Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suramnya Harapan Perdamaian Suriah

image-profil

image-gnews
Dalam foto arsip tanggal 5 Desember 2016 ini, seorang tentara Suriah menempatkan bendera nasional Suriah saat pertempuran dengan pejuang pemberontak di garis depan Ramouseh, sebelah timur Aleppo, Suriah. Minggu ini merupakan tahun ketujuh Suriah dilanda peperangan dan kehancuran, ribuan orang meninggal dunia, anak-anak kehilangan orang tua, sekolah, tempat tinggal hingga waktu kecilnya yang seharusnya diisi dengan bermain dan senang-senang. (AP Photo/Hassan Ammar, File)
Dalam foto arsip tanggal 5 Desember 2016 ini, seorang tentara Suriah menempatkan bendera nasional Suriah saat pertempuran dengan pejuang pemberontak di garis depan Ramouseh, sebelah timur Aleppo, Suriah. Minggu ini merupakan tahun ketujuh Suriah dilanda peperangan dan kehancuran, ribuan orang meninggal dunia, anak-anak kehilangan orang tua, sekolah, tempat tinggal hingga waktu kecilnya yang seharusnya diisi dengan bermain dan senang-senang. (AP Photo/Hassan Ammar, File)
Iklan

Ibnu Burdah
Dosen UIN Sunan Kalijaga

Suriah yang sudah luluh lantak kembali harus menerima kenyataan pahit. Negeri para nabi itu kembali terancam jadi medan tempur yang berpotensi meluas dan sangat destruktif. Sinyal dari Ankara untuk melanjutkan perang di daerah-daerah Kurdi sekitar Efrin semakin membuat suram prospek perdamaian. Padahal, tujuh tahun perang, kompleks di negeri itu seperti sudah tak menyisakan apa-apa lagi. Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang memerintahkan gencatan senjata 30 hari, beberapa waktu lalu, seperti angin lalu saja.

Kita sebenarnya sangat berharap tahun ini menjadi momentum dimulainya kembali negosiasi damai serius di antara pihak-pihak yang bertikai. Sebab, kehancuran di Suriah sudah tak masuk akal lagi untuk tujuan sebesar apa pun. Pihak-pihak yang bertikai tentu juga sudah sangat letih dengan kegagalan mencapai tujuannya. Semua pihak harus rela sebagian kepentingannya tidak bisa tercapai, baik rezim Assad, kelompok oposisi, kelompok kombatan Kurdi, negara-negara kawasan yang mengusung mereka, maupun negara-negara besar yang terlibat.

Tapi, di level politik, Amerika Serikat dan Rusia terus saja saling jegal dalam usaha perdamaian. Kedua pihak mendorong poros perdamaian yang berbeda dan saling menjegal. Baik perundingan yang didukung Amerika (Genewa-Wina) maupun didorong Rusia (Astana-Sochi) sama-sama berantakan.

Di lapangan, Amerika di bawah Trump dan para sekutu Arab-nya tidak menerima kenyataan hasil perang. Amerika dan sekutunya bahkan ingin mengubah realitas itu dengan kekuatan senjata agar lebih menguntungkan mereka sebelum negosiasi benar-benar dilaksanakan. Mereka berkeras menargetkan jatuhnya rezim Assad, minimal dalam pemerintahan mendatang.

Baca Juga:

Trump dengan slogan American First memang sangat egoistis dalam usaha mencapai kepentingan nasionalnya dan para sekutunya. Para sekutu Amerika di kawasan itu juga tak peduli akan tragedi kemanusiaan akibat perang. Karena itu, mereka tak mau segera bernegosiasi secara serius untuk menyongsong Suriah yang damai sesegera mungkin.

Militansi para kombatan Kurdi dan gairah rakyatnya untuk merdeka menjadi alat untuk memenuhi ambisi negara-negara ini. Amerika, saat Operasi Ranting Zaitun (Ghusn al-Zaytun) digencarkan dua bulan terakhir, sedang dalam usaha membentuk pasukan di perbatasan Suriah Utara yang beranggotakan puluhan ribu tentara dengan kombatan Kurdi sebagai unsur utama. Para kombatan Kurdi tentu menyambut ajakan ini karena bisa jadi batu loncatan untuk mempersiapkan Kurdi Suriah merdeka. Tapi kontrol penuh Turki atas Kota Efrin jelas semakin membuyarkan impian Kurdi ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Trump sepertinya tak akan ambil pusing akan korban kemanusiaan yang berpotensi terus berjatuhan di Efrin, Mambij, dan daerah-daerah Kurdi di perbatasan Turki-Suriah. Bahkan kobaran perang ini berpotensi merembet ke daerah-daerah sekitarnya, bahkan Turki bagian selatan. Amerika di bawah Trump terlalu egoistis dalam strateginya mencapai tujuan di Timur Tengah. Trump juga tak ambil pusing dengan masa depan perdamaian di negeri itu.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebenarnya juga setali tiga uang dengan Trump. Orang ini memang pemberani, tegas, sedikit nekat, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap isu dunia Islam. Ia juga akan siap pasang badan ketika sekutunya terancam. Ini bisa dilihat dengan apa yang ia lakukan di Qatar ketika diisolasi negara-negara Arab Teluk, di Sudan ketika negara itu sedang menghadapi krisis di Tanduk Afrika, di Tunisia, dan seterusnya.

Tapi ia juga sangat egoistis atas pencapaian dan mimpinya sebagai pemimpin besar "Ottoman" dan dunia Islam. Kendati banyak berjasa bagi para pengungsi Suriah, Irak, dan lainnya, ia juga sangat egoistis dalam upaya mewujudkan kepentingan nasional Turki di kawasan.

Turki hanya memikirkan dirinya tanpa memikirkan kepentingan dan masa depan perdamaian kawasan itu secara lebih luas. Ia "langsung" melabrak kekuatan-kekuatan Kurdi di mana pun tumbuh dengan dalih itu dibuat teroris dan mengancam kepentingan nasional tanpa peduli akibatnya bagi Suriah dan kawasan. Turki berdalih operasi Efrin yang akan berlanjut ke daerah sekitarnya itu bertujuan menghancurkan separatis dan para "teroris" Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang dianggap kepanjangan dari gerakan separatis Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Setelah menguasai Efrin melalui operasi Ranting Zaitun, Erdogan berambisi melakukan hal yang sama di kota-kota Kurdi sekitarnya, seperti Aynul Arab dan Mambij. Bahkan wilayah Kurdi di Irak sepertinya juga menjadi target. Erdogan sangat egoistis. Ia seperti tak peduli dengan jatuhnya ribuan korban meninggal dan banjir pengungsi akibat operasi di Efrin yang hanya berlangsung sekitar dua bulan. Jika puluhan ribu prajurit Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan tentara Turki melanjutkan operasinya seperti kata Erdogan, tentu ini akan menjadi eskalasi baru yang panjang.

Egoisme Trump yang direspons sikap serupa oleh Erdogan telah menyeret kembali Suriah pada eskalasi baru. Lingkaran egoisme pihak-pihak yang terlibat pertikaian di Suriah berpotensi membawa negeri ini ke lorong yang semakin gelap.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.