Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Monster

image-profil

Oleh

image-gnews
Ilustrasi Badak Sumatra. Wikimedia
Ilustrasi Badak Sumatra. Wikimedia
Iklan

Adalah sejenis hewan, dari Sumatra atau bukan, yang hanya bisa dijinakkan seorang perawan. Binatang itu bertanduk satu, tubuhya seperti kuda, elok.

Dongeng Eropa berabad-abad ini kemudian merasuk ke dalam aikonografi Kristen. Di Museum Nasional di Warsawa ada patung Perawan Maria duduk. Di pangkuannya tampak seekor unikorn sebesar anak kijang, dengan tanduk panjang. Tentu sudah dijinakkan. Unikorn, di Eropa dahulu,itu, melambangkan kesucian.

Belum diketahui adakah patung itu, berasal dari tahun 1480, dibuat setelah membaca catatan Marco Polo. Di abad ke-13, Marco Polo, pengelana yang termashur itu, sampai di Sumatra. Di negeri "Basma" itu ia melihat sendiri hewan yang selama ini, di Eropa hanya ada dalam dongeng, mahluk imajiner yang bentuknya terkadang dipakai buat lambang. Ia melihat "unikorn".

Menurut Marco Polo, "unikorn" ini

"...hampir sebesar gajah. Berambut seperti kerbau, dan berkaki mirip gajah. Ada sebilah tanduk di tengah dahinya yang hitam dan sangat tebal ...Kepalanya seperti kepala babi hutan, merunduk menyentuh tanah...suka berkubang di lumpur dan air comberan. Tak sedap dilihat, bertentangan dengan yang seperti kita dengar selama ini, bahwa hewan ini membiarkan diri dijinakkan perawan..."

Marco Polo menamai hewan itu dengan nama dari dongeng Eropa. Ia tak kenal kata "badak." Mungkin juga ia tak membaca risalah Gaius Plinius Secundus dalam Naturalis Historia. Laksamana dan ilmuwan Romawi yang hidup antara di dasawarsa-dasawarsa awal abad Maeshi itu menggambarkan hewan yang disebut rhinoceros, mirip dengan yang dilihat Marco Polo.

Pengelana Venezia itu seorang penjelajah yang bersemangat ketika melihat sesuatu pertama kali di latar yang eksotis: ada makhluk yang sama sekali baru ditemuinya, dan ia terpesona atau bingung atau cemas. Ia tak bisa menyimpulkannya 100%. Makhluk itu hanya bisa dipahaminya, atau dibicarakannya, bila ia pakai acuan pengalaman yang ada padanya. Artinya, dengan bahasa yang ada.

Bahasa mau tak mau sebuah sintesis dalam proses: antara X (yang tak bisa diuraikan dengan kata-kata) dan Y (kata-kata yang tersedia dalam kosakata). Di tahun 1588, seorang penulis Inggris, William Averell, melihat lelaki yang berperilaku perempuan dan perempuan yang berkostum pria. Ia tak tahu bagaimana mengkategorisasikan "androgini" itu. Mereka "bukan pria atau wanita, melainkan semata-mata Monster".

"Monster", dengan kata lain, sebuah konsep alternatif bagi yang menolak klasifikasi, sesuatu yang entah. Meneliti karya-karya cungkilan kayu dari abad ke-16 dan 17 - zaman ketika Eropa mulai menerobos garis geografi baru - Jon Crabb menulis dalam berkala Aeon: "di pinggir peta-peta, monster dan ular dibiarkan bersembunyi dan berjingkrak di wilayah yang entah, tak diketahui, yang ditandai sebagai Terra incognita".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Entah" itu diraih dengan diberi nama - nama yang justru sedikit banyak menunjukkan ketidak-tahuan. "Rhinoceros", demikian judul sebuah gambar karya perupa terkemuka Jerman, Albert Dürer, karya tahun 1515. Apa itu? Dürer sendiri belum pernah melihat badak bercula itu. Ia hanya memberi nama itu kepada bentuk hewan yang ia buat berdasarkan teks dan coretan orang lain..

Bagi orang Eropa, selama 300 tahun gambar itu mewakili "badak" yang hidup di alam, di Sumatra entah di mana. Cukup mirip, meskipun anatominya meleset: ada tanduk di punggung, dan kuku kakinya seperti kuku kaki sapi. Ia bukan hewan cantik seperti unikorn di pangkuan Maria, ia memukai karena ganjil: bukan gajah, bukan babi hutan, bukan beruang, tapi...

Campuran, sintesis, hibriditas itu bisa bisa menakutkan - menandai pengetahuan yang terbatas tentang "sesuatu". Dalam banyak gambar, patung, dan cerita, yang disebut "monster" adalah makhluk yang wujudnya kombinasi: unsur manusia dalam sosoknya tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang lain. Imajinasi manusia bisa mengkhayalkan dan menganggit hal-hal yang membuat mrinding dan misterius, seperti dalam lukisan-lukisan surrealis. Jorge Luis Borges menulis The Book of Imaginary Beings dengan satu pengantar mengenai dragon, atau "naga": "Kita tak tahu apa arti naga sebagaimana kita tak tahu apa arti alam semesta, tapi ada sesuatu dalam citra naga yang menarik bagi imajinasi manusia... satu monster yang perlu."

Monster, kekuatan yang seram, tak jelas asal-usulnya, adalah makhluk yang kita imajinasikan, sering dengan asyik - dan sekaligus diwaspadai. Dalam waspada itu orang sering menuntut satu corak yang tanpa ambiguitas, imaji yang tak membingungkan: "si lain", "si asing" yang ada miripnya dengan "kita", harus bisa dibedakan dari "kita". Identitas itu harus tak setengah-setengah.

Maka, dalam sejarah, orang sering menuntut "pemurnian," atau "pembersihan", agar yang "asli", yang tak tercampur, dikukuhkan dan yang campuran dilenyapkan. Dalam wayang, di Jawa, Srikandin diubah jadi Srikandi, tokoh androgini jadi putri. Kalasrenggi, raksasa gempal dengan raut muka celeng, dibunuh Arjuna. Mahesasura, dengan kepala kerbau jantan, harus disingkirkan. Dalam sejarah politik: yang merasa "asli", "pribumi", native, menciptakan yang "lain" untuk mengukuhkan diri - lalu melakukan pembersihan etnis.

Tapi apa arti pemurnian? Alam tak pernah melahirkan yang "murni", dan yang "asli" berubah. Sebab itu selalu terjadi yang menarik. Evolusi menunjukkan pada mulanya adalah lain. Asal mula ular adalah Pachyrhachis dengan dua anggota badan seperti kaki. Asal mula ikan paus: mamalia yang hidup di tanah.

Hidup adalah kejadian demi kejadian, sebuah proses.

Eugene Ionesco, pelopor "Teater Absurd", menunjukkan itu. Batas selalu lumer bahkan antara manusia dan hewan dalam lakon Rhinoceros. Mana yang asli tak perlu dipatok. Seorang berkata di pentas itu: "Orang baik bisa jadi badak yang baik."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

3 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

7 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

22 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

23 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

43 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

46 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

46 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

52 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

53 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

53 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.