Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Museumkan Pilpres

image-profil

image-gnews
Iklan

Amiruddin al-Rahab
Pemerhati Politik, DE RIDEP Institute

Sudah saatnya Indonesia merawat adab dan ingatan politiknya di museum, bukan lewat gosip. Sebab, dari pemilu presiden 2014 yang telah usai ini, hanya dua yang tersisa: kenangan dan berkas-berkas (arsip). Kenangan hidup dalam pikiran dan perasaan, tapi ia cepat pudar. Berkas-berkas tidak akan pudar, tapi ia bisu. Diperlukan satu medium untuk membuat kenangan dan berkas bisa bersatu dan hidup bertenaga, yaitu museum.

Pilpres 2014 ini sungguh fenomenal dalam sejarah politik Republik Indonesia. Pilpres ini seakan menciptakan lorong pengisap yang kuat, yang mampu menyedot siapa saja ke dalamnya. Seorang ibu rumah tangga yang tidak melek politik tiba-tiba jadi begitu antusias, bahkan emosional tingkat tinggi saat membicarakan pilpres.

Nah, bagaimana peristiwa fenomenal itu bisa menjadi pembelajaran bagi segenap rakyat Indonesia ini kelak? Misalnya lima sampai 50 tahun lagi? Tak ada cara selain pengarsipan yang baik, dengan klasifikasi yang tepat. Arsip tentu hanya akan menjadi konsumsi peneliti-peneliti. Sedangkan museum adalah sarana untuk memperagakan sesuatu agar mudah dicecap oleh khalayak umum secara gampang dan cepat.

Ada beberapa hal yang bisa ditampilkan di museum dalam kaitan dengan pilpres 2014. Pertama, kisah dari perjalanan hidup Jokowi, dari menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, sampai ditahbiskan oleh Megawati menjadi petugas partai untuk menjadi capres. Pidato Megawati yang menugasi Jokowi nyapres itu merupakan pertanda berubahnya generasi dan tradisi politik di dalam PDI Perjuangan sendiri. Megawati bersedia turun takhta demi Jokowi. Karena itu pula Megawati berurai air mata ketika Jokowi menjadi juara dalam hitung cepat dan tersenyum simpul ketika KPU menetapkannya sebagai pemenang.

Kedua, kisah perjalanan hidup Prabowo, yang begitu kembali ke kancah politik dengan kendaraan Partai Gerindra pada 2009 langsung membetot perhatian Megawati, sehingga didapuk menjadi calon wakil presidennya. Track record Prabowo, yang sebelumnya begitu hitam di mata reformasi, meski kalah, sirna ketika itu. Hal ini berlanjut dengan aksi-aksi Prabowo dalam mengalang dukungan sebagai capres pada 2014 dengan Rumah Polonia sebagai sentrumnya. Kemudian ditutup dengan gayanya menunggang kuda dengan keris di perut dan bendera Garuda Merah di Gelora Bung Karno.

Jika dua momen itu dibuat menjadi diorama, betapa menggentarkan. Seorang Megawati menghantar dua pria perkasa untuk bertarung dalam pilpres 2014. Keduanya adalah sosok temuannya sendiri dalam panggung politik Indonesia.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga, yang perlu dimuseumkan secara serius adalah penggalangan kampanye hitam yang telah membongkar isi perut dan kepala orang-orang Indonesia. Puncaknya adalah penerbitan tabloid Obor Rakyat dan selebaran jenis lainnya dengan kandungan yang sama. Tabloid Obor Rakyat menunjukkan betapa hina-dinanya nafsu kuasa yang dimiliki oleh sebagian rakyat Indonesia. Ia harus menjadi pembelajaran bagi siapa pun. Mengutak-atik masalah keyakinan, keturunan, asal-usul, dan ras seseorang dalam pacuan politik bukanlah hal yang wajar, melainkan mengkhianati konstitusi negeri ini.

Keempat, munculnya fenomena Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) yang disebut sebagai relawan. Relawan Dua Jari itu mesti menjadi diorama yang menarik. Konser Dua Jari di Gelora Bung Karno, Senayan, perlu menjadi ikon utamanya. Seluruh pernak-pernik kesukarelawanan itu harus bisa ditampilkan. Pesannya harus jelas, bahwa partisipasi politik rakyat adalah kegembiraan spontan yang bisa menjebol dan membangun rajutan solidaritas tanpa pamrih. Mobilisasi para massa bayaran telah tampak usang di situ.

Kelima adalah arena bermain KPU. KPU sebagai aktor utama penyelenggaraan pilpres 2014 ini, dengan wasitnya Bawaslu, perlu ditunjukkan dengan saksama. Wajah Ketua KPU Husni Kamil Manik, yang kalem dan tenang dalam menghadapi serangan para saksi capres, mesti moncer di sini. Tentu juga segala daya dan upaya petugas KPU untuk menjangkau daerah terpencil dan TPS-TPS yang unik. KPU adalah penjaga gawang pilpres yang sepak terjangnya harus disimak dengan saksama demi mutu pilpres-pilpres pada masa datang.

Keenam, deretan spanduk, baliho, poster, graffiti, buku, naskah visi-misi, debat-debat, serta tentu saja seragam dan baju-baju unik para capres dan timsesnya. Semua item itu menunjukkan watak, perangai, dan warna politik setiap kelompok. Jangan lupa pula infografis wilayah-wilayah pemilihan. Perang para jenderal purnawirawan dan SK DKP pemberhentian Prabowo di sini lokasinya. Tak kalah serunya adalah manuver polisi dan TNI dalam rangka mengamankan jalannya seluruh proses pilpres.

Ketujuh, tentu saja perseteruan antar-stasiun TV serta media cetak dan online, yang dilengkapi dengan pertarungan antar-tukang survei dan antar-konsultan politik mesti mendapat tempat dalam sejarah pilpres. Sebab, ia menjadi bumbu penyedap utama.

Singkatnya, museum pilpres ini perlu didirikan. Sebab, di dalam museum itulah kita merawat kenangan, sekaligus menjdai tempat becermin kelak dalam mengukur adab politik bangsa ini. Mari museumkan pilpres kali ini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.