Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Persoalan Rencana Kredit Kuliah

image-profil

image-gnews
Presiden Joko Widodo (kiri) menyampaikan orasi ilmiah saat sidang terbuka di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 6 September 2017. Sidang terbuka ini untuk memperingati Dies Natalis IPB ke-54. Setkab.go.id
Presiden Joko Widodo (kiri) menyampaikan orasi ilmiah saat sidang terbuka di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 6 September 2017. Sidang terbuka ini untuk memperingati Dies Natalis IPB ke-54. Setkab.go.id
Iklan

Fajri Siregar
Mahasiswa PhD Departemen Antropologi University of Amsterdam

Rencana Presiden Joko Widodo untuk menyediakan skema kredit biaya kuliah merupakan sebuah kejutan. Ide itu seolah datang di siang bolong dan menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan pemerhati pendidikan ataupun pemangku kepentingan. Meski tujuan dari inisiatif itu untuk memperluas akses memasuki perguruan tinggi, ada banyak aspek yang perlu diperhatikan sebelum niat tersebut diwujudkan. Pemerintah sepatutnya juga mempertimbangkan opsi lain yang dapat ditempuh di luar kredit biaya kuliah.

Rencana itu sebetulnya menyalahi prinsip bahwa negara membiayai pendidikan. Soal apakah pendidikan tinggi termasuk salah satu layanan yang harus disediakan oleh negara memang masih diperdebatkan. Tapi, dalam Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak ekonomi dan sosial budaya, pendidikan tinggi secara tegas dinyatakan sebagai salah satu layanan yang harus disediakan negara. Dengan kata lain, warga negara berhak menuntut negara untuk menyediakan pendidikan tinggi secara terbuka dan terjangkau.

Jika pemerintah Indonesia menganut prinsip negara kesejahteraan, pendidikan tinggi merupakan salah satu komponen penting dalam pemenuhannya. Kredit biaya kuliah secara terang-terangan menyalahi prinsip tersebut karena menjadikan perkuliahan sebagai sebuah transaksi dan mengubah relasi mahasiswa dengan negara menjadi relasi transaksi. Warga negara tidak ubahnya konsumen pendidikan.

Di luar itu, ada baiknya para pengambil kebijakan juga mempelajari nestapa kredit kuliah yang dialami negara lain, terutama di Amerika Serikat. Angka di atas kertas menunjukkan bahwa kredit kuliah mendorong industri perbankan Amerika lantaran besarnya angka yang berputar sebagaimana disebutkan Jokowi, yakni US$ 1,3 triliun (hampir Rp 18 ribu triliun).

Namun angka yang mungkin tidak diketahui oleh Jokowi adalah bagaimana pada 2015 saja 10 juta mahasiswa tidak mampu melunasi kredit tersebut. Studi yang belum lama ini dirilis oleh Brookings Institution menunjukkan bahwa, hingga 2017, sekitar 28-29 persen penerima kredit kuliah tidak mampu membayar kembali pinjaman itu. Proses ini terjadi secara akumulatif, sehingga nyaris menciptakan krisis ekonomi baru di Amerika pada saat itu. Kredit macet menjadi keniscayaan karena produk kredit kuliah tidak diawasi dengan baik dan tidak ditunjang oleh pendanaan pemerintah. Hal itu memicu perlombaan baru di sektor perbankan untuk berburu mahasiswa yang rentan tertipu oleh janji manis pemberi kredit.

Dari gambaran tersebut, ada baiknya pemerintah justru berupaya memikirkan bagaimana biaya perkuliahan dapat tetap terjangkau. Ada beberapa poin penting yang dapat diperhatikan, terutama soal efektivitas anggaran dan alokasi anggaran pendidikan tinggi. Ada tiga ide yang saya tawarkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama

Realokasi anggaran pemerintah pusat dan daerah. Selama ini pemerintah daerah tidak dilibatkan dalam pembiayaan pendidikan tinggi karena status sebagian besar perguruan tinggi negeri (PTN) adalah satuan kerja alias dibiayai oleh pemerintah pusat melalui anggaran Kementerian Pendidikan Tinggi atau kementerian lain. Kontribusi pemerintah daerah sejauh ini hanya dalam bentuk hibah gedung, tanah, atau sarana lainnya. Sedangkan gaji dosen dan pegawai lainnya diperoleh dari APBN. Di sini ada lubang besar yang bisa ditutup jika anggaran operasional PTN bisa dialokasikan melalui dana pemerintah daerah. Hal itu ironis karena PTN selama ini seperti hanya menumpang di wilayah ia beroperasi, tapi keterlibatan pemerintah daerah sangat minim.
Model yang lebih optimal dan efisien serta berpihak pada prinsip aksesibilitas telah ditunjukkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Dalam waktu kurang-lebih tiga tahun terakhir, provinsi itu telah menunjukkan komitmennya untuk menyediakan pendidikan tinggi gratis bagi pemuda Sumatera Selatan dengan mengalokasikan anggaran Rp 40-50 miliar. Setidaknya, 2.000 mahasiswa di berbagai perguruan tinggi provinsi itu telah dapat menikmati biaya pendidikan gratis meski sempat tersendat pada 2017.

Kedua

Optimalisasi beasiswa Bidikmisi. Program Bidikmisi telah berjalan cukup lama, tapi gaungnya masih belum terdengar. Ada banyak orang yang tidak tahu soal beasiswa itu. Padahal, serapan anggaran Bidikmisi tidak pernah menyentuh angka 90 persen. Hal itu menunjukkan bahwa alokasi anggaran tersebut tidak pernah terserap habis. Jika banyak orang tak mampu tidak punya akses pembiayaan kuliah, mengapa Bidikmisi tidak bisa menjangkau mereka?
Dengan alokasi anggaran yang cukup besar, tapi tidak pernah terserap dengan baik, Bidikmisi bisa dikatakan tidak pernah berhasil mencapai misinya. Untuk itu, lebih baik program ini dioptimalkan ketimbang beralih ke skema kredit kuliah yang mengandalkan keuangan perbankan.

Ketiga

Pemerintah pusat perlu pula mempertimbangkan skema dana abadi sebagai penunjang dana operasional untuk PTN berbadan hukum. PTN ini beroperasi sebagai badan otonom, yang berbeda dengan PTN satuan kerja, sehingga tidak dapat menerima alokasi langsung dari APBN ataupun APBD.
Otonomi khusus itu membutuhkan skema pendanaan yang lebih mandiri pula dan berorientasi jangka panjang. Dana abadi yang dikelola secara profesional dan berpotensi meraih laba dapat menjadi solusi pendanaan khusus untuk mereka. Bentuknya dapat menyerupai sebuah lembaga layanan sebagaimana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan bentukan Kementerian Keuangan dengan tujuan membiayai kegiatan pendidikan dan beasiswa.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

6 hari lalu

Wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin laga Bahrain vs Indonesia. Tangkapan Layar
Nonton Timnas vs Bahrain, Jokowi: Gondok Banget

Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekesalannya menyaksikan laga sepakbola Timnas Indonesia melawan Bahrain semalam.


Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

9 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival di kawasan Tugu Yogyakarta Senin petang 7 Oktober 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Usai Wayang Jogja Night Carnival 2024, Belasan Kasus Pencopetan Dilaporkan ke Polisi

Pencopetan dilakukan dengan merobek tas milik korban saat mereka asyik dan fokus menonton Wayang Jogja Night Carnival


Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

10 hari lalu

Perhelatan event International Kitesurfing Exhibition 2023 di Laguna Pantai Depok Parangtritis Yogyakarta, Sabtu (26/8). Dok.istimewa.
Gaet Wisatawan, Pemkab Bantul Siapkan Ragam Acara di Pantai Selatan sampai Akhir 2024

Pertunjukan seni tari Sendratari Sang Ratu pada Desember di kawasan Pantai Parangtritis


7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

12 hari lalu

Wisatawan berfoto di depan Istana Buckingham di London, Inggris, 24 Juni 2015. Istana Buckingham memiliki 775 ruangan termasuk 52 kamar tidur anggota kerajaan dan tamu, serta 188 kamar tidur untuk para pekerja. Rob Stothard/Getty Images
7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Wisatawan saat Traveling ke Inggris

Tempat yang terlalu ramai dan objek wisata yang tiketnya harus dibeli berbulan-bulan sebelumnya adalah dua hal yang perlu diketahui sebelum ke Inggris


Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

14 hari lalu

Ilustrasi koper. Freepik.com
Barang Ini Sebaiknya Tidak Dimasukkan ke Koper saat Naik Pesawat, Bisa Bocor di Ketinggian

Penurunan tekanan atmosfer di ketinggian dapat menyebabkan botol dan kaleng bertekanan bocor dan mengotori isi koper.


HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

15 hari lalu

Gelaran Wayang Jogja Night Carnival pada 2022. (Dok. Istimewa)
HUT ke-268 Kota Yogyakarta, Ini Sederet Event Selain Wayang Jogja Night Carnival

Event HUT Kota Yogyakarta telah dipersiapkan mulai Oktober hingga Desember 2024 di berbagai titik.


Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

24 hari lalu

IShowSpeed mencoba berjalan di antara dua pohon beringin di Yogyakarta. Tangkapan layar Youtube
Akhir Pekan di Yogyakarta, IShowSpeed Coba Naik Andong di Malioboro hingga Laku Masangin

IShowSpeed memulai pengalaman menaiki andong di seputaran Malioboro dan berhenti di Pasar Beringharjo.


Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

34 hari lalu

DPRD DKI Jakarta mengadakan rapat pimpinan pengusulan nama Penjabat Gubernur (PJ Gubernur), menggantikan Heru Budi Hartono, Jumat, 13 September 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Pertimbangan DPRD Usulkan Tiga Calon Penjabat Gubernur Jakarta tanpa Heru Budi

DPRD mempertimbangkan pilkada sehingga mengusulkan tiga calon penjabat gubernur Jakarta tanpa Heru Budi.


Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

34 hari lalu

Ha Long Bay Vietnam (Pixabay)
Ha Long Bay Vietnam Kembali Buka untuk Wisatawan setelah Dilanda Topan Yagi

Aktivitas pariwisata berangsur-angsur normal di Ha Long Bay Vietnam. Penduduk setempat dan petugas fungsional telah membersihkan area tersebut.


Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

35 hari lalu

Airport Tray Aesthetic (Instagram/@vickirutwind)
Tren Airport Tray Aesthetic, Pelancong Unggah Foto Estetik Barang Pribadi di Nampan Bandara

Tren Airport Tray Aesthetic memperlihatkan nampan bandara berisi barang-barang pribadi yang ditata rapi di nampan berwarna abu-abu.