Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Krisis Umum

Oleh

image-gnews
Iklan
Di timur matahari mulai bercahaya DI timur, matahari naik, di tahun V 1928. Di timur, matahari naik kembali, di tahun 1978. Tapi sejarah-siapa bilang ia bisa berulang? 50 tahun mengubah banyak hal. Di tahun 1928, matahari pagi bercahaya dalam warna padi yang ranum. Ada sawah, ada dangau, ada jalan kecil dari tanah yang bersih. Ada sekelompok kecil anak, bermain kelereng -- dan segala hal yang menunjukkan betapa tahun 1920-an adalah zaman yang bersahaja. Tidak berarti zaman yang lebih berbahagia memang. Indonesia waktu itu hanya sebuah negeri jajahan. Tapi setidaknya alam fikiran yang paling menonjol ditandai satu hal: harapan. Optimisme tentang masa depan merupakan sesuatu yang lumrah, dan masuk akal. Lagu-lagu Wage Rudolf Supratman bercirikan itu. Tulisan-tulisan Bung Karno. Dan kemudian, sederet karya sastra Poedjangga Baroe. Agaknya orang yang terjajah di Indonesia tahu apa yang bakal terjadi dengan penjajahnya: kolonalisme akan runtuh dan masa baru sedang tiba. 20 tahun kemudian betapa benarnya matahari di timur itu. Di tahun 1978, matahari pagi bercahya juga dalam warna yang sama--meskipun kita tak ingat untuk membandingkannya dengan warna padi yang ranum. Di manakah padi itu, di manakah sawah itu? Tentu, masih ada di sana, walaupun luasnya mungkin berkurang untuk tiap orang. Juga masih ada dangau, dan anak-anak -- yang jumlahnya berlipat kali lebih banyak. Entah karena itu, atau sesuatu yang lain, di tahun 1978 ada terasa suatu pertanyaan: benarkah optimisme sesuatu yang wajar? Matahari di timur itu seakan bersinar di atas lautan sampah plastik, kaleng berkarat, kertas buangan, dan timbunan besi becak. Jutaan bayang manusia memanjang bergerak, mengaisi debu jalan. Debu itu bercampur racun knalpot. Anak-anak menghuni hutan gundul. Lima belas bulan setelah bensin dinyatakan habis, nasi pun dinyatakan habis. Anti-utopia? Kita tidak tahu. Tapi itulah ciri pemikiran yang paling banyak disambut dewasa ini. Bersikap pesimis seolah sudah jadi mode. Tentu saja kita tahu betapa pentingnya harapan. Namun agaknya tak dapat diingkari: "masa depan" bagi tahun 1928, berbeda cara melihatnya dengan "masa depan" bagi tahun 1978. Mungkin karena kita kini tahu lebih banyak, dan juga kecewa lebih banyak. Dan ini berlaku buat alam fikiran umumnya di seluruh dunia. Kemerdekaan yang dulu dilihat sebagai "jembatan emas" kini ternyata jembatan yang tak begitu rapi, labil dan penuh rayap. Dan Karl Marx yang pernah menjanjikan datangnya masyarakat tanpa kelas, kini tak kunjung manjur. Kapitalisme memang dalam krisis, tapi juga suatu krisis yang konon lebih besar telah dicatat. "Apa yang kita saksikan kini adalah krisis umum industrialisme," tulis Alvin Toffler dalam The Eco-Spasm Report, "suatu krisis yang melintasi perbedaan antara kapitalisme dan komunisme tipe-Soviet." Siapakah yang siap menghadapi ini Hampir tidak seorang pun. Memang agak terlampau dramatis jika orang seperti Toffler berbicara tentang krisis dan perubahan-perubahan yang demikian cepat terjadi dalam sejarah mutakhir kita. Di Dunia Ketiga, krisis industrialisme dan future shock terdengar seperti dongeng Star Wars. Tapi toh kita tak bisa mengelakkan bila mendadak kini kita harus menghadapi masa depan yang lain dari yang kita bayangkan baru 10 tahun yang lalu. Ini secara menyentak misalnya terlihat dalam masalah penting seperti akan keringnya minyak bumi. Maka mereka yang merasa tahu apa yang akan terjadi bukan hanya berkhayal, tapi juga berbahaya. Di sinilah makna demokrasi menjadi sangat penting. Demokrasi memberikan kemungkinan perluasan ruang untuk bertukar fikiran dan berganti alternatif. Masa depan tak bisa dimonopoli.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

2 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.


Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

2 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.


Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

2 hari lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto, saat ditemui usai mengumpulkan 45 tim hukum Prabowo-Gibran di kediamannya, Jl. Kertanegara No 4, Jakarta Selatan pada Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.


Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers ihwal antisipasi dampak konflik Iran-Israel di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat pada Kamis, 17 April 2024. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.


Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

5 hari lalu

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan pada sebuah panel bertajuk
Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.


Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

6 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers ihwal antisipasi dampak konflik Iran-Israel di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat pada Kamis, 17 April 2024. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.


Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Komandan Militer Iran Nyatakan Siap Hadapi Serangan Israel
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.


ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

15 hari lalu

Logo ADB atau Asian Development Bank. (adb.org)
ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.


Kemenparekraf Prediksi Libur Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

24 hari lalu

Puncak Arus Mudik Lebaran di Bandara Soekarno-Hatta 6 April, 188.795 Penumpang Diprediksi Melintas
Kemenparekraf Prediksi Libur Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

Kemenparekraf memprediksi perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama Lebaran 2024 mencapai Rp 276,11 triliun.


Syarat Rasio Pajak Naik, Jaga Stabilitas Ekonomi

33 hari lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu perdana dengan wakil presidennya Gibran Rakabuming Raka hari ini, Jumat 22 Maret 2024. Dok Tim Prabowo
Syarat Rasio Pajak Naik, Jaga Stabilitas Ekonomi

Rasio pajak bisa naik jika stabilitas ekonomi terjaga. Sebab penyumbang penerimaan terbesar masih pajak badan dari dunia usaha.