Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kebebasan Belum Terwujud

Oleh

image-gnews
Iklan
ABAD ke-17. Mataram diperintah Amangkurat 1. Hampir semua catatan sejarah bercerita tentang kekejaman perang ini. "Bila ia merasa tak enak hati," kata para sejarawan Jawa yang dikutip Raffles dalam The History of Java, "ia selalu membunuh orang yang jadi sebab ketidak-senangannya." Ia pernah menghimpun 6.000 orang ulama beserta anak istri mereka, ke alun-alun. Kemudian, setelah isyarat meriam dibunyikan, mereka disembelih dalam waktu kurang dari 30 menit pernah memasukkan 60 pelayan dalam satu kamar gelap, dan membiarkan mereka di sana tanpa makan sampai mati -- karena marah ketika salah satu istri baginda meninggal. Dan ketika ia tahu putra mahkota mengambil seorang gadis dari simpanannya, Amangkurat pun menyuruh penggal semua yang terlibat, lalu menitahkan sang putra mahkota agar menikam sendiri wanita muda itu dalam pangkuan. Babad Tanah Jawi melukiskan suasana teror itu dengan kalimat-kalimat bersahaja, tapi ngerinya terasa. Orang se-Mataram ketakutan, demikian dikisahkan, dan hujan turun salah musim. Gempa menjadi-jadi dan bintang kemukus pun -- tanda malapetaka -- nampak di langit tiap hari jadi gelap. Rakyat itu telah ludes, dan raja bisa mengambil apa saja dari hidup mereka. Amangkurat I misalnya tak mengizinkan rakyatnya berlayar ke luar Mataram atau berdagang. Rijklof van Goens, orang Belanda yang tinggal untuk beberapa lama di dekat raja Mataram itu, pernah memberanikan diri menyarankan, agar baginda membiarkan "rakyatnya berlayar, menjadi kaya." Tapi jawab Amangkurat: "Rakyatku tak punya apa pun yang jadi milik mereka sendiri . . . ." *** ABAD ke-19. Inggris dengan Sir Stamford Raffles mengambil alih Jawa dan Maluku dari tangan Belanda di tahun 1811. Seperti banyak orang Eropa zaman itu, ia nampaknya yakin bahwa perdagangan bebas, kerja bebas dan produksi bebas merupakan gagasan yang luhur dan tepat. Ia ingin menjalankan suatu pemerintahan yang "liberal". Ia percaya kepada rakyat Jawa. Ia membantah bahwa mereka malas dan lamban. Lihatlah, tulis Raffles, jauhnya mereka mengolah tanah, sawah mereka yang elok, dan "persediaan panen mereka yang melimpah." Maka Raffles ingin agar petani pribumi itu dibiarkan bebas menentukan sendiri cara mereka menggunakan tenaga dan memilih jenis tanaman. Tapi hasil pemerintahan Raffles secara finansial gagal. Inggris sendiri kemudian mengembalikan Indonesia ke tangan Belanda. Ketika garis "liberal" Raffles dicoba dilanjutkan oleh pejabat Belanda yang baru kebangkrutan hampir terjadi. Belanda kemudian mendatangkan J. van den Bosch. Juli 1829 orang keras ini tiba dengan dua juta gulden uang tunai dan dua juta lain dalam kredit. Ia yang pernah tinggal di "Hindia Timur" antara 1798-1810, punya gagasan jelas tentang bagaimana cara memerintah Jawa baginya secara intelektual rakyat Jawa tak tumbuh melebihi anak Belanda umur 12 tahun. Karena itu, kebebasan bagi mereka hanya absurd. "Pemerintah harus memelihara mereka, dan tak membiarkan mereka melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri," tulisnya dalam satu laporan di tahun 1830-an. Kita kemudian tahu apa yang dilahirkan dari sini. Niatnya untuk -- seperti dikatakannya sendiri -- "berlaku kebapakan" berwujud sebagai Tanam Paksa. Defisit anggaran memang berhasil ia atasi, bahkan surplus yang terkenal sebagai batige sloten terjadi. Tapi di Cirebon di tahun 1845 rakyat yang kelaparan pada tergeletak sepanjang jalan. Lalu Indonesia memasuki abad ke-20 tanpa satu lapisan masyarakat yang bisa memodali anak cucunya. Ludes, setelah dibisukan. **** ABAD ke-21. Bisakah Indonesia memasuki abad ini dengan sarat pengalaman? Rakyat tak lagi sepenuhnya ludes. Tapi ia belum sepenuhnya bebas bisu. Banyak hal diberikan kepada mereka. Tapi kemudian ternyata bahwa memberi belum berarti mengajak, apalagi menghormati.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

51 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.