Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Amangkurat

image-profil

image-gnews
Iklan

Kartono Mohamad,
Dokter

Sebagai pengganti Amangkurat II, Raja Mataram di Kartasura, ditunjuk putranya dengan gelar Amangkurat III. Karena selain cacat fisik dan kelakuannya yang brangasan, banyak keluarga raja yang tidak setuju. Termasuk salah satu pangeran yang bernama Pangeran Puger, yang didukung keluarga kerajaan. Perselisihan soal suksesi itu memicu perang saudara yang terkenal dengan sebutan Geger Kartasura.

Diceritakan bahwa Amangkurat II juga mengerahkan kekuatan gaib dan hitam untuk menindas lawannya. Pangeran Puger kemudian menyingkir ke Semarang, yang sudah menjadi salah satu pangkalan VOC. Mengetahui perselisihan tersebut, VOC melihat kesempatan. Maka, kepada Pangeran Puger dijanjikan bantuan pasukan untuk menyerbu Kartasura dan menjadi raja Mataram yang baru. Tentu saja tidak gratis. Harus ada imbal balik berupa konsesi dan monopoli. Itulah pertama kalinya VOC ikut campur dalam perselisihan suksesi raja-raja di Nusantara dengan imbalan akses pangkalan dan monopoli perdagangan hasil bumi. Raja-raja yang sudah dibantu itu tidak boleh lagi berdagang dengan Portugis atau Inggris, yang menjadi pesaing Belanda.

Kebiasaan seperti itu agaknya masih terus berlangsung hingga kini. Perseteruan politik untuk merebut kekuasaan selalu menjadi peluang bagi pihak ketiga untuk memanfaatkannya, demi konsesi di kemudian hari. Bantuannya tentu tidak lagi berupa militer, melainkan dana yang berlimpah dan berbagai strategi non-fisik seperti fitnah dan pembohongan supaya rakyat tidak mendukung lawan. Petarung yang kurang percaya diri akan mudah terjebak oleh rayuan. Demi kekuasaan, dia bersedia menjual diri dan kekayaan negeri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rakyat toh tidak tahu dan biasanya lupa akan janji para petarung yang diucapkan ketika merayu suara mereka. Yang menjadi VOC juga tidak harus kekuatan asing yang kasatmata. Bisa saja yang berbaju warga negara Indonesia, tapi tujuannya tidak berbeda dengan VOC. Akan menuntut konsesi jika petarung yang dibantunya menang kelak. Maka, dengan cara apa pun dia harus menang dan dibuat menang. Dana bukan masalah. Kekuatan hitam dan "gaib" pun dikerahkan. Pokoknya harus menang.

Bagi "VOC" modern itu, akibat jangka panjang bagi rakyat Indonesia tidak menjadi persoalan. Ia toh bisa melesat meninggalkan negeri ini kapan saja. Mungkin ia tidak sadar, atau mungkin juga ia bahkan sengaja, agar rakyat ini terbelah dan saling bermusuhan. Rakyat pun ikut terbius. Tidak sadar lagi akan janji persatuan yang diucapkan ketika membentuk negara. Saling mendendam dan saling menanamkan kebencian menjadi kebiasaan. Saling menumpahkan sumpah-serapah dan penghinaan serta fanatisme kelompok akan dikobarkan. Benar atau salah tidak lagi jadi pertimbangan, yang penting merebut kekuasaan. Malu kalau sampai kalah. Dan "VOC modern" itu akan siap menampung janji konsesi dari pemenang yang ia dukung.

Peristiwa Geger Kartasura akan terjadi lagi, meskipun tidak tampak ada tentara VOC. Geger Kartasura telah menimbulkan rangkaian perang saudara yang berkepanjangan. Dan setelah tenang, peristiwa serupa terjadi di tempat lain. VOC mengambil keuntungan. Maka Belanda, yang pada waktu itu hanya berpenduduk belasan juta orang serta sibuk berperang dengan Inggris dan Portugis, mampu menundukkan Nusantara dan menikmati monopoli hasil bumi dari wilayah yang berpenduduk sekitar 50 juta dan yang sangat luas. Dengan menempatkan tentara yang tidak sampai 100 ribu jumlahnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

3 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

7 hari lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

42 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

49 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.


Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.


Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.


Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?


Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menemui capres 01 Anies Baswedan di Yogyakarta Rabu (24/1). Tempo/Pribadi Wicaksono
Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.


Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

23 Januari 2024

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini.


Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

18 Januari 2024

Indonesia terpilih memimpin Kelompok Kerja Pariwisata dan Budaya ASEAN Korea Centre periode 2024. Sumber: dokumen KBRI Seoul
Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

Indonesia terpilih untuk menjadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre dari 11 perwakilan negara anggota ASEAN di Seoul