Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketahanan yang Berbasis Tepung

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Rofandi Hartanto, Pengajar Ilmu dan Teknologi Pangan UNS Surakarta

Selama ini ada kebijakan yang kurang tepat yang dilaksanakan pemerintah kita. Kebijakan pilihan tunggal atas pangan, yaitu beras, sebenarnya telah mengorbankan biodiversitas alamiah pangan kita. Stigma underdog atas jenis-jenis pangan lain seperti jagung, sagu, dan singkong tanpa terasa telah membebani orientasi pangan tunggal yang menjadi sangat mahal dan relatif sulit dikendalikan.

Ketika kebijakan pangan nasional berbasis beras, permasalahan suplai dari tahun ke tahun bertambah berat, akibat pertambahan penduduk yang makin besar. Angka 250 juta jiwa, populasi terpadat keempat dunia, menjadi beban terus-menerus setiap periode pemerintahan, tidak terkecuali pemerintah mendatang.

Untuk itu, sebagai ilustrasi, pemenuhan kebutuhan beras dalam negeri dengan menerapkan kebijakan pencetakan sawah baru sejumlah 400 ribu hektare, untuk memenuhi defisit pangan sebesar 2 juta ton per tahun, haruslah dianggap sebagai strategi jangka pendek.

Untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang, alternatif lain harus dicari, yang salah satunya adalah kebijakan pangan berbasis tepung. Mengapa berbasis tepung? Karena jika kita tengok kebijakan pangan dunia, (tepung) gandum meliputi lebih dari dua pertiga penduduk dunia. Adapun pangan berbasis beras hanya didominasi oleh negara-negara Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur Jauh, serta Cina. Kebijakan pangan berbasis tepung dirasa tepat, karena sebenarnya kebijakan ini bersinggungan dengan kebutuhan tepung dan ketersediaan tepung yang sangat melimpah di negeri ini.

Mengapa pangan nasional sebaiknya berbasis tepung? Pertama, tepung adalah sumber karbohidrat utama, sama seperti beras, jagung, dan singkong. Tepung sendiri adalah produk antara dari sumber-sumber pangan seperti disebutkan sebelumnya. Keunggulan tepung dari sumber asalnya adalah pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai pangan dalam bentuk basah dan kering, bergantung pada tujuan kita mengolah bahan pangan. Tepung, dengan demikian, bisa menjadi cadangan pangan masa depan. Adapun sumber-sumber tepung kita jauh lebih berlimpah dibanding beras yang selalu membebani anggaran untuk ketahanan pangan.

Untuk sedikit membandingkan atau sedikit mempertimbangkan bagi pemenuhan pangan nasional, jika program beras nasional adalah pemenuhan dalam jangka pendek pengamanan kebutuhan beras dalam negeri seperti disebutkan sebelumnya, tepung akan menjadi cadangan pangan nasional dalam jangka menengah dan panjang. Karena, untuk mengambil contoh, ketersediaan tepung sagu akan 50 kali lebih besar dibanding beras.

Sebenarnya, apa yang menjadi konsep pemerintah selama ini dalam ketahanan pangan dan energi sebagai dasar dalam penyelenggaraan negara sudah tepat. Tapi, sebagai sebuah visi ke depan, barangkali ini kurang menggigit. Maksudnya, visi pangan hanya untuk kebutuhan sendiri tidaklah cukup memadai sebagai sebuah negara yang dikaruniai Tuhan dengan sumber daya alam yang sangat melimpah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bayangkan kita memiliki 90 juta hektare lahan hutan produktif, 59 juta hektare lahan kritis, dan 10 juta hektare lahan pertanian produktif. Dengan potensi yang ada, Indonesia nantinya harus menjadi lumbung pangan dunia. Kita tidak boleh berpuas diri hanya dengan memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Kemandirian pangan, sebagai sebuah negara besar, adalah sebuah keniscayaan. Tapi, sebagai sebuah visi negara besar, kecukupan pangan ditambah ketersediaan pangan bagi dunia tampaknya merupakan keharusan. Masalah pangan dan energi yang telah menjadi isu penting dalam dua dasawarsa terakhir agaknya harus menjadi tantangan yang mesti dijawab.

Dengan itu, urgensi ketahanan pangan berbasis tepung menemukan muaranya. Pertama, tepung dapat diproduksi dari aneka macam komoditas utama, seperti singkong dan sagu, serta komoditas lainnya seperti umbi-umbian talas, ganyong, irut, gembili, gadung, dan iles-iles, baik sebagai pangan alternatif maupun pangan fungsional.

Kedua, tepung sebagai cadangan pangan sekaligus sebagai cadangan energi hijau. Bergantung pada cara pengolahan yang dipilih, tepung dapat menjadi aneka pangan basah seperti kue, pangan kering untuk penyimpanan yang lama, seperti biskuit dan bahan baku utama mi dan bihun, sekaligus sebagai cadangan energi (bioetanol).

Ketiga, daya simpan tepung dapat mencapai bulanan bahkan tahunan. Dengan penurunan kadar air dan dan teknik penyimpanan tertentu, ini akan mencegah invasi bakteri dan kapang untuk masa yang lama. Keempat, teknologi pengolahan/pemanfaatan tepung dari teknologi konvensional (bagaimana membuat adonan kue yang cocok) hingga teknologi nano, nantinya akan menjadi tantangan.

Jangan sampai, kiranya, kita yang mempunyai sumber daya tepung yang luar biasa namun bergantung pada negara lain karena kurang mampu mengelola dan mengembangkannya-yang pada gilirannya membuat ketahanan pangan ataupun kelimpahan pangan hanya menjadi mimpi di siang bolong.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nasib Produsen Roti Okko: Pabrik Tutup, Izin Edar Ditarik BPOM

2 hari lalu

Roti Okko. rotiokko.com
Nasib Produsen Roti Okko: Pabrik Tutup, Izin Edar Ditarik BPOM

BPOM meminta produsen roti Okko untuk menarik produk mereka dari peredaran.


Terpopuler: Sempat Membantah BPOM Akhirnya Tarik Roti Okko, Sandiaga Sebut Golden Visa untuk Menstimulus Investasi di IKN

2 hari lalu

Roti Okko. rotiokko.com
Terpopuler: Sempat Membantah BPOM Akhirnya Tarik Roti Okko, Sandiaga Sebut Golden Visa untuk Menstimulus Investasi di IKN

BPOM memerintahkan penarikan roti bermerek Okko dari pasaran usai temuan unsur natrium dehidroasetat sebagai bahan tambahan pangan pada produk itu.


Roti Okko Positif Mengandung Natrium Dehidroasetat, Ini Efek Bahaya ke Manusia

2 hari lalu

Roti Okko. rotiokko.com
Roti Okko Positif Mengandung Natrium Dehidroasetat, Ini Efek Bahaya ke Manusia

Roti Okko mengandung Natrium Dehidroasetat, ini bahayanya bagi manusia


Jokowi Kunjungi Megaproyek di Merauke, Jamin Prabowo Lanjutkan Kebijakan Pangan

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo (depan, kelima kiri) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo (depan, ketiga kanan) saat menghadiri peringatan Hari Anak Nasional Ke-40 di Istora Papua Bangkit, Jayapura, Papua, Selasa 23 Juli 2024. Hari Anak Nasional bertema
Jokowi Kunjungi Megaproyek di Merauke, Jamin Prabowo Lanjutkan Kebijakan Pangan

Presiden Jokowi melakukan penanaman tebu di Kampung Sermayam kemarin.


Sejumlah Dosen Pangan dan Kimia Sebut Galon PC Masih Aman

3 hari lalu

Kemasan AMDK
Sejumlah Dosen Pangan dan Kimia Sebut Galon PC Masih Aman

BPOM telah menetapkan batas migrasi yang aman digunakan. Pelabelan mestinya untuk semua kemasan.


Pameran Food Ingredients Asia Indonesia 2024 Usung Pangan Sehat dan Berkelanjutan, Diikuti 700 Brand dari 38 Negara

4 hari lalu

Pameran dan pertemuan terbesar Food Ingredients Asia di Jakarta International Expo (JiExpo), Jakarta, Rabu 15 Oktober 2014. TEMPO/Tony Hartawan
Pameran Food Ingredients Asia Indonesia 2024 Usung Pangan Sehat dan Berkelanjutan, Diikuti 700 Brand dari 38 Negara

Pameran bahan baku makanan atau Fi Asia Indonesia akan berlangsung pada September mendatang. Menghadirkan 700 brand dari 38 negara


Food Ingredients Asia Siap Hadir, Pameran Bahan Baku Makanan dan Minuman Terbesar di Indonesia

4 hari lalu

Pameran dan pertemuan terbesar Food Ingredients Asia di Jakarta International Expo (JiExpo), Jakarta, Rabu 15 Oktober 2014. Food Ingredients Asia tumbuh 25% per tahun dan bertekad untuk mempertahankan posisi eksklusifnya sebagai rute yang terpenting bagi pasar bahan makanan Asia Tenggara. TEMPO/Tony Hartawan
Food Ingredients Asia Siap Hadir, Pameran Bahan Baku Makanan dan Minuman Terbesar di Indonesia

Pameran bahan baku makanan dan minuman terbesar di Indonesia, Food Ingredients (Fi) Asia Indonesia 2024 akan hadir pada 4-6 September 2024.


Pupuk Subsidi Ditambah Menjadi 9,55 Juta Ton, Anggaran Mencapai Rp 49,9 Triliun

8 hari lalu

Seorang pekerja mengangkut pupuk urea bersubsidi dari Gudang Lini III Pupuk Kujang di Pasir Hayam, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. (ISTIMEWA)
Pupuk Subsidi Ditambah Menjadi 9,55 Juta Ton, Anggaran Mencapai Rp 49,9 Triliun

Pemerintah mengubah alokasi volume pupuk bersubsidi tahun 2024 yang awalnya ditetapkan sebesar 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton.


Bapanas Dorong UMKM Lokal Ciptakan Diversifikasi Pangan

10 hari lalu

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, ketika ditemui dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Bapanas Dorong UMKM Lokal Ciptakan Diversifikasi Pangan

Bapanas berkomitmen dalam mendukung pengembangan UMKM di sektor pangan lokal.


Bamsoet Dorong Kemandirian Pangan Nasional

11 hari lalu

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat bertemu Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey di Manado, Sabtu 13 Juli 2024.
Bamsoet Dorong Kemandirian Pangan Nasional

Bambang Soesatyo menuturkan salah satu tantangan utama pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto kedepan adalah terus menjaga kemandirian pangan nasional