Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antara Relawan dan Aktivis

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Seno Gumira Ajidarma, wartawan

Relawan, dengan mukjizat kata "rela" di sana, telah menjadi keberdayaan sosial yang penting. Yakni ketika ia terbukti mampu mengorganisasikan dirinya sendiri menjadi gejala umum yang berpengaruh, sehingga tak kalah mangkus dan sangkil untuk bersaing dengan mesin politik ampuh dari sebuah partai.

Gerakan para relawan memang suatu bentuk kepedulian, tapi yang menuntut untuk diwujudkan secara konkret: waktu, dana, tenaga, sebagai bentuk keberpihakan berdasarkan tujuan bersama yang mengatasi tujuan partai, berdasarkan kesadaran untuk bersikap radikal-yakni berpihak dengan total, tanpa kompromi apa pun.

Apakah ini yang disebut aktivisme?

Dalam bahasa Jerman, istilah "Aktivismus" mulai muncul pada akhir Perang Dunia I, untuk menandai prinsip keterlibatan politik secara aktif oleh kaum intelektual. Dengan kata lain, privilese intelektual untuk berada di menara gading, dan cukup "hanya berpikir" saja, tentu harus ditinggalkan. Jadi, bukan hanya pemikiran, tapi juga usaha untuk membela dan mewujudkan pemikiran itulah yang membuatnya disebut aktivisme.

Dalam konteks Jerman, Aktivismus ini merupakan bagian dari ekspresionisme, yang sayap politiknya waktu itu kuat. Biasanya dihubungkan dengan Kurt Hiller, pengarah organisasi Neuer Club yang menaungi para penyair ekspresionis awal; maupun Franz Pfemfert, pendiri majalah Die Aktion pada 1911 yang sangat politis.

Lantas, diingat maupun tidak asal-usulnya ini, aktivisme dipahami sebagai sikap berapi-api terhadap aksi politik, yang menghasilkan praktek politik dengan semangat tinggi-yang mengandaikan terdapatnya peran khusus bagi aktivis. Ini tercatat berlangsung dalam gerakan revolusi, dan terutama penting dalam partai-partai politik radikal. Tidak aneh jika bentuk ekstremnya adalah penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan politik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi aliran politik sayap kiri, istilah militan disebut secara bergantian dalam pengertian yang sama dengan aktivis, tapi yang pertama mengacu dengan selayaknya kepada derajat radikalisme dalam politik seseorang, sedangkan yang kedua kepada derajat keterlibatannya-jadi, meskipun berkorelasi, keduanya dapat dipisahkan. Menurut Leopold Labedz, aktivis di semua partai lebih peduli kepada kemurnian deklarasi daripada para anggotanya, seperti terjadi pada semua partai komunis sebelum mereka berkuasa, dan peran kaum aparat menjadi sangat penting (Bullock & Tromley, 1999: 7).

Dengan berbagai pengertian ini, kaum militan maupun para aktivis jelas adalah juga relawan. Tapi, yang berbeda dari relawan, mereka merupakan anggota partai. Sedangkan relawan, selain bukan anggota partai, memang tidak mengacukan kegiatannya kepada ideologi partai, melainkan kepada ideologi dalam pengertian yang lebih luas, dengan ideologi partai tercakup di dalamnya. Ini berarti, meskipun relawan tidak merupakan anggota partai, sebetulnya lebih radikal karena keterikatan ideologisnya berada di atas kepentingan partai.

Dalam proses politik praktis, keduanya bisa bersimbiosis dalam tujuan-tujuan praktis pula, ketika para relawan seperti mendapatkan institusi praktis bagi cita-cita ideologisnya, dan para aktivis jelas teruntungkan dalam perebutan kursi kekuasaan. Namun simbiosis ini bisa berhenti justru ketika sudah menang dan berkuasa, ketika dalam perkembangannya tujuan-tujuan praktis itu tidak sejalan dengan cita-cita ideologis. Di satu pihak bisa merupakan fungsi kontrol yang berguna, di lain pihak bisa mengganggu pekerjaan praktis. Demikianlah, bulan madu yang manis berpotensi menjadi kenyataan pahit, apabila partai yang termenangkan tidak dapat mempertahankan integritasnya dalam praktek kekuasaan.

Artinya, terdapat proses politik maupun proses budaya di sini, dengan proses politik sebagai salah satu faktor yang membentuk proses budaya itu. Sebagai bagian dari proses budaya, sebetulnya proses politik merupakan bagian dari gerakan kebudayaan yang berlangsung bersama aktivisme para relawan. Tapi, ketika memegang tampuk kekuasaan, kepentingan politik bisa sangat menentukan proses budaya itu. Dengan demikian, menjadi penting bahwa kepentingan politik-terutama bila berarti kepentingan partai-tetap tinggal 0 persen dalam penyelenggaraan kekuasaan.

Disebutkan, "Posisi kebudayaan dalam menghadapi strategi tidak menyimpulkan suatu strategi kebudayaan. Apa yang telah terjadi hanyalah dukungan terbatas kepada strategi tanpa melanggar prinsip bahwa tiada paksaan dalam kebudayaan." (Soekito, 04/01/1985: 4). Ini menunjukkan betapa proses budaya memang sangat sensitif terhadap proses politik.

Keputusan relawan untuk mendukung aktivis partai bukanlah keputusan strategis-mereka baru berstrategi setelah terlibat pusaran politik. Tapi relawan jelas berpolitik hanya untuk sementara waktu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil 5 Calon Anggota BPK, Ada Kader Partai hingga Anak Buah Prabowo

2 hari lalu

Anggota Komisi XI DPR RI saat menghadiri uji kelayakan dan kepatutan calon anggota BPK oleh Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 19 September 2022. Komisi XI DPR RI melakukan uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test calon anggota Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) periode 2022-2027 yang diikuti sebanyak 9 orang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Profil 5 Calon Anggota BPK, Ada Kader Partai hingga Anak Buah Prabowo

Komisi IX DPR resmi mengumumkan lima calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2024-2029. Seperti apa profil kelima orang itu?


Ramai di Media Sosial X, Benarkah Anies Baswedan Buat Partai Perubahan Indonesia?

4 hari lalu

Anies Baswedan. Foto/youtube
Ramai di Media Sosial X, Benarkah Anies Baswedan Buat Partai Perubahan Indonesia?

Usai sinyal Anies Baswedan akan bikin ormas atau partai politik, muncul viral di media sosial X soal Partai Perubahan Indonesia.


Anies Baswedan Gagal Maju Pilkada 2024 Beri Sinyal Bikin Partai Politik, Apa Syarat Bikin Partai Politik?

6 hari lalu

Anies Baswedan. ANTARA FOTO/Agus Bebeng
Anies Baswedan Gagal Maju Pilkada 2024 Beri Sinyal Bikin Partai Politik, Apa Syarat Bikin Partai Politik?

Anies Baswedan memberikan sinyal akan dirikan ormas atau partai politik usai tak maju Pilkada 2024. Ini syarat mendirikan partai politik.


Anies Baswedan Sebut Ingin Dirikan Ormas atau Partai Politik, Ini Syarat Mendirikan Organisasi Massa

6 hari lalu

Foto: Anies Baswedan (YouTube Anies Baswedan)
Anies Baswedan Sebut Ingin Dirikan Ormas atau Partai Politik, Ini Syarat Mendirikan Organisasi Massa

Anies Baswedan gagal maju Pilkada 2024, ia sebut soal kesempatan mendirikan ormas atau partai politik. Apa syarat mendirikan organisasi massa?


Pernyataan Lengkap Anies Baswedan Setelah Tak Maju Pilkada 2024, Sinyal Dirikan Ormas atau Partai Politik

6 hari lalu

Anies Baswedan. Foto/youtube
Pernyataan Lengkap Anies Baswedan Setelah Tak Maju Pilkada 2024, Sinyal Dirikan Ormas atau Partai Politik

Anies Baswedan berikan catatan usai gagal maju dalam Pilkada 2024, ada sinyal akan dirikan ormas atau partai politik. Berikut pernyataan lengkapnya.


Beredar Edaran Pendaftaran Ormas dan Partai, Anies: Bukan dari Saya

7 hari lalu

Anies Baswedan. Foto/youtube
Beredar Edaran Pendaftaran Ormas dan Partai, Anies: Bukan dari Saya

Anies menegaskan surat edaran untuk pendaftaran partai dan permintaan sumbangan bukan darinya.


5 Alasan Partai Politik Merekrut Artis

8 hari lalu

Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (kanan) dan Rano Karno (kiri) saat mendaftarkan diri sebagai peserta Pilgub DKI Jakarta 2024 di Kantor KPU DKI Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024. Pasangan Pramono Anung-Rano Karno mendaftarkan diri sebagai peserta Pilgub DKI Jakarta 2024 dengan dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
5 Alasan Partai Politik Merekrut Artis

Sejumlah artis kerap jadi andalan partai politik saat musim pemilu.


Anies Baswedan Mau Buat Partai Politik setelah Gagal Maju di Pilkada Jakarta

8 hari lalu

Anies Baswedan berpamitan dan meminta restu kepada ibunda, Aliyah Rasyid Baswedan, di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sebelum berangkat ke Kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP di Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 26 Agustus 2024. Istimewa
Anies Baswedan Mau Buat Partai Politik setelah Gagal Maju di Pilkada Jakarta

Anies Baswedan ingin membentuk partai politik sebagai wadah menampung aspirasi para pendukungnya.


Saran Pengamat kepada Anies Baswedan setelah Batal Dicalonkan PDIP di Pilgub Jakarta

9 hari lalu

Rano Karno dan Anies Baswedan. Istimewa
Saran Pengamat kepada Anies Baswedan setelah Batal Dicalonkan PDIP di Pilgub Jakarta

Pengamat menyatakan Anies Baswedan perlu bergabung dengan partai politik jika ingin berperan dalam kepemimpinan di tingkat daerah maupun nasional.


Apa itu Kartel Politik, Sejak Dulu hingga Koalisi Indonesia Maju

11 hari lalu

Bakal Calon Presiden yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kiri), Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kedua kanan), Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (kanan) dan Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta (kiri) berfoto bersama saat melakukan pertemuan Partai Politik Koalisi Indonesia Maju di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Kamis, 14 September 2023. Pertemuan Partai Politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju pendukung Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto itu akan membahas program - program masa depan menjelang Pilpres 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Apa itu Kartel Politik, Sejak Dulu hingga Koalisi Indonesia Maju

Istilah kartel politik mengemuka belakangan, apa artinya? Telah ada sejak dulu hingga koalisi gemuk KIM, hari ini.