Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Blusukan Jokowi dan Kemandirian Pangan

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kadir, bekerja di Badan Pusat Statistik

Kalau kita perhatikan iklan politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di layar kaca menjelang pemilihan legislatif beberapa waktu lalu, pesannya sangat jelas: negeri ini harus berdaulat dalam soal pangan. Artinya, kita harus mandiri dengan mengandalkan pangan yang dihasilkan petani kita sendiri.

Komitmen PDIP itu tampaknya bukan hanya sebatas iklan politik. Saat blusukan ke Bogor beberapa waktu lalu (27 April), calon presiden yang diusung PDIP, Joko Widodo (Jokowi), mengobral janji bakal membebaskan negeri ini secara gradual dari impor pangan dalam empat atau lima tahun mendatang, bila terpilih sebagai presiden (Tempo.co, 28 April 2014).

Untuk mewujudkannya, Jokowi menyampaikan sejumlah solusi teknis, seperti meningkatkan produktivitas melalui penggunaan pupuk dan varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, pengendalian laju konversi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian, dan revitalisasi mesin-mesin yang ada di pabrik gula. Inti dari semua ini adalah menggenjot kapasitas produksi.

Boleh dibilang, semua yang disampaikan Jokowi ini cenderung normatif dan klise. Pasalnya, rezim berkuasa saat ini juga berjanji bakal melakukan hal yang kurang-lebih sama ketika berbicara soal kemandirian dan kedaulatan pangan, dulu, sebelum berkuasa. Tapi hasilnya hanya isapan jempol.

Tren perkembangan impor pangan negeri ini memang semakin merisaukan. Hal itu tecermin, antara lain, dari defisit perdagangan pangan yang kian menganga. Pada 2011, defisit sudah menembus US$ 6,439 miliar. Artinya, negeri ini lebih banyak mengimpor pangan ketimbang mengekspor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Impor pangan yang kian melambung memberi konfirmasi bahwa selama ini pemerintah tidak mampu meningkatkan produksi pangan nasional secara berarti. Padahal, pada saat yang sama, permintaan terhadap pangan terus meningkat dengan laju rata-rata 5 persen per tahun. Hal itu merupakan konsekuensi dari peningkatan daya beli masyarakat dan pertumbuhan kelas menengah.

Sebetulnya, persoalan impor pangan bukan hanya melulu soal bagaimana meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga soal komitmen dan keseriusan. Pasalnya, mewujudkan kemandirian pangan bukanlah pekerjaan mudah, melainkan butuh kerja keras. Sebaliknya, impor pangan lebih menggoda, dan tentu saja menggiurkan.

Impor adalah solusi paling mudah dan murah untuk menstabilkan harga pangan. Meski, jalan pintas ini sejatinya bakal mematikan petani dan merusak sektor pertanian kita. Impor pangan juga sangat kental dengan perburuan rente ekonomi. Secara faktual, impor menjanjikan margin yang sangat besar karena selisih harga yang cukup jomplang. Kedelai, misalnya, diimpor dengan harga Rp 5.600 per kilogram. Tapi ketika dijual di dalam negeri, harganya bisa mencapai Rp 9.000 per kilogram.

Celakanya, perburuan rente ini acap kali bukan hanya melibatkan pengusaha (importir), tapi juga partai politik, bahkan pejabat pemerintah, seperti yang terjadi pada kasus impor sapi beberapa waktu lalu. Karena itu, untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan, ketegasan, keseriusan, dan kesungguhan pemerintah mutlak diperlukan. Hal itu harus ditunjukkan, melalui political will yang kuat, oleh Jokowi atau siapa pun yang bakal memimpin negeri ini dalam lima tahun mendatang.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi: Saatnya Pangan Menjadi Panglima, Bukan Politik..  

7 September 2017

Presiden Jokowi (kiri) menyampaikan orasi ilmiah saat sidang terbuka di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 6 September 2017. Sidang terbuka ini dihadiri ribuan civitas akademi IPB. ANTARA/Arif Firmansyah
Jokowi: Saatnya Pangan Menjadi Panglima, Bukan Politik..  

Jokowi menegaskan, negara mudah ditundukkan karena ke depan bukan politik lagi yang jadi penglima, mungkin bukan hukum lagi yang jadi panglima.


Polri Bentuk Satgas Pangan untuk Selidiki Adanya Permainan Harga

3 Mei 2017

Kapolri Jendral Tito Karnavian didampingi Mendagri, Mentan, Kabulog, dan Menteri Perdagangan memberikan keterangan pers seusai kegiatan vicon menjaga Stabilitas Harga Bahan Pangan dan Lainnya menjelang Ramadhan & Idul Fitri 2017 di Mabes Polri, 3 Mei 2017. TEMPO/ALBERT/MAGANG
Polri Bentuk Satgas Pangan untuk Selidiki Adanya Permainan Harga

Satgas ada di tiap Polda, dipimpin Direktorat Reserse Kriminal Khusus.


Hari Pangan Dunia, Stop Bergantung Makanan Impor  

16 Oktober 2016

Pangan lokal dalam Festival Pangan Lokal di Kedai Keblasuk, Yogyakarta. (TEMPO/Shinta Maharani)
Hari Pangan Dunia, Stop Bergantung Makanan Impor  

Solidaritas Perempuan kampanyekan makanan lokal seperti keripik rumput laut, tiwul, ketela rambat rebus, dan gembili rebus.


Presiden Jokowi Ingin Rakyat Aman Pangan  

28 Januari 2016

Presiden Jokowi (kiri) memimpin penghormatan ketika berziarah ke Taman Makam Pahlawan Seroja di Kota Dili, Timor Leste, 26 Januari 2016. Jokowi menyempatkan berziarah pada kunjungan perdananya ke Timor Leste. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Presiden Jokowi Ingin Rakyat Aman Pangan  

Presiden Joko Widoodo menyoroti harga pangan yang semakin naik.


Dituding Tak Akurat, Menteri Amran Ingin Benahi Data Pangan  

27 November 2015

Menteri Pertanian, Andi Amran sulaiman menjukkan batang padi yang baru dipanennya kepada petani di Desa Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, 25 Februari 2015. TEMPO/Nofika Dian Nugroho
Dituding Tak Akurat, Menteri Amran Ingin Benahi Data Pangan  

Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana memperbaiki data pangan yang dituding tak akurat.


Indonesia Luncurkan Zero Hunger Challenge Pada Hari Pangan

17 Oktober 2015

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, panen padi di kawasan persawahan Sumberpucung, Malang, 26 Februari 2015. Menurut Amri, stok beras di Bulog sebanyak 1,3 juta ton, sedangkan kebutuhan beras nasional sebesar 32 juta ton, diharapkan dengan masuknya masa panen raya ini bisa menutupi kebutuhan beras nasional. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Indonesia Luncurkan Zero Hunger Challenge Pada Hari Pangan

Ini gerakan global untuk meniadakan kelaparan, kata Menteri Amran, dan sesuai agenda Nawa Cita.


Ini Strategi Darmin Hadapi Kartel Pangan  

24 Agustus 2015

Kiri-kanan: Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Jalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution berbincang usai dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, 12 Agustus 2015. Tempo/Aditia Noviansyah
Ini Strategi Darmin Hadapi Kartel Pangan  

Darmin Nasution membeberkan dua cara untuk menghalau kartel pangan. Apa saja?


BI Minta Pemerintah Awasi Stok 6 Komoditas Pangan  

18 Agustus 2015

Pedagang cabai. TEMPO/Tony Hartawan
BI Minta Pemerintah Awasi Stok 6 Komoditas Pangan  

Ketersediaan stok enam komoditas itu berpengaruh terhadap laju inflasi.


Ikut Fokus Masalah Pangan, Luhut Minta Suasana Tenang

13 Agustus 2015

Tedjo Edhy Purdijatno (kiri), tertunduk saat berjabat tangan dengan Luhut Binsar Pandjaitan, usai menggelar acara serah terima jabatan (sertijab) sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, 13 Agustus 2015. TEMPO/ Aditia Noviansyah
Ikut Fokus Masalah Pangan, Luhut Minta Suasana Tenang

Luhut mengatakan, masalah pangan ini ada kaitannya antara ekonomi dan keamanan.


Bulog Pangkas Rantai Distribusi Pangan  

23 Juni 2015

TEMPO/Aditia Noviansyah
Bulog Pangkas Rantai Distribusi Pangan  

Pemerintah akan memperbaiki tata niaga dari petani ke pengepul hingga pedagang.