Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Runtuhnya kekuasaan islam

Oleh

image-gnews
Iklan
Betapa sukarnya terang siang berpamitan dari Granada! -- Federico Garcia Lorca BUKAN cuma terang matahari, tapi juga masa silam sukar berpamitan dari Granada. Sejarah seakan-akan ikut melilitkan diri ke pohon-pohon sipres--atau bersembunyi di bawah air. Atau melekat di batu-batu merah Alhambra. Di belakangnya, berdiri latar yang tua sekali: bukit-bukit Sierra Nevada "gigir gunung yang bersalju." Ke situlah memang, di abad ke-11, kekuatan terakhir bangsa Berber bertumpu, setelah Islam terdesak di Spanyol. Keadaan memang tak sehebat seperti di abad ke-9, ketika kerajaan Umayyad jadi sebuah pusat kebudayaan yang unggul di Cordoba. Tapi dengan hati-hati, kekuasaan yang tersisa di Gradana itu toh berhasil mempertahankan diri. Dan tumbuhlah suatu peradaban yang telah membikin Andalusia, untuk mengutip kata-kata seorang ahli sejarah, jadi "suatu kehormatan bagi umat manusia". Tepat ditahun 1248, Muhammad ibnu al-Ahmar memerintahkan dibangunnya Alhambra, istana yang menatap dua sungai bening di bawah. Indah sekali. Tapi bukan cuma karena keindahannya istana ini menggetarkan kita. Seperti juga riwayatnya, kastil merah itu (dari kata al-qala hamra) adalah sebuah kontras. Dari luar, ia mengesankan kekokohan sebuah benteng. Tapi di dalamnya ia menyimpan tiang-tiang semampai, ukiran renik dan dekorasi yang feminin--yang agak berlebihan lembut. Alhambra memang bermula sebagai kubu. Didirikan di abad ke-9, bangunan asalnya, Alcazaba (dari kata Arab alqasba) mirip tempat pertahanan tentara negeri Timur. Namun pertahanan 200 tahun kemudian, berganti jadi kemapanan. Perang reda, lalu hidup pun santai. Dinding yang kasar di luar itu pun sedikit demi sedikit ditambah dengan ruang-ruang bertata rias yang mewah, yang melipur indera sampai senikmat-nikmatnya. Lalu datanglah kekalahan. "Hanya Tuhanlah yang menang," begitulah kaligrafi yang terukir cantik di sana. Tapi di salah satu ruangan paling indah, di Salon de Embajadores, 400 tahun yang lalu amir terakhir bangsa Berber memutuskan untuk takluk kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabela. Kekuasaan Islam pun berakhir. Bertahun kemudian, Raja Carlos V konon memandang dari balairung itu ke bawah, tempat Sungai Darro dan Genil nampak. Menyaksikan kebun merimbun, ia berkata, "Betapa buruk nasib orang yang telah kehilangan segalanya ini!" Nasib, atau lalai? Bagi pendapat yang lazim, sejarah runtuhnya kerajaan Islam Spanyol adalah satu kasus dari pola yang termasyhur kaum yang semula kokoh dan liat berhasil maju, tapi kemudian-terjebak dalam kenikmatan kemajuan-ia pun jatuh. Bukankah jauh sebelum Alhambra. kekuasaan Islam juga terdesak karena di Cordoba dan Sevilla para pemimpin jadi manja dan korup? Bukankah Andalusia bangkit kembali karena datang Amir Abu Aqub Yusuf di abad ke-12, keturunan pengikut Ibnu Tumart yang menganjurkan hidup keras dan sederhana? Hidup keras dan sederhana, keyakinan kokoh dan bersahaja: sikap ini memang bisa mempesona dalam situasi yang dirasa tidak adil serta dekaden. Tak heran bila dalam sejarah pemikiran Islam, pandangan itu datang berulang dari masa ke masa. Ia berpedoman pada hidup orang-orang di awal Islam, di bawah Nabi. Dengan demikian ia punya kelebihan moral dan kegempalan semangat: ada kemurnian, ada kebersihan, ada kekuatan. JUGA ada kecenderungan untuk menilai kehidupan lain, yang meninggalkan corak keras dan sederhana itu, sebagai gejala keruntuhan yang pernah nampak di Andalusia: suatu penyelewengan. Tentu, banyak benarnya. Tapi barangkali boleh juga orang melucu: sejarah adalah seperti Alhambra. Tak ada agaknya suatu kaum yang bisa terus-menerus hidup dengan kebudayaan kubu pertahanan yang selalu awas dan siaga. Ada godaan kembang dan pohon-pohon, ada penggeli hati dan mainan, ada sejumlah hal yang dicari dengan rasa seni dan kreativitas -- sementara tak ada lagi manusia sesuci Nabi. Alhambra. Cordoba. Sevilla. Ataukah keindahan itu proses terkutuk?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

16 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

35 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

Ronny Pangemanan menilai kombinasi pemain muda lokal dan naturalisasi di bawah arahan Shin Tae-yong melahirkan Timnas Indonesia yang bagus.


Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

1 jam lalu

Rayn Wijaya melamar Ranty Maria. Foto: Instagram.
Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

Ranty Maria mendapat lamaran dari sang kekasih, Rayn Wijaya tepat di hari ulang tahunnya ke-25 di tempat yang sudah lama diimpikannya.


Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

2 jam lalu

Konferensi Pers Pameran K-Pop D'Festa 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

Para penggemar K-Pop akan segera dimanjakan dengan pameran K-Pop D'Festa, di Jakarta.


Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

3 jam lalu

Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

April yang lalu, suasana kediaman Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk, M.A di Simalungun menjadi saksi pertemuan penting antara Nikson Nababan, Ketua DPC PDI Perjuangan Tapanuli Utara, dengan tokoh agama yang berpengaruh.


MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

3 jam lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

4 jam lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

4 jam lalu

Kendaraan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir terlibat dalam kecelakaan di Ramle pada 26 April 2024. (Screencapture/X)
Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

Mobil Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terbalik dalam kecelakaan mobil karena menerobos lampu merah


Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

4 jam lalu

Timnas Uzbekistan saat melawan Timnas Arab Saudi, di perempat final Piala Asia U-23 2024. Foto/Video/rcti
Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.


Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

4 jam lalu

Youtuber, Jang Hansol. Foto: Instagram.
Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

Jang Hansol menyebut kekalahan Korea Selatan dari Timnas U-23 bisa menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola di negaranya.