Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Faktor Islam pada Pilpres

image-profil

image-gnews
Iklan

Arfanda Siregar,
Dosen Politeknik Negeri Medan

Faktor umat Islam masih menjadi kunci kemenangan dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014. Tim sukses pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjadikan umat Islam sebagai sasaran utama untuk menaikkan elektabilitas keduanya.

Tak usah heran, kedua capres mengklaim bahwa dirinyalah yang paling merepresentasikan umat Islam dan ini membuat mereka percaya diri menggunakan simbol Islam yang biasanya tak pernah mereka kenakan dalam aktivitas sehari-hari. Efektifkah?

Penggunaan simbol Islam tersebut bukan cakap kosong. Hanya demi membuktikan bahwa seorang Joko Widodo (Jokowi) beragama Islam, sekarang, setiap kali putra Solo tersebut berpidato selalu diawali dengan pengucapan salawat Nabi yang panjang. Padahal tak biasanya beliau seperti itu. Namun kampanye hitam yang menuduhnya bukan muslim membuat Jokowi harus menghafal salawat dan menggunakannya ketika mulai berpidato.

Lain lagi dengan Prabowo Subianto. Mantan menantu Presiden Soeharto tersebut percaya diri mengatakan hubungannya dengan ulama sudah sangat dekat sejak bertugas sebagai prajurit. Sudah lazim dia meminta restu kepada ulama setiap kali menjalankan tugas di lapangan. Bagi Prabowo, ulama adalah tempat dia memohon restu agar selamat di medan pertempuran.

Jokowi maupun Prabowo sebenarnya tak punya rekam jejak yang panjang sebagai salah satu tokoh yang dekat dengan umat Islam. Belum ada satu pun catatan yang mengindikasikan keduanya adalah pentolan organisasi Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Mereka juga tak terbiasa dengan kegiatan-kegiatan keislaman selama karier politiknya.

Yang jelas, menjelang kontestasi pilpres 2014, umat Islam memegang peranan signifikan mengangkat harkat dan derajat mereka menjadi orang nomor satu di negeri ini sehingga perlu diambil hatinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, Islam masih menjadi agama dengan jumlah penganut terbesar di Indonesia, sehingga suara pemilih muslim sangat diperhitungkan. Semua capres selalu menggunakan isu Islam sebagai "daya sedot" suara. Bahkan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah, diseret-seret dalam arus dukung mendukung capres, sehingga secara internal terbelah dalam dua poros dukungan: ada yang mendukung Jokowi dan ada yang mendukung Prabowo.

Semuanya dilakukan demi mendapatkan dukungan dari massa kedua ormas tersebut. Lihat saja tokoh NU, seperti KH Hasyim Muzadi, Alwi Shihab, dan Salahuddin Wahid, yang terang-terangan mendukung Jokowi. Sedangkan tokoh NU yang lain, seperti KH Said Aqil Siradj dan Mahfud Md., malah mendukung Prabowo. Begitu juga Muhammadiyah. Meskipun tidak terang-terangan seperti tokoh NU, tokoh di tubuh ormas Islam tersebut terpecah antara mendukung kubu Jokowi dan Prabowo.

Inilah daya tarik suara umat Islam yang diwakili banyak ormas Islam, yang pada gilirannya membuat para capres berlomba mencari simpati dengan menggunakan simbol Islam agar mendapatkan dukungan nyata dari anggota ormas Islam itu.

Kedua, suara partai politik Islam, seperti PKS dan PPP, yang akan terpecah ke dua pasang capres karena tak adanya kader dari dua parpol Islam tersebut yang maju sebagai capres ataupun cawapres.

Hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia ( LSI) pada 1-9 Mei 2014 terhadap 2.400 responden di 33 provinsi dengan metode acak bertingkat mencatat bahwa 32,69 persen pemilih PKS mendukung Jokowi-JK dan 33 persen memilih Prabowo-Hatta. Meskipun secara legal formal kedua partai mendukung capres Prabowo, bukan berarti akan diikuti secara mutlak oleh konstituennya. Inilah keunikan konstituen partai Islam. Melabuhkan pilihan kepada partai Islam bukan berarti akan taklid buta mendukung pilihan capres kedua partai Islam tersebut.

Hal ini juga menandakan bahwa suara pemilih muslim akan tersebar ke dua capres tanpa memandang terlalu serius platform keislaman dan identitas keislaman capres. Atau, dengan kata lain, keislaman seorang capres tak lagi menentukan pilihan umat Islam. Umat Islam lebih melihat kualitas gagasan dan visi capres dalam menakhodai negeri ini. Sementara itu, simbol-simbol Islam yang sering dijadikan "daya tarik" capres dan partai Islam dalam menggaet suara umat Islam sama sekali tidak efektif lagi. Jadi, tak perlulah capek-capek menghafal doa dalam bahasa Arab ataupun menggunakan jubah ulama. Tampil apa adanya saja.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.