Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cemas

Oleh

image-gnews
Iklan

Pada saat-saat yang cemas, orang-orang yang percaya akan kebenaran satu ide, orang-orang yang beriman kepada satu ajaran, menghendaki kemurnian. Mereka akan berdiri di tepi jalan yang riuh dan melihat dunia campur-aduk. Mereka akan menduga banyak najis, dosa, kepalsuan, dan hipokrisi berseliweran.

Ketika rasa cemas makin akut, mereka memutuskan: harus ada penolakan, kalau perlu "pengkafiran", kalau perlu paksaan, agar yang najis habis dan dunia jadi murni.

Tapi lambat-laun mereka akan tahu, kemurnian tak mudah diperoleh, tak kunjung tercapai. Di jalan yang terentang itu-dalam proses kehidupan itu-akan selamanya melintas orang baru atau lama, yang jangan-jangan (menurut kaum pencemas) berbaur lumpur, tahi, atau mani, atau dikotori hasrat yang jorok, aliran sesat.

Orang-orang yang menuntut kemurnian tetap akan cemas. Lama-kelamaan mereka tak sabar. Kekerasan pun dijalankan: pemaksaan, pemisahan, pembersihan.

Ada sebuah dialog pendek dalam novel Umberto Eco yang terkenal, Il nome della rosa:
"Apa yang paling Tuan takuti dari kemurnian?"
"Sikap tergesa-gesa."

Sikap tergesa-gesa, la fretta, adalah sikap yang tak hendak mengakui waktu-atau lebih tepat, sikap yang hendak meniadakan waktu. Adanya waktu membuat yang tak-murni seakan-akan kukuh, bahkan memberi kesan tak terkalahkan.

Padahal sebenarnya waktu membuat apa saja, juga ketidakmurnian, jadi tak tetap. Yang utuh, yang kukuh, yang bersih, akan jadi berbeda-dalam perubahan yang berubah-ubah pula polanya. Walhasil, dalam sikap yang "tergesa-gesa", sebenarnya bersembunyi rasa cemas akan ketidakpastian. Maka bisa dikatakan yang membuat kita layak takut bukanlah ketidaksabaran, melainkan kecemasan terhadap yang tak pasti.

Tapi jika ditelaah lebih jauh, yang sesungguhnya membuat takut adalah kecemasan itu sendiri. Dan jika kita usut lebih lanjut dari mana datangnya kecemasan itu-kecemasan dalam beriman, dalam memegang teguh sebuah kepercayaan atau ideologi-kita akan menjumpai sebuah pemicu: "nafsu kemurnian".

Terutama dalam diri orang-orang yang merasa di pihak kebajikan dan punya alasan untuk meniadakan apa saja yang "tidak bajik" atau cemar. Tak sabar, mereka akan melakukan "pembersihan" dengan kebengisan tertentu. Sejarah mencatat bahwa "pembersihan" pernah diberi nama yang seram dalam Revolusi Prancis di akhir abad ke-18: "teror".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teror, kata Robespierre dalam sebuah pidato Februari 1794, "adalah sebuah pancaran dari kebajikan", une emanation de la vertu. Hanya dengan teror kebajikan punya daya yang nyata. Maka antara Juni 1793 dan Juli 1794, di masa yang bergolak itu, Robespierre dan para pengendali politik Prancis membunuh sekitar 16 ribu manusia. Anasir yang dicurigai tak boleh ada dalam Revolusi.

Saya tak tahu kapan pertama kalinya teror untuk kemurnian seperti itu terjadi-dan kapan pula akan berakhir. Di abad ke-20, sebuah revolusi lain melakukannya: Partai Komunis, di bawah Stalin, antara 1934 dan 1939, memenjarakan dan membunuh lebih dari 500 ribu orang. Dengan "teror"-nya, Stalin menunjukkan bahwa komunisme seperti agama: keyakinan yang cemas akan ketidakmurnian.

Seperti di wilayah Spanyol, di abad ke-16. Setelah monarki Katolik di jazirah itu mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam yang hidup sejak enam abad sebelumnya, serangkaian perintah dikeluarkan. Tiga kerajaan, Castilla, Navarre, dan Aragon, bergerak untuk menghapuskan agama Islam dari wilayah mereka-tempat hidup 600 ribu muslim.

Di akhir abad ke-15 itu rasa cemas dan "nafsu kemurnian" berkecamuk. Setelah beberapa tahun lamanya muslim dibiarkan bebas menjalankan ibadah mereka, pada 1499, di Granada, Uskup Agung Toledo, Francisco Jimenez de Cisneros, memulai kampanye memaksa orang Islam memeluk Kristen; mereka akan disiksa dan dipenjarakan bila menolak. Ketika pemberontakan yang meletus melawan itu gagal, penduduk muslim semakin keras ditekan.

Tentu saja orang ramai-ramai berpindah agama. Tentu saja dalam ketakutan, tak semuanya ikhlas. Dari Oran, seorang ulama berfatwa bahwa bagi seorang muslim bersikap pura-pura dalam keadaan itu tak diharamkan; dengan taqiya, ia tak dianggap murtad.

Tak ayal, rasa waswas menjadi-jadi. Bagi penguasa Katolik, Gereja maupun raja, orang-orang "Kristen Baru", yang mereka beri nama moriscos, tetap meragukan: rasanya iman Kristen mereka tak bersih. April 1609 sampai empat tahun berikutnya, Raja Philip III mengusir 300 ribu moriscos dari Spanyol.

Akhirnya, bagi negeri Katolik itu, jadi Kristen saja tak cukup untuk membentuk kemurnian. Yang dilakukan Philip III adalah pembersihan ("teror") etnis-yang di abad ke-21 ini terjadi lagi di Myanmar.

Dialog yang ditulis Umberto Eco agaknya perlu diubah.
"Apa yang paling Tuan takuti?"
"Nafsu kemurnian-nafsu yang tak bisa terpuaskan."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ratusan Ribu Anak Terlibat Judi Online, KPAI: Ini Kegagalan Negara

51 detik lalu

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah (kedua dari kiri), saat memberikan pidato pada konferensi pers Laporan Akhir Tahun KPAI 2023, di Jakarta, Senin (22 Januari 2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Ratusan Ribu Anak Terlibat Judi Online, KPAI: Ini Kegagalan Negara

Keterlibatan anak-anak dalam pusaran judi online merupakan kegagalan negara. Negara telah gagal memenuhi lima klaster hak anak.


Misteri Sosok Pengendali Judi Online Berinisial T

2 menit lalu

Ilustrasi pemain judi online. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie akan mengumumkan karyawan dari Kementerian Kominfo yang bermain judi online, pada Kamis, 27 Juni 2024 mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Misteri Sosok Pengendali Judi Online Berinisial T

Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengungkapkan sosok berinisial T sebagai aktor di balik bisnis judi online.


Politisi AS Beri Label Penjahat Perang Kepada Benjamin Netanyahu, Penuhi Syarat Langgar Konvensi Jenewa?

7 menit lalu

Politisi AS Beri Label Penjahat Perang Kepada Benjamin Netanyahu, Penuhi Syarat Langgar Konvensi Jenewa?

Rashida Tlaib, satu-satunya anggota Kongres AS angkat spanduk saat Benjamin Netanyahu pidato. Penjahat perang ditujukan pada PM Israel.


Kapal Tenggelam di Anambas Diduga Akibat Kelebihan Penumpang

18 menit lalu

Kapal Motor Samarinda membawa penumpang yang duduk di atas atap kapal dari Tarempa tujuan Matak, Anambas. Foto: Istimewa
Kapal Tenggelam di Anambas Diduga Akibat Kelebihan Penumpang

Kapal tenggelam di perairan Anambas diduga akibat kelebihan jumlah penumpang.


CrowdStrike Klaim Kegagalan Tes Software sebagai Biang Kerok Macetnya 8,5 Juta Komputer Global

28 menit lalu

Crowdstrike falcon. Istimewa
CrowdStrike Klaim Kegagalan Tes Software sebagai Biang Kerok Macetnya 8,5 Juta Komputer Global

CrowdStrike telah menerbitkan tinjauan pascainsiden atas gangguan itu. Posting terperinci tersebut menyalahkan bug dalam perangkat lunak pengujian.


Cara Jitu Tak Terbelit Utang Kartu Kredit, Perhatikan 7 Tips Berikut

29 menit lalu

Ilustrasi kartu kredit. Pixabay
Cara Jitu Tak Terbelit Utang Kartu Kredit, Perhatikan 7 Tips Berikut

Jika tak bijak menggunakan kartu kredit, bisa terjerat utang yang bertumpuk. Berikut 7 tips gunakan kartu kredit secara benar.


Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp7.500? Gibran: untuk Generasi Muda Tidak Boleh Pelit

30 menit lalu

Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka meninjau simulasi program makan bergizi gratis di SD Negeri Tugu, Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 Juli 2024. Program makan bergizi gratis masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebagai upaya pemerintah mempersiapkan generasi emas Indonesia sejak dini. ANTARAFOTO/Maulana Surya.
Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp7.500? Gibran: untuk Generasi Muda Tidak Boleh Pelit

Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka menilai anggaran Rp7.500 per porsi tidak cukup untuk program makan bergizi gratis


Korban Tewas di Gaza: Berapa Banyak Warga Palestina yang Terbunuh?

36 menit lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Para pejabat Palestina mengatakan mayat-mayat itu termasuk korban perang Israel-Hamas dan mayat-mayat yang digali ketika pasukan Israel menerobos Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Korban Tewas di Gaza: Berapa Banyak Warga Palestina yang Terbunuh?

Otoritas Kesehatan Palestina secara teratur menghitung jumlah korban yang tewas akibat perang Israel di Gaza, tetapi Israel meragukan hasilnya.


Jokowi Resmikan Pasar Jongke, Proyek Pembangunan Prioritas Gibran-Teguh Prakosa

37 menit lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan revitalisasi Pasar Jongke di Surakarta, Jawa Tengah, pada Sabtu, 27 Juli 2024. Foto Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Resmikan Pasar Jongke, Proyek Pembangunan Prioritas Gibran-Teguh Prakosa

Jokowi meresmikan Pasar Jongke di Kota Solo yang merupakan proyek prioritas Gibran-Teguh.


Lupakan Menara Eiffel, Wali Kota Paris Ingin Wisatawan Menikmati Gaya Hidup Ibu Kota

37 menit lalu

Seorang pelanggan menikmati minuman di teras kafe dan restoran Les Deux Magots, ketika kafe, bar, dan restoran membuka kembali teras mereka setelah tutup selama berbulan-bulan, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Paris, Prancis, 19 Mei , 2021. [REUTERS / Christian Hartmann]
Lupakan Menara Eiffel, Wali Kota Paris Ingin Wisatawan Menikmati Gaya Hidup Ibu Kota

Untuk Olimpiade Paris, 3.000 kafe dengan teras luas akan diizinkan buka hingga tengah malam.