Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wartawan yang benci kekuasaan

Oleh

image-gnews
Iklan
PADA sebuah bukit hijau di dataran tinggi Peloponnesus, ada sebuah monumen. Bukan tugu. Bukan bangunan. Tapi sebuah tulisan, terdiri dari tiga huruf: oxi. Kata itu berarti "tidak". Tiga huruf itu telah berada di sana selama 30 tahun lebih, dalam kesunyian semenanjung yang liar itu. 30 tahun lebih -- sejak tentara Nazi menduduki Yunani, dan para partisan bertahan, menyerukan kemerdekaan, seraya menatahkan kata oxi di antara pohon-pohon. Yunani kemudian bebas. Tapi dalam sejarahnya lalu datang sejumlah perwira yang kemudian terkenal dengan sebutan "para kolonel". Mereka mengambil alih kekuasaan. Yunani jadi kediktaturan, kali ini oleh anak kandungnya sendiri. Dan di negeri tempat lahirnya demokrasi itu demokrasi pun dianggap asing, hendak dihapus, seperti juga mereka mencoba menghapus kata oxi di dataran tinggi Peloponnesus. Namun tiga huruf itu tetap saja: cat yang mengapurnya kemudian terkelupas oleh hujan, terusir oleh matahari. Kata "tidak" itu begitu keras rupanya bertahan. Itulah "monumen yang paling indah memperingati harga diri manusia," tulis Oriana Fallaci dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa, Intervista con la storia (Wawancara Dengan Sejarah). Kita tahu kemudian kenapa wartawan wanita terkenal itu berpendapat demikian. Bukunya dipersembahkan kepada ibunya, Tosca, "dan kepada semua mereka yang tidak menyukai kekuasaan." Isinya 14 hasil wawancara dengan tokoh-tokoh dunia yang mencerminkan sejarah masa kini: ada Henry Kissinger, ada Jenderal Vietnam Utara Giap. Ada Golda Meir, ada Yasir Arafat. Ada Indira Gandhi, ada Ali Bhutto. Ada Shah Iran Riza Pahlavi yang polisi rahasianya konon sering menyiksa orang, ada pula seorang penyair Yunani yang disiksa "para kolonel" dan menulis puisi dengan darah. Tak berarti Fallaci mencoba menarik tokoh yang saling bermusuhan itu ke dalam dialog. Ia bukan mak comblang untuk kerukunan dunia. Fallaci tidak netral. Jurnalismenya bukan jurnalisme putih yang mau berimbang, tak mau memihak, melainkan suatu ledakan sikap pendirian, juga prasangka dan kemarahan. "Aku tak merasa diriku sebagai perekam dingin dari yang kulihat dan kudengar," katanya, dalam pengantar Intervista con la storia. Ia mendatangi tokoh-tokoh yang diwawancarai dengan seribu rasa marah, "seribu pertanyaan yang telah menyerang diriku sebelum menyerang mereka." Sungguh khas ia memakai kata "menyerang". Ada sesuatu yang galak pada dirinya. Interviewnya adalah semacam duel, bila yang dihadapinya bukan tokoh tempat ia menyampaikan kagum. Taktik pertanyaannya adalah provokasi. Ia ingin mencongkel subyeknya sampai marah, hingga dari mulutnya keluar kata-kata yang tak berkedok. Namun taktik itu bukan sesuatu yang hanya dipakainya. Kita bisa bayangkan ia ngomong keras seperti wanita dalam film Itali, menyemprot-nyemprot, tapi kali ini karena satu hal: Fallaci membenci kekuasaan. Ia ingin meludahinya "Apakah itu datang dari penguasa yang lalim atau seorang presiden yang dipilih .... aku melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang tak human dan menjijikkan," begitu ia berkata. Karena itulah ia melihat tiga huruf di bukit Peloponncsus itu sebagai sebuah monumen. Sebab itulah ia pernah mendatangi Kissinger, dan kemudian September yang lalu mendatangi Ayatullah Khomeini: seorang pemimpin yang dielu-elukan rakyat tapi juga seorang pemegang kekuasaan yang hampir mutlak. Fallaci juga dulu mewawancarai Shah Iran dan menutup interviewnya dengan berkata, "Anda menakutkan saya, Baginda." Mungkin ia anarkis 75%. Tapi mungkin ia hanya saksi yang tajam sejarah kita sekarang: ketika manusia makin sadar akan harga diri dan haknya, tapi sementara itu tetap banyak mulut yang diinjak agar jangan bilang "tidak". Oriana Fallaci telah bertemu dengan Alexandros Panagoulis. Dialah penyair yang ditahan, disiksa dan menulis sajak di penara dengan tetesan darahnya. Dialah penyair yang digebuk, disetrum, digantung, dikerangkeng dalam sel paling sempit, dan dalam usia muda keluar ke bumi dengan wajah seorang tua. "Hari itu ia punya wajah seorang Jesus yang disalibkan sepuluh kali," tulis Fallaci seperti seorang ibu yang gementar.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

52 hari lalu

Ketua Dewan Pers Nini Rahayu memberikan statemen dalam jumpa pers soal menuju deklarasi kemerdekaan pers Capres-Cawapres 2024 di Kantor Sekretariat Dewan Pers, Kebon Sir, Jakarta Pusat, Rabu, 31 Januari 2024. Dalam keteranganya Dewan Pers mengajak ketiga Capres-Cawapres untuk hadir dan menyatakan komitmen mereka terhadap kemerdekaan pers. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

Komite Publisher Rights bertugas menyelesaikan sengketa antara perusahaan pers dan perusahaan platform digital.


Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

52 hari lalu

Penjabat Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu berfoto bersama dengan pengurus Dewan Pers Masa Bakti 2022-2025 usai pertemuan dengan Media membahas Kemerdekaan Pers di Aula Gedung Dewan Pers Lantai 7, Jakarta Pusat. Foto: Tika Ayu
Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

Ninik mengatakan, Komite Publisher Rights penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jurnalistik.


Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

23 Februari 2024

Ilustrasi media online. Kaboompics / Pexels
Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan Perpres Publisher Rights mesti diterapkan dengan prinsip keadilan.


Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

23 Februari 2024

PJ Gubernur DKI Heru Budi, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Presiden RI Jokowi, Ketua PWI  Hendry CH Bangui, Ketua MPR Bambang Susatyo, Seskab Pramono Anung, Menkominfo Budi Arie (kiri-Kanan) saat hadiri puncak perayaan Hari Pers National 2024 di Ancol, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

Pemerintah bakal mengatur hubungan kerja sama platform digital dengan perusahaan pers setelah Presiden Jokowi meneken Perpres Publisher Rights.


Perpres Publisher Rights Disahkan, Meta Yakin Tak Wajib Bayar Konten Berita ke Perusahaan Media

22 Februari 2024

Ilustrasi logo Meta. (REUTERS/DADO RUVIC)
Perpres Publisher Rights Disahkan, Meta Yakin Tak Wajib Bayar Konten Berita ke Perusahaan Media

Meta menanggapi Perpres Nomor 32 Tahun 2024 tentang Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas.


Jokowi Sahkan Perpres Publisher Rights, Bisa Pengaruhi Kebebasan Pers?

22 Februari 2024

PJ Gubernur DKI Heru Budi, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Presiden RI Jokowi, Ketua PWI  Hendry CH Bangui, Ketua MPR Bambang Susatyo, Seskab Pramono Anung, Menkominfo Budi Arie (kiri-Kanan) saat hadiri puncak perayaan Hari Pers National 2024 di Ancol, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jokowi Sahkan Perpres Publisher Rights, Bisa Pengaruhi Kebebasan Pers?

Jokowi teken Perpres No. 32 tahun 2024 mengatur Platform Digital dalam mendukung industri jurnalisme berkualitas. Apakah mempengaruhi kebebasan pers?


AMSI Optimistis Perpres Publisher Rights Dorong Ekosistem Bisnis Media Jadi Lebih Baik

21 Februari 2024

Wahyu Dhyatmika CEO Tempo Digital (kiri)  dan Maryadi Direktur Bisnis dan Digital Katadata (kanan) terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) periode 2023-2027, pada kongres III yang berlangsung di Hotel El Royale, Bandung 24 Agustus 2023. Foto: Istimewa
AMSI Optimistis Perpres Publisher Rights Dorong Ekosistem Bisnis Media Jadi Lebih Baik

Perpres Publisher Rights dinilai membuka ruang bagi model bisnis baru di luar model bisnis yang mengandalkan impresi atau pencapaian traffic.


Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Apa Artinya bagi Perusahaan Pers Indonesia?

21 Februari 2024

Presiden RI Jokowi berdialog dengan para tamu undangan usai puncak perayaan Hari Pers Nasional 2024 di Ancol, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Apa Artinya bagi Perusahaan Pers Indonesia?

AMSI optimistis Perpres Publisher Rights akan membuka jalan bagi negosiasi bisnis yang setara antara platform digital dan penerbit media digital.


Media Asing Soroti Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

21 Februari 2024

Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi usai puncak perayaan Hari Pers Nasional 2024 di Ancol, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024. Dalam pidatonya, Jokowi cerita dirinya yang sering dijadikan cover majalah dan dikomentari oleh cucunya Jan Ethes. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Media Asing Soroti Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

Jokowi mengatakan semangat awal dari Peraturan Presiden tentang Publisher Rights adalah ingin membentuk jurnalisme berkualitas.


Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Begini Respons Google

21 Februari 2024

Presiden RI Jokowi memberikan sambutan saat puncak perayaan Hari Pers Nasional 2024 di Ancol, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024. Jokowi menganggap bahwa kebebasan pers di Indonesia masih berjalan dengan baik. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Begini Respons Google

Google buka suara soal pengesahan Perpres Publisher Rights oleh Presiden Jokowi.