Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melihat Papua dengan Kecintaan

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sutrisno, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Papua dicekam oleh teror penembakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di bawah pimpinan Enden Wanimbo. Bentrokan senjata antara pasukan TNI dan kelompok bersenjata di Kabupaten Lanny Jaya, Papua, mengakibatkan lima anggota kelompok separatis itu tewas dan dua anggota TNI mengalami luka tembak (Koran Tempo, 2 Agustus 2014).

Penembakan di Bumi Cendrawasih tersebut seolah menunjukkan negara kalah atas OPM. Tim Papua LIPI, yang bekerja sejak 2004, menghasilkan Road Map Papua, yang menunjukkan empat akar masalah Papua: diskriminasi terhadap penduduk asli Papua; kegagalan pembangunan; perbedaan persepsi tentang sejarah Papua, terutama soal Penentuan Pendapat Rakyat 1969 yang disponsori PBB dan AS, yang menurut sebagian rakyat Papua tidak sah; dan terakhir trauma berkepanjangan sejak 1966 sampai selama Orde Baru berkuasa akibat operasi militer.

Untuk menyelesaikan empat akar masalah Papua di atas, dibuatlah kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) Papua yang dituangkan dalam UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Sebagian rakyat Papua menilai bahwa kebijakan Otsus Papua telah gagal menyejahterakan mereka sebagaimana yang diharapkan. Hal itu semakin didukung oleh kenyataan masih banyaknya kasus kekerasan di Papua dan rakyat Papua yang hidup miskin.

Dalam menangani masalah gerakan separatisme seperti OPM, pemerintah selalu menggunakan operasi keamanan militer. Kenyataannya, gerakan OPM tidak berhenti, justru operasi militer yang dilakukan pemerintah semakin menambah rasa sakit hati, dendam, dan menguatkan perlawanan kelompok separatis itu. Bahkan, kaum muda yang merasa menjadi korban kekerasan dari tindakan operasi militer dan masih terbelenggu dengan kemiskinan memilih bergabung dengan kelompok separatis di Papua.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perlu pendekatan komprehensif guna meredam gejolak kekerasan yang terjadi Bumi Cendrawasih itu. Pendekatan tersebut sekaligus menjadi pintu masuk membereskan berbagai persoalan dasar di Papua. Jangan pemerintah bereaksi dan peduli terhadap persoalan Papua ketika muncul persoalan. Presiden, dalam keadaan sangat sibuk sekalipun, patut memberikan perhatian ekstra pada persoalan Papua. Tantangan presiden adalah membuat Papua merasa aman dan nyaman berada dalam NKRI. Rakyat di sana tak lagi merasa dimarginalkan, dieksploitasi sumber daya alamnya, dan diragukan kesetiaannya terhadap NKRI.

Sementara itu, pendekatan sosial politik dilakukan agar terjadi komunikasi yang konstruktif antara pusat dan daerah, dengan melibatkan unsur pimpinan daerah, serta tokoh masyarakat danagama di Papua. Rakyat Papua butuh didengar. Maka, pendekatan yang mesti diutamakan adalah dialog seluas-luasnya. Pemerintah harus punya komitmen politik untuk terus mengajak kelompok separatisme di Papua untuk ruang inklusif dialog. Hasil dialog itu, tentunya dengan batasan secara damai, adil, bermartabat, dantetap dalam bingkai NKRI, serta solusi yang dapat memberi jaminan ada satu akselerasi pembangunan menyeluruh di Papua.

Jadi, Papua harus dilihat sebagai wilayah Indonesia dengan kecintaan dan obsesi kemajuan dan kemakmuran besar oleh semua pemimpin negeri. Kalau Indonesia memerdekakan Papua pada 1969 untuk kemudian menelantarkannya, untuk apa?


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.


Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo,SE,M.Si, memberikan bantuan modal usaha Rp. 30 juta kepada para pendagang korban peristiwa kebakaran 17 Juli 2015 di Karubaga, Papua. ISTIMEWA
Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.


Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Polisi menurunkan pasukannya untuk mengamankan kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu, 24 April 2016 (Reuters)
Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.


Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.


Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan musala pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Lokasi musala itu berada di kompleks Koramil Karubaga. Musala tersebut berukuran 12 x 7 meter persegi. Derwes Jigwa
Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.


Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah kios (ruki) pasca amuk massa di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, 10 Agustus 2015. Ada 85 ruki yang dibangun. Rinciannya, 65 ruki untuk pedagang korban pembakaran, 12 ruki untuk korban penembakan, dan 8 ruki untuk pemilik lahan tempat berdirinya kompleks ruki (status lahan itu adalah lahan ulayat). Derwes Jigwa
Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.


Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Sihaan serta muspida Provinsi Papua menjenguk Galibuli Jikwa (50 tahun), korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu di rumah sakit, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.


Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.


Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Suasana kawasan pertokoan yang kembali dibuka di kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa hari pasca kerusuhan Lebaran, 23 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).


Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Warga Papua menjual koran sambil membaca berita tentang situasi di Tolikara. Mereka menjajakan koran di Terminal Kedatangan, Bandara Sentani, Jayapura, 20 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian
Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.