu bersiap. Sejak closing ceremony Olimpiade 2016, Pemerintah Kota Tokyo menampilkan video pendek tentang Tokyo, berbagai venue, dan cabang olahraga yang akan tampil nanti. Tak ketinggalan semua kartun Jepang--Doraemon, Kapten Tsubasa, dan lainnya--dikerahkan sebagai model promosi. Bahkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ikut tampil dalam kostum Super Mario. Tokyo sejak awal merebut perhatian dunia. Para pelajar asing yang mengikuti program pertukaran pelajar dibawa berkeliling arena Olimpiade nanti di Tokyo.

Saya membayangkan, suasana akan lebih bergairah jika, misalnya, sejak jauh-jauh hari perusahaan taksi di Jakarta dan Palembang diminta mengharuskan sopirnya memakai seragam khusus dengan logo Asian Games--umpamanya dengan imbalan sedikit potongan pajak. Lalu pegawai negeri di seluruh negeri pada hari tertentu memakai kaus Asian Games. Anak-anak sekolah bisa dilibatkan dengan lomba menggambar atau lomba apa saja bertema Asian Games. Video pendek atlet yang akan bertanding disebar ke seantero negeri. Kalau itu dilakukan, rasanya demam Asian Games cepat menjalar.

Sayang sekali jika pesta olahraga se-Asia berbiaya sekitar Rp 30 triliun itu--menurut Wapres Jusuf Kalla--lewat dari perhatian masyarakat begitu saja. Apalagi, sebelum event itu, warga dunia akan tersedot menonton Piala Dunia Rusia. Belum lagi hiruk-pikuk pilkada serentak pada 27 Juni. Tanpa terobosan kampanye besar-besaran, saya khawatir Asian Games ke-18 tak mampu merebut perhatian masyarakat.

Toriq Hadad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

8 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.