Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anak-anak yang Kehilangan Sungai

image-profil

image-gnews
Iklan

Bagja Hidayat
@hidayatbagdja

Menyiapkan ongkos, berdandan, dan membekali diri dengan sabun dan handuk, mereka menempuh perjalanan jauh agar bisa berenang. Mereka berdesakan di mobil bak terbuka yang mengangkut mereka ke kolam renang di kecamatan. Ketika sungai-sungai kering, orang-orang membangun kolam dengan tiket dan satpam.

Tentu saja ini kisah generasi baru yang harus dikasihani. Anak-anak yang kehilangan sungai tak lagi bebas beradu tangkas menjajal palung dan oplak. Di kolam buatan itu, mereka menemui kedalaman yang sama dan terukur, seperti kolam renang di kota. Mereka tak belajar bagaimana cara menjelajah. Mereka kehilangan permainan.

Barangkali ini romantisme, atau ketakjuban mudik Lebaran. Dulu sungai adalah arena menjajal nyali. Kami harus mencuri kesempatan berenang di Cisanggarung yang lebar dan dalam. Kami harus sembunyi dari mata tetangga yang bisa melaporkan keasyikan kanak-kanak kepada orang tua. Mereka takut kami tenggelam atau dimakan buaya.

Buaya mungkin hanya mitos yang diciptakan untuk menakuti anak-anak agar tak berenang ke sana. Sepanjang umur Cisanggarung, kami tak pernah sekali pun melihatnya. Kini sungai itu tak ada lagi. Kering dan gersang. Tak ada tukang perahu yang menyeberangkan orang-orang kampung yang akan ke pasar. Hampir setiap rumah punya sepeda motor. Mereka lebih senang ke pasar atau ke kota menempuh jalan memutar melewati jembatan Belanda. Tapi bukan karena kehadiran sepeda motor, melainkan lantaran perahu tak ada lagi.

Kematian sungai itulah pokoknya. Air memang menghilang dari kampung kami ini. Mungkin karena pemanasan global yang diributkan dunia itu, karena hutan-hutan yang dulu dijaga wangatua dan dedemit dijarah hingga punah, gersang, dan boyak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum penjarahan itu, sungai kami pelan-pelan hilang ketika di kampung seberang ada "orang Jakarta" yang membangun pabrik aspal, sekitar 25 tahun lalu. Orde Baru, yang sedang membangun infrastruktur hingga pelosok, membutuhkan pengusaha macam ini. Demikianlah, batu-batu sungai diangkut untuk digiling.

Petani tak lagi ke sawah dan ladang. Mereka menyelam di sungai menggali batu-batu kali yang liat untuk dijual ke pabrik itu. Pasir pun lenyap, sungai jadi dangkal. Yang timbul adalah padas yang licin. Palung-palung menghilang, oplak tumpas. Anak-anak tak lagi punya mainan selepas pulang sekolah, atau memandikan ternak.

Kini mereka melakukan apa yang dilakukan anak-anak kota: bermain PlayStation, berenang di kolam renang porselen, serta ngebut dengan sepeda motor. Tak ada lagi yang bermain gundu atau gasing. Selepas magrib, kampung sepi, anak-anak berkhidmat di depan televisi. Mereka tak mengangeni bulan sambil mendengarkan orang-orang tua bertukar cerita tentang palawija dan legenda, juga takhayul yang paling semprul.

Setiap Lebaran, selalu saya merasa kehilangan sesuatu dari kampung ini. Suasananya, orang-orangnya, bau asap sampahnya. Kini saya merasa seperti orang-orang tua dulu: senang mengenang sungai, lapangan sepak bola, serta kebun buah-buahan yang sudah tak kelihatan bekasnya. Tapi bukankah 20 tahun terlalu cepat untuk membuat kampung ini berubah dan menjadi asing?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tarawih Bubar Gara-gara Ulah Tikus Ugal-ugalan  

17 Juli 2015

sxc.hu
Tarawih Bubar Gara-gara Ulah Tikus Ugal-ugalan  

Di antara yang menjadi korban, mayoritas


para wanita yang sedang menjalankan salat




tarawih.


7 Orang Tewas Selama Arus Mudik dan Balik di Banten

6 Agustus 2014

Dua orang anak duduk didepan bersama orang tuanya mudik saat melintasi jalan raya Telagasari, Karawang, Jawa Barat (25/7). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam keselamatan dalam berkendara menyebabkan rawan kecelakaan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
7 Orang Tewas Selama Arus Mudik dan Balik di Banten

Persentase pemudik meninggal dunia turun 65 persen dibanding tahun lalu.


Takbir Keliling Pakai Musik Dugem, Warga Protes  

6 Agustus 2014

Ribuan umat Islam melakukan pawai dengan sepeda motor dan mobil saat merayakan malam takbiran di Jakarta. TEMPO/Yosep Arkian
Takbir Keliling Pakai Musik Dugem, Warga Protes  

"Mereka tidak takbiran, malah joget-joget dengan diiringi musik 'dugem' lewat sound system."


Ada Aa Gym, Sekolah di Banyuwangi Libur  

5 Agustus 2014

Aa Gym. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Ada Aa Gym, Sekolah di Banyuwangi Libur  

Sekolah-sekolah meliburkan siswanya bersamaan dengan halalbihalal Lebaran yang digelar pemerintah daerah setempat.


Habis Mudik Lebaran, Terbitlah Social Jetlag  

5 Agustus 2014

Seorang Polisi memeriksa identitas pemudik di dalam bus saat operasi penertiban pendatang pada arus balik Idul Fitri 1435 H di Terminal Ubung, Denpasar, 2 Agustus 2014. Operasi ini  bertujuan mencegah urbanisasi yang tidak terkontrol, pengangguran dan menekan angka kriminalitas di Pulau Dewata. ANTARA /Nyoman Budhiana
Habis Mudik Lebaran, Terbitlah Social Jetlag  

Social jetlag merupakan fenomena menurunnya produktivitas masyarakat yang melakukan mudik.


Lebaran Dongkrak Kinerja Impor Juni  

4 Agustus 2014

Seorang pembeli memilih sendal dan sepatu anak saat berbelanja kebutuhan jelang Lebaran di Pasar Jatinegara, Jakarta, (5/8). Jelang Lebaran, sejumlah pusat perbelanjaan dipadati pengunjung, omset penjualan pakaian meningkat dari hari biasa. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Lebaran Dongkrak Kinerja Impor Juni  

"Ini sebagai gambaran bahwa ada kegiatan mengimpor untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti produk tekstil dan makanan," kata Kepala BPS Suryamin.


Korban Jiwa Kecelakaan Lebaran di Jawa Timur 64 Orang

4 Agustus 2014

Ratusan anggota Kepolisian Polda Sulsel ikut gelar pasukan operasi ketupat Lipu 2011 di Lapangan Karebosi, Makassar (22/8). Gelar Pasukan ini sebagai persiapan pengamanan lebaran Idul Fitri  1432 H. TEMPO/Fahmi Ali
Korban Jiwa Kecelakaan Lebaran di Jawa Timur 64 Orang

Jumlah kecelakaan tahun ini 559 kasus. Angka kecelakaan itu, kata Awi, menurun 16 persen dibanding tahun lalu.


Bolos Habis Lebaran, PNS Subang Tak Naik Jabatan

4 Agustus 2014

Ilustrasi. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Bolos Habis Lebaran, PNS Subang Tak Naik Jabatan

Bupati Subang Ojang Sohandi memperingatkan para pegawai negeri
yang berani bolos kerja hari pertama seusai libur Lebaran.


Usai Lebaran, Lalu Lintas ke Ragunan Lancar  

4 Agustus 2014

Pengendara motor amati kepadatan arus lalu lintas di kawasan Ragunan, Jakarta, 30 Juli 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Usai Lebaran, Lalu Lintas ke Ragunan Lancar  

Keadaan jalan menuju Ragunan sangat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya saat libur Lebaran.


60 Ribu Penumpang Melintas di Bandara Juanda  

4 Agustus 2014

Ratusan penumpang antri melakukan borrding pass di terminal keberangkatan domestik Bandara Internasional Juanda, Surabaya (03/8).  TEMPO/Fully Syafi
60 Ribu Penumpang Melintas di Bandara Juanda  

Akumulasi dari kedatangan dan keberangkatan penumpang di jalur
domestik dan internasional.