Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Manusia Versus Robot Cerdas

image-profil

image-gnews
Sebuah robot android bertugas sebagai resepsionis di Henn na Hotel Tokyo Ginza di Tokyo, Jepang, 26 Januari 2018. Hotel unik yang menggunakan robot sebagai staf hotel ini telah beroperasi sejak 15 Maret 2017. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Sebuah robot android bertugas sebagai resepsionis di Henn na Hotel Tokyo Ginza di Tokyo, Jepang, 26 Januari 2018. Hotel unik yang menggunakan robot sebagai staf hotel ini telah beroperasi sejak 15 Maret 2017. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Iklan

Dunia sekarang sudah memasuki Revolusi Industri keeempat (Era 4.0), yang ditandai dengan penggunaan berbagai perangkat cerdas yang saling terhubung (Internet of things) dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Perangkat-perangkat cerdas ini sudah mendominasi kehidupan kita sekarang, menggantikan sistem mekanisasi, otomatisasi, dan penggunaan robot konvensional yang menjadi ciri dari Revolusi Industri pertama, kedua, dan ketiga.

Mesin, komputer, dan robot-yang selama ini relatif "bodoh" karena hanya bisa menjalankan instruksi dari manusia-sekarang semakin pintar dengan sistem kecerdasan buatan. Mereka kini bisa belajar dan menalar secara mandiri seperti manusia. Konsekuensinya, mereka dapat menggantikan tugas-tugas rumit dan tidak terstruktur yang dihadapi para insinyur, manajer, dokter, arsitek, pengacara, dosen, ekonom, politikus, petani, pramuniaga, pilot, bahkan polisi dan tentara.

Baca Juga:

Jadi, yang akan tersingkir tidak hanya tenaga kerja biasa dengan pekerjaan yang repetitif, tapi juga tenaga ahli dan profesional berpendidikan tinggi dengan pekerjaan yang bersifat dinamis, strategis, dan tidak rutin. Diperkirakan, dalam waktu 20 tahun ke depan, sekitar 50 persen pekerjaan akan digantikan oleh perangkat cerdas. Hal dapat menimbulkan pengangguran tingkat tinggi.

Era 4.0 ini harus disambut dengan konsep dan strategi yang cerdas pula. Negara harus mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak (belum) bisa dilakukan oleh robot dan kecerdasan buatan. Ini jenis pekerjaan yang memerlukan keahlian, pengalaman, kreativitas, imajinasi, kerja sama tim, dan kebijaksanaan. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini disebut pekerjaan yang humanis.

Untuk itu, kurikulum pendidikan tinggi harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat digital saat ini dan masa mendatang. Kurikulum itu harus bisa membekali lulusannya dengan tiga jenis literasi, yaitu literasi teknis, literasi data (teknologi digital dan kecerdasan buatan), serta literasi humanis (kerja sama, kewirausahaan, kreativitas, etika, dan kelenturan budaya). Pelajaran yang bersifat menghafal harus digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang melatih orang untuk berpikir abstrak dan holistik, melakukan analisis dan sintesis, merancang dan menciptakan inovasi, memahami logika matematik imajiner, berpikir kritis dan non-linier, serta bekerja sama dengan orang lain secara efektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, berbagai program studi baru di bidang sains, keteknikan, kedokteran, komputer, ekonomi, hukum, dan sosial harus dikembangkan secara progresif dan trans-disiplin tanpa terikat nomenklatur yang kaku dan logika linier. Salah satu ilmu baru yang dapat dikembangkan segera adalah cognitive science, yang merupakan gabungan dari ilmu komputer, ilmu saraf, psikologi, linguistik, filsafat berpikir, antropologi, sosiologi, dan biologi untuk mempelajari cara kerja otak manusia sehingga misteri proses belajar, berpikir, dan berkreasi dapat diungkap. Lulusan cognitive science inilah yang sekarang banyak menjadi tulang punggung industri-industri digital di berbagai negara.

Digitalisasi dan penggunaan kecerdasan buatan sebenarnya akan membuka lapangan kerja baru untuk banyak orang. Ratusan ribu ahli kecerdasan buatan, ilmu data, Internet of things, pembelajaran mendalam (deep learning), cognitive science, dan lainnya akan dibutuhkan oleh perusahaan besar dan lembaga pemerintah terkemuka di dunia. Jadi sebenarnya revolusi kecerdasan buatan tak akan membuat orang kehilangan pekerjaan. Ini hanyalah suatu pertanda bahwa kita harus punya keahlian baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Kalau kurikulum pendidikan tidak adaptif, anak-anak yang hidup pada zaman sekarang dan mendatang akan menanggung akibatnya. Sebagian besar yang mereka pelajari kini tidak lagi relevan saat mereka berumur 40-50 tahun nanti. Kalau tidak ditangani dengan baik, hampir tidak ada lagi pekerjaan yang tersisa bagi mereka. Jika ingin terus bekerja, mereka harus terus-menerus belajar dan memperbaiki dirinya (life-long learning).

Yandra Arkeman
Profesor Teknologi Industri Pertanian IPB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


21 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

28 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.