Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ciri Yang Hilang

Oleh

image-gnews
Iklan
KOTA-KOTA berulang tahun. Tapi sejauh manakah sebetulnya kita bersungguh-sungguh dengan sejarah? Kota W., atau kota B., atau kota S. barangkali adalah tipe kota yang waktu kecil kita kenal. Dulu ada alun-alun bersih, dengan dua beringin kurung yang akarnya terjela-jela. Dulu di selatan ada kabupaten, ditandai oleh sebuah bangunan kolonial dengan pendopo yang menghadang angin. Ada halaman luas, berpohon buah. Ada warna hijau tua yang meredam bisingnya jalan dan berisiknya anak-anak. Ada pokok asam, berseberangan, disela-sela oleh kenari. Kini, apa yang tinggal? Rumah bupati dan sekitarnya telah berubah. Sebuah gedung bujur sangkar seluas 600 mFD berdiri. Bagian dalam ber-AC. Tembok dilapisi kayu. Ada juga karpet dan dinding ke dinding. Di bagian depan, sepotong bidang panjang ditaburi koralteks berwarna seru. Dan huruf-huruf, kuning mengkilap, dipasang besar-besar . . . Pembaruan, seperti biasa. Tapi terutama dalam sepuluh tahun terakhir ini, kata orang, kaum nouveaux riches telah mengambil alih arsitektur kota. Mereka yang baru saja memperoleh kekayaan, kekuasaan dan kesempatan, telah merombak apa yang bagi mereka tak memikat lagi. Mereka mencari lambang kemajuan meskipun yang didapat kekacauan. Mereka mencari pernyataan status, meskipun yang diperlihatkan adalah senyuman gigi emas. Tapi terhadap orang-orang kaya baru yang menentukan itu: apa yang bisa dilakukan? Kekayaan mereka sering mendadak. Keleluasaan, yang tersedia oleh harta itu, belum lagi jadi bagian kepribadian. Kedudukan baru, kemegahan kemarin, masih mencoba-coba pelbagai gaya, untuk tampil. Belum ada koherensi dalam ekspresi keindahan. Bahkan keindahan itu pun masih merupakan kerepotan yang belakangan datang. Dan bila keindahan yang mereka coba utarakan itu tak ada sangkut pautnya dengan keindahan lama, apa mau dikata? Kota W., atau kota B., atau kota S., mengalami apa yang dialami oleh seluruh Republik. Revolusi. Perubahan-perubahan golongan yang berkuasa. Ledakan penduduk. Kemudian, terutama sejak satu dasawarsa terakhir, uang. Semuanya menghasilkan penjungkirbalikan. Ataukah karena kita tak pernah menghayati sejarah sebagai garis yang sambung bersambung, hingga zaman yang satu tidak berdiri tersendiri dari zaman yang lain? Mungkin. Barangkali itulah sebabnya Majapahit hanya tersisa sedikit. Ia, seperti tersebut dalam sebuah kronogram Jawa, "sirna hilang" sebagai lambang kejayaan -- sirna ilang kertaning bumi. Tapi mungkin teori itu pun berlebih-lebihan. London pun pernah nyaris musnah dimakan api setelah kebakaran selama lima hari di tahun 1666. Ternyata, tak banyak ikhtiar untuk mengembalikan bentuk lamanya lagi. Jika kita bisa meminjam kata-kata Aubrey Menen yang menulis tentang kota itu untuk buku Time-Life di tahun 1976, "orangorang London cukup berbahagia" dengan kemusnahan yang terjadi. Pada mereka memang ada sikap tak teramat cemas akan perubahan, sampai dengan di abad ini. "Beberapa di antara kami memang menyesali perubahan itu," tulis Menen, "tapi perasaan itu tak cukup mendalam untuk sampai menghentikan munculnya pencakar langit". Orang London, dengan kata lain, tak mau kotanya jadi museum. Kota-kota berulangtahun, tapi juga mereka mempunyai fungsi yang ditentukan oleh orang-orang yang hidup dan berkuasa. Di bulan April 1978 di Aiglemont, Gouvieux Prancis, sebuah seminar diadakan oleh Aga Khan untuk membahas arsitektur Islam. Banyak pembicaraan menyesali hilangnya "ciri Islam" dalam kota dan bangunan baru di Timur Tengah kini. Hanya seorang ahli sejarah arsitektur dari Turki, Dogan Kuban, yang menenangkan debat itu dengan mengingatkan, bahwa "aristektur adalah sebuah profesi yang berorientasi kepada klien". Jika klien yang di Ryadh itu suka gedung model New York, mau apa? Dan klien kita hari ini menghendaki hacienda, atau rumah joglo, atau pilar Romawi -- bukan rumah-rumah separuh kayu yang serambinya dihiasi kepala menjangan pada dinding. Kota-kota pun berubah mencerminkan suatu perubahan sosial-politik. Bila yang tercermin adalah khaos, kerancuan norma-norma, mungkin karena di atas sana ada kebingungan, di tengah kekayaan dan kekuasaan.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemerintah Dorong Pertumbuhan Perkotaan Berkelanjutan

16 Desember 2023

Pemerintah Dorong Pertumbuhan Perkotaan Berkelanjutan

RDTR bukan hanya sebagai alat perencanaan, tetapi juga sebagai wahana inovasi yang juga mempertimbangkan beberapa isu global yang dihadapi


Pakar Tata Kota Sebut Tata Ruang Jakarta Jadi Pemicu Banjir

27 Oktober 2022

Warga berjalan melintasi banjir di permukiman penduduk kawasan Rawajati, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. BPBD DKI Jakarta pada Senin pukul 06.00 WIB mencatat sebanyak 53 RT di DKI Jakarta terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Pakar Tata Kota Sebut Tata Ruang Jakarta Jadi Pemicu Banjir

Nirwono Joga menyebut banjir Jakarta adalah konsekuensi logis.


Hormat kepada Dosen yang Ubah Cara Pandangnya, Ridwan Kamil Kirim Batik dan Foto

28 Agustus 2021

Allan Jacobs, dosen Ridwan Kamil
Hormat kepada Dosen yang Ubah Cara Pandangnya, Ridwan Kamil Kirim Batik dan Foto

Ridwan Kamil mengenalkan dosen pembimbingnya saat mengambil magister di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat.


Fakta-fakta DKI Dinobatkan Sebagai Kota dengan Tata Ruang Kota Terburuk di Dunia

25 Agustus 2021

Sejumlah anak bermain di Sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa, 24 Agustus 2021. ANTARA/Galih Pradipta
Fakta-fakta DKI Dinobatkan Sebagai Kota dengan Tata Ruang Kota Terburuk di Dunia

Jakarta mendapat peringkat pertama kota dengan desain perencanaan tata ruang kota terburuk di dunia. Apa kata DPRD DKI dan pakar?


Efisiensikan Perencanaan Kota, Bank Dunia Beri Sejumlah Saran Ini

9 November 2019

Peta Dasar Pertanahan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Efisiensikan Perencanaan Kota, Bank Dunia Beri Sejumlah Saran Ini

"Saya menyarankan investasi dan perencanaan harus tersinkronisasi," ujar Senior Urban Development Specialist dari Bank Dunia, Gayatri Singh.


IMB Akan Dihapus, Begini Dampaknya ke Penataan Ruang Kota

24 September 2019

Pembangunan gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, 18 Maret 2016. TEMPO/Tony Hartawan
IMB Akan Dihapus, Begini Dampaknya ke Penataan Ruang Kota

Pemerintah sebaiknya berfokus untuk membenahi proses pengurusan IMB, bukan malah menghapuskannya.


2035, PUPR: 75 Persen Masyarakat Hidup Berdesak-desakan di Kota

4 Juli 2018

Sejumlah penumpang mengantre saat berpindah kereta rel listrik (KRL) di peron Stasiun Duri, Jakarta, 16 April 2018. Kepadatan penumpang tersebut terjadi karena operasional KA Bandara Soekarno-Hatta ditambah, sehingga operasional KRL rute Duri-Tanggerang harus dikurangi dari 90 menjadi 80 perjalanan. ANTARA
2035, PUPR: 75 Persen Masyarakat Hidup Berdesak-desakan di Kota

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkirakan jumlah penduduk yang hidup di perkotaan terus meningkat tiap tahunnya.


CEO Lippo Group Bicara Soal Status Tata Ruang Meikarta

21 Maret 2018

Pemimpin Redaksi Harian Kompas Rikard Bagun, Dirjen Imigrasi Ronny F Sompie, CEO Lippo Group James Riady, Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan, Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya di acara topping off dua tower di Meikarta,  29 Oktober 2017. TEMPO | ADI WARSONO
CEO Lippo Group Bicara Soal Status Tata Ruang Meikarta

Lippo Group menyebutkan semua perizinan pembangunan dan penyesuaian tata ruang atas proyek Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, terus dilakukan.


Kota-Kota Ini Dipersiapkan Jadi Kota Baru, Apa Saja Fasilitasnya?

20 Maret 2018

Ilustrasi Kota Jakarta. Getty Images
Kota-Kota Ini Dipersiapkan Jadi Kota Baru, Apa Saja Fasilitasnya?

Pembangunan kota baru tengah menjadi permasalahan di berbagai negara. Beberapa kota ini direncanakan akan menjadi kota baru di Indonesia.


Sandiaga Uno Revisi Perda Zonasi, Ingin Seperti Silicon Valley

12 Februari 2018

Sekda Jakarta Saefullah bersama Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Sandiaga Uno saat meninjau jalan layang Pancoran, Jakarta, 14 Januari 2018. Sandi menargetkan jalan layang yang dibuat untuk mengurai kemacetan di sekitar perempatan Pancoran. TEMPO/ Naufal Dwihimawan Adjiditho
Sandiaga Uno Revisi Perda Zonasi, Ingin Seperti Silicon Valley

Perda 1/2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi yang direvisi, kata Sandiaga Uno, tidak akan menyalahi aturan.