Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kritik Juga Milik Sosial

Oleh

image-gnews
Iklan
SEORANG bertanya kepada seorang darwish: "Manakah yang lebih baik, di bawah kekuasaan orang atau menjadi penguasa?" Sang darwish bijaksana menjawab: "Di bawah kekuasaan orang." "Mengapa? " "Orang yang di bawah kekuasaan orang lain senantiasa diberitahu oleh yang berkuasa bahwa ia salah, baik ia memang bersalah atau tidak. Ini memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri dengan menelaah dirinya sendiri-sebab terkadang ia memang bersalah. "Sementara itu orang yang berkuasa hampir selalu membayangkan dirinya atau peraturannya benar, hingga ia pun cuma sedikit punya kesempatan untuk menyiasati tingkahlakunya sendiri. "Itulah sebabnya orang yang di bawah kekuasaan orang lain pada gilirannya akan menjadi penguasa, dan para penguasa akan jatuh ke status orang yang dikuasai." *** TIDAK selalu riwayat manusia berjalan menurut kalimat terakhir dari kisah Idries Shah dalam Thinkers of the East. Tidak setiap orang yang kini berada di bawah kekuasaan orang lain pada suatu waktu nanti menjadi penguasa. Namun hampir selalu pasti: pada suatu saat seorang raja akan berhenti dari tahta, seorang menteri akan turun atau mati. Dalam kehidupan kita sekarang, kita pun sudah melihat berapa banyak orang tiba-tiba, atau perlahan-lahan, kehilangan kekuasaannya. Memang menarik untuk melihat bagaimana berbeda (atau tidak berbeda) sikap mereka. Seperti halnya juga menarik, untuk suatu waktu kelak melihat bagaimana saya, misalnya, yang kini berkuasa, turun dari jabatan dan jadi orang kebanyakan. Saya mungkin akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk, dalam kata-kata sang darwish, "memperbaiki diri dengan menelaah diri saya sendiri." Hidup dan pergantian-pergantian semacam itu adalah suatu proses belajar. "Sehingga para penguasa dapat belajar apa aklbatnya penguasaan, dan orang yang di kuasai dapat belajar betapa baiknya, juga betapa jeleknya, diri mereka sebenarnya," demikianlah kata sang darwish . *** PROSES belajar itu bisa mahal, bisa juga tidak. Jika orang setiap kali hanya dapat menelaah dirinya sendiri bilamana ia tidak sedang berkuasa, sebuah masyaraka harus membayar lebih banyak dan menanggungkan lebih panjang proses belajar itu. Karena itulah sedapat-dapatnya harus diwujudkan suatu sistem, yang memberi lebih banyak kesempatan kepada penguasa untuk "menyiasati tingkahlakunya sendiri." Tentu saja kesempatan semacam itu tidak dapat semata-mata diandalkan kepada kehendak. Teguran, bahkan mungkin pernyataan kejengkelan orang lain, perlu untuk membantu penyiasatan itu. Dengan demikian teguran, atau kritik, bisa dilihat sebagai kontribusi. Namun tk kurang pentin ialah bahwa kontribusi itu harus cukup tersebar dalam khalayak. Sebab jika kritik itu penting sebagai picu yang menggerakkan proses belajar -- terutama tentang manfaat serta bahayanya kekuasaan -- maka ia tak boleh dimonopoli. Kata orang, Napoleon hanya bersedia membaca kritik yang ditulis khusus untuk dirinya sendiri. Mungkin ia malu atau cemas atau berang untuk diketahui bahwa ia mendapatkan kritik. Tapi mungkin sebenarnya ia cuma serakah: kritik bisik-bisik semacam itu hanya akan bermanfaat bagi dia sendiri, tapi tidak bagi orang lain. Padahal orang lain pasti ada yang dapat memanfaatkannya -- siapa tahu ia kelak menjadi Napoleon yang kemudian. Dengan kata lain, kritik dalam kehidupan sosial-politik bukanlah les privat. Ia juga milik sosial.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kampanye Kejayaan Soeharto, Pengamat: Sulit buat Dulang Suara  

13 Maret 2017

TEMPO/ Santirta M
Kampanye Kejayaan Soeharto, Pengamat: Sulit buat Dulang Suara  

Pengamat yang juga peneliti CSIS mengatakan nostalgia terhadap kejayaan Soeharto tak akan bisa digunakan untuk mendulang suara dalam pemilu.


Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Luhut: Lihat Peran Sejarah  

20 Mei 2016

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, saat coffee morning dengan sejumlah wartawan di kantor Menkopolhukam, Jakarta, 21 April 2016. Luhut menyampaikan harapannya agar Indonesia jangan mau didikte negara asing. TEMPO/Aditia Noviansyah
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Luhut: Lihat Peran Sejarah  

"Soeharto kan punya peran dalam sejarah pembangunan. Kalau diberikan gelar pahlawan ya kita hargai," ujar Luhut Binsar Pandjaitan.


Tiga Tahun Pak Harto Mangkat, Rumah Cendana Sepi

27 Januari 2011

Tiga Tahun Pak Harto Mangkat, Rumah Cendana Sepi

Rumah di Jalan Cendana yang ditinggali Pak Harto semasa hidupnya ini, memang sejak lama tidak pernah dijenguk oleh kerabat.


Kecewa Majelis Hakim, Korban Stigma PKI Lapor ke MA

20 Juli 2005

Kecewa Majelis Hakim, Korban Stigma PKI Lapor ke MA

Ratusan orang mantan napol/tapol korban stigma Gerakan 30 September- Partai Komunis Indonesia (PKI) Rabu siang (20/7), melapor ke Mahkamah Agung (MA). Mereka merasa dikecewakan oleh penundaan sepihak oleh Majelis Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.


Fuad Bawawier Ditolak PAN Boyolali

26 Desember 2004

Fuad Bawawier Ditolak PAN Boyolali

Fuad Bawazier kandidat ketua Partai Amanat Nasional (PAN) ditolak DPD Boyolali. Citra pribadi Fuad dianggap kurang bagus bagi PAN.


Jusuf Kalla: Naskah Asli Super Semar Ada di Soeharto

9 September 2004

Jusuf Kalla: Naskah Asli Super Semar Ada di Soeharto

Masih banyak dokumen penting yang disimpan M Jusuf.


Soebandrio Tutup Usia

3 Juli 2004

Soebandrio Tutup Usia

Bekas Wakil Perdana Menteri I/Menteri Luar Negeri era Orde Lama, Soebandrio meninggal dunia, Sabtu (3/7) dinihari di usia 90 tahun.


Kontras Minta Tri Sutrisno Dijadikan Tersangka

3 Maret 2004

Kontras Minta Tri Sutrisno Dijadikan Tersangka

Menurut Kontras, berdasarkan keterangannya di persidangan dan bukti garis komando ketika peristiwa Tanjung Priok terjadi, hakim dan jaksa bisa menjadikan Tri Sutrisno sebagai tersangka.


1955

23 Maret 1999

1955


Mitterrand

23 November 1985

Mitterrand

Presiden prancis, Francois Mitterrand, menyebut nama Soeharto dalam catatan hariannya. Mitterrand lebih banyak berbicara soal kemerdekaan & hati nurani. (ctp)