Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Batas-batas sosial

Oleh

image-gnews
Iklan
TIAP kali saya berkunjung ke Bali, saya cemburu kepada Miguel Covarrubias. Demikianlah kata seorang tamu dari Jerman, di sebuah kedai Ubud. Covarrubias, pelukis Meksiko yang bersama istrinya mengarungi Pasifik dengan kapal Cingalese Prince, datang ke Bali di tahun 1930 -- sebelum Bali banyak didatangi. Dan tuan tahu apa yang dikatakannya? Tak seorang pun nampaknya pernah mendengar tempat ini, begitu ia tulis dalam sebuah buku, yang tetap susah ditandingi sejak terbit di tahun 1937. Kepada orang lain ia harus menunjukkannya pada peta, "satu titik kecil di kerumunan pulau-pulau di sebelah timur Jawa." Di situlah, kata Covarrubias, tinggal "salah satu dari kerumunan bangsa-bangsa yang menakjubkan, yang tak akan pernah kita kelal lagi." Ah, Covarrubias. Dialah setelah Walter Spies, orang Barat yang "masih punya cukup Robinson Crosoe" dalam dirinya di tengah masyarakat pribumi di pulau yang jauh. Karena itu, tiap kali saya berkunjung ke Bali, saya cemburu kepada Miguel Covarrubias. Adakah tamu ini, seperti banyak tamu lain, ingin jadi Robinson Crosoe? Tapi siapakini bisa jadi Robinson Crosoe -- terutama di Bali? Puluhan ribu turis datang, silih berganti. Bahkan enam tahun setelah 1930, ketika Covarrubias datang kembali ke pulau itu, ia sudah ikut mencemaskannya: seperti rumput alam dilanda barisan panjang yang tak sabar, Bali terancam akan "rusak". Bali, tentu saja, bukan fenomen tersendiri. Sebelumnya orang bicara sedih tentang Hawaii. Atau Tahiti. Mungkin juga Meksiko, atau pedalaman Spanyol dan desa-desa Italia di Mezzogiorno. Apa boleh buat. Negeri nun disana yang eksotis, dulu ibarat mimpi di perbatasan tidur, kini bukan lagi daerah yang eksklusif. Perjalanan jauh bukan lagi hanya kesempatan sejumput orang kaya atau segelintir pemberani. Makin banyak orang yang mampu dan mau, makin deras pula para turis -- dan makin mudah pula suatu keindahan asli akan jadi lekang hingga hilang. Barangkali, kita tengah menyaksikan "batas-batas sosial" suatu pertumbuhan ekonomi. Barangkali benar yang dikemukakan dengan nada berat oleh Fred Hirsch dalam Social Limits to Growth: bahwa pertumbuhan itu akhirnya tak cuma akan ketabrak pada terbatasnya persediaan sumber alam. The Club of Rome memang menyimpulkan demikian, tapi mereka mencari terlalu jauh. Di dekat kita toh kita bisa bicara, menurut Hirsch, tentang "kongesti sosial". Lihatlah mobil di jalan itu. Dulu ia alat untuk mempermudah transpor. Ketika masih sedikit orang yang mampu memilikinya, fungsi itu berjalan baik dan kepuasan didapatkan. Tapi kini, ketika kian bertambah orang yang berkesempatan menggunakannya, di jalan itu kata "kongesti" menemukan contohnya. Fungsi semula dan kepuasan, kini terganggu. Bisakah dielakkan? Dalam pertumbuhan ekonomi, suatu masyarakat konon ibarat barisan yang bergerak. Setidaknya beberapa ahli sosiologi pernah mengatakan demikian. Artinya, barisan terbelakang selalu akan punya jarak dengan barisan terdepan. Jarak itu tetap akan ada, kecuali untuk beberapa orang di belakang yang berhasil meloncat. Toh ada harapan: sementara barisan itu bergerak, orang-orang yang di belakang itu suatu saat akan tiba di tempat yang pernah dicapai oleh orang-orang di depan tadi . . . Apakah dengan itu soalnya akan beres, dan semua lapisan akan puas? Jika kita mengikuti Hirsch, jawabannya adalah "tidak". Teori "barisan-bergerak" mengabaikan satu kenyataan: bahwa ketika tempat yang dituju selama berharihari itu akhirnya sampai dicapai oleh orang di belakang, tempat itu pun sudah akan runyam --terinjak-injak oleh barisan itu sendiri. Tapi haruskah kita menghentikan gerak barisan -- dan mempertahankan status quo dan oligarki? Atau biarkan barisan itu bergerak -- walaupun tak akan berakhir dengan kepuasan yang dicari?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

19 menit lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

38 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Cara Shin Tae-yong Meramu Pemain Muda Dinilai Jadi Kunci Naikkan Level TImnas Indonesia di Asia

Ronny Pangemanan menilai kombinasi pemain muda lokal dan naturalisasi di bawah arahan Shin Tae-yong melahirkan Timnas Indonesia yang bagus.


Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

1 jam lalu

Rayn Wijaya melamar Ranty Maria. Foto: Instagram.
Empat Tahun Pacaran, Ranty Maria Dilamar Rayn Wijaya di Tempat Impiannya

Ranty Maria mendapat lamaran dari sang kekasih, Rayn Wijaya tepat di hari ulang tahunnya ke-25 di tempat yang sudah lama diimpikannya.


Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

2 jam lalu

Konferensi Pers Pameran K-Pop D'Festa 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Pameran K-Pop D'Festa Siap Hadir Selama 45 Hari di Jakarta, Catat Tanggalnya

Para penggemar K-Pop akan segera dimanjakan dengan pameran K-Pop D'Festa, di Jakarta.


Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

3 jam lalu

Perjalanan Politik Nikson Nababan Menuju Gubernur Sumatera Utara

April yang lalu, suasana kediaman Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk, M.A di Simalungun menjadi saksi pertemuan penting antara Nikson Nababan, Ketua DPC PDI Perjuangan Tapanuli Utara, dengan tokoh agama yang berpengaruh.


MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

3 jam lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

4 jam lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

4 jam lalu

Kendaraan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir terlibat dalam kecelakaan di Ramle pada 26 April 2024. (Screencapture/X)
Terobos Lampu Merah, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Kecelakaan

Mobil Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir terbalik dalam kecelakaan mobil karena menerobos lampu merah


Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

4 jam lalu

Timnas Uzbekistan saat melawan Timnas Arab Saudi, di perempat final Piala Asia U-23 2024. Foto/Video/rcti
Hasil Piala Asia U-23, Uzbekistan Taklukkan Juara Bertahan Arab Saudi

Uzbekistan akan menjadi lawan Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 pada Senin, 29 April 2024.


Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

4 jam lalu

Youtuber, Jang Hansol. Foto: Instagram.
Youtuber Jang Hansol dan Food Vlogger Om Kim Senang Indonesia Kalahkan Korea Selatan

Jang Hansol menyebut kekalahan Korea Selatan dari Timnas U-23 bisa menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola di negaranya.