Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Birokrasi

Oleh

image-gnews
Iklan
JACOB Fugger menulis surat Nadanya keras. Cerita ini menarik bila dnngat bahwa yang ia surati adalah Kaisar Karel ke-5, sementara Jacob Fugger hanya seorang saudagar. Hubungan semacam itu, terjadi di tahun 1523 di Jerman, agaknya boleh disebut sebagai benih kehidupan demokrasi modern. Sang kaisar tak bisa sepenuhnya menguasai sang saudagar. Sang saudagar, yang dalam zaman sebelumnya hanya dianggap faktor sepele, ternyata bisa menegur sang kaisar ketika yang terakhir ini tak bisa membayar utang. Demokrasi memang bermula dari suatu keadaan, ketika kekuasaan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang bisa hidup dengan sendirinya dari dalam istana sendiri. Sejarah Eropa Barat menunjukkan ada sumber kekilatan yang mula-mula datang dari orang semacam Jacob Fugger. Dengan kata lain, kekuasaan tak lagi lahir dari laras senjata, melainkan juga dari pundi-pundi. Itulah sebabnya hak pilih dalam sejarah l ropa Barat bermula sebagai imbalan atas pembayaran pajak oleh rakyat. Itulah sehabnya mula-mula si miskin tak punya hak huat menentukan jalanna pemerintahan karena ia tak mampu bayar buat urusan pemerintahan. Tentu, ada yang tak adil dalam keadaan sepertl itu. Tapi bagaimanapun juga perubahan sosial yang terjadi, yang menyebabkan kaum bangsawan tak lagi bisa berkuasa sendirian, telah menegaskan satu hal: sumber kekuasaan itu mungkin datang dari takdir, tapi toh ada bagian rakyat yang jadi penopangnya yang kukuh. "Paduka Yang Mulia tak akan mampu mengamankan mahkota tanpa saya," begitu Fugger menulis dalam suratnya kepada sang maharaja. Ia perlu didengar. Namun tidak seluruh bagian dunia ini. mengalami sejarah seperti di Eropa Barat. Di India kuno ada juga setthi, saudagar yang memimpin satuan usaha dan berpengaruh dalam administrasi pajak kerajaan. Tapi kekuatannya sangat terbatas. Di Cina lama para saudagar pun dikontrol ketat. Juga di negeri Timur Tengah yang Islam, seperti pernah ditulis Louis Massignon, kekuatan politik satuan usaha swasta tak pernah setaraf dengan kekuatan politik gilda-gilda abad pertengahan Eropa. Di Mataram kita ada Amangkurat I. Rakyat dilarang berlayar berniaga. Akumulasi modal tak terjadi di luar jangkauan sang susuhunan. Akibatnya rakyat tak diperkenankan beroperasi sebagai sumber, apalagi pusat, kekuasaan tersendiri. Ketika kemiskinan semakin meluas di luar pusat pemerintahan, semakin jauh saja anasir bukan-penguasa yang bisa diterima sebagai anasir yang berdaulat. Lalu datanglah perjuangan kemerdekaan. Seperti nampak dalam pergerakan nasional kita, dari desa-desa kian kuat anasir bukan penguasa yang naik ke atas, ke tingkat yang berpengaruh. Bahkan selama revolusi fisik 1945, partai politik dan ketentaraan banyak mendapatkan tenaganya dari lapisan pinggiran itu. Walhasil, jika ditanya bagaimana "kedaulatan rakyat" bekerja, hari-hari itu orang agak dengan jelas bisa menunjukkannya. Tapi revolusi menghasilkan kemerdekaan. Perubahan besar kemudian memerlukan ketertiban. Pembaharuan pun butuh administrasi. Birokrasi menjadi penting. Dan semakin ia menentukan, semakin lemah pula arus yang datan secara kontinyu dari anasir d Iuar pemerintahan. Dan di duma yang tak pernah bisa sempurna, birokrasi yang begltu menjalar akhirnya sulit dikontrol. Penyalahgunaan wewenang dan kelambanan pada gilirannya tak dapat dielakkan. Di RRC, Mao mencoba membabatnya dengan "Revolusi Kebudayaan". Di AS, Ronald Reagan mencobanya dengan mencanangkan "pemerinrahan yang kecil". Di Indonesia kita berusaha dengan "pengawasan". Tapi di RRC Mao gagal dan di AS Reagan tak sepenuhnya berhasil. Di Indonesia mungkin masih perlu dicoba lagi suatu peri laku kenegaraan, yang mengenal jelas pembedaan antara pusat pengambilan keputusan dan birokrasi. Sebab bila pusat pengambilan keputusan juga lebur dalam birokratisasi, yang akan datang adalah kemacetan pengawasan. Apalagi di sini Jacob Fugger tak bisa diharapkan untuk menegur.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terlibat Isu Cinlok, Rizky Nazar Klarifikasi: Kita Semua Berteman Baik

1 menit lalu

Sejumlah dukungan moril untuk Rizky Nazar datang dari lingkaran pertemanannya, termasuk dari Syifa Hadju/Foto: Instagram/Syifa Hadju
Terlibat Isu Cinlok, Rizky Nazar Klarifikasi: Kita Semua Berteman Baik

Setelah Salshabilla Adriani, kini giliaran Rizky Nazar yang klarifikasi isu cinlok


5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

6 menit lalu

5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

Ganjar Pranowo menegaskan sikap politiknya untuk tidak bergabung pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo-Gibran


Ketahui 7 Fakta Ratu Lebah, Garda Terdepan dari Koloni Lebah

7 menit lalu

Ilustrasi lebah. Trade Vista
Ketahui 7 Fakta Ratu Lebah, Garda Terdepan dari Koloni Lebah

Ratu lebah merupakan anggota koloni lebah madu yang paling terkenal, berikut fakta-faktanya.


USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

9 menit lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah


Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

17 menit lalu

Tentara Korea Selatan dan AS berfoto setelah latihan tembak bersama di lapangan pelatihan militer di Pocheon pada 14 Maret 2024 sebagai bagian dari latihan militer gabungan tahunan Freedom Shield antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. JUNG YEON-JE/Pool via REUTERS
Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?


Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

20 menit lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy melaksanakan rapat bantuan kemanusiaan untuk Libya di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Jumat, 22 September 2023. Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan kemanusiaan untuk penanganan bencana banjir di Libya berupa logistik dengan menyiapkan 16 jenis barang dan jasa yang rencananya akan dikirimkan pada tanggal 27 September 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

Menko PMK Muhadjir Effendy meminta Sumatera Barat bisa mencanangkan sadar bencana setiap harinya dalam puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024.


Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

21 menit lalu

Pekerja tengah memberikan nomer seri pada emas berat 1 kilo di lokasi pembuatan emas Antam, Jakarta, 15 Juni 2015. Tempo/Tony Hartawan
Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.


ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

28 menit lalu

Bendera AS dan logo TikTok terlihat melalui pecahan kaca dalam ilustrasi yang diambil pada 20 Maret 2024. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.


Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

39 menit lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melantik 3 pejabat eselon I dan 3 pejabat eselon II di Kementerian Perdagangan pada Jumat, 26 April 2024 kemarin. Doc. Istimewa/ Humas Kementerian Perdagangan.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.


Halal Bihalal PKS, Prabowo dan Gibran Tak Hadir

40 menit lalu

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar halalbihalal di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Sabtu, 27 April 2024. Sejumlah pimpinan partai politik hadir dan lembaga negara hadir dalam acara ini. Tempo/Yohanes Maharso
Halal Bihalal PKS, Prabowo dan Gibran Tak Hadir

PKS menggelar halalbihalal di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Sabtu, 27 April 2024.