Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apresiasi Sastra

image-profil

image-gnews
Iklan

Mustafa Ismail
Pegiat Kebudayaan, @musismail

Muhibah sastra ke beberapa sekolah di Aceh baru-baru ini memberi gambaran miris bagi saya. Ternyata tidak banyak siswa yang mengenal sastrawan Indonesia. Hanya sedikit yang mengenal Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bahri, Hamid Jabbar, Sitor Situmorang, KH Mustofa Bisri, dan lain-lain. Apalagi nama-nama yang lebih muda dan belum tercatat dalam buku ajar sekolah.

Lebih miris lagi, mereka tidak kenal nama-nama sastrawan dari daerah mereka sendiri. Bahkan mereka tidak mengenal sastrawan sufi, Hamzah Fansuri, yang oleh Profesor A. Teeuw disebut "Sang Pemula Puisi Indonesia". Mereka juga tidak kenal Teungku Chik Pantee Kulu yang digelari penyair perang karena puisi-puisinya mampu membangkitkan semangat perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah Belanda.

Dari tiga SMA di tiga kabupaten yang kami kunjungi lewat kegiatan Sastrawan Saweue Sikula yang dinisiasi Balai Bahasa Banda Aceh itu, dua sekolah memperlihatkan apresiasi sangat minim terhadap sastra. Hanya satu sekolah, yakni di Takengon, Aceh Tengah, yang menggembirakan. Sebagian dari mereka sangat antusias dan akrab dengan sastra. Bahkan, akhir acara ditutup dengan aksi baca puisi sejumlah siswa.

Sekilas ini hal biasa saja. Apalagi sastra memang tidak menjadi pelajaran utama di sekolah-sekolah. Ia bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Maka sebagian besar guru pun-seperti disinyalir peneliti sastra di Balai itu, Ibrahim Sembiring-adalah guru bahasa Indonesia. Akibatnya, mereka lebih memberi tekanan pada pelajaran bahasa, sesuai dengan keahlian mereka, ketimbang sastra.

Akibatnya, sastra menjadi "nomor sekian". Logikanya, jika mereka mengikuti perkembangan sastra, tentulah hal itu sudah disampaikan kepada para siswa. Sebagai ujung tombak pendidikan, guru menjadi penentu penguasaan materi tertentu oleh siswa. Bahkan menjadi penentu apakah siswa menyenangi pelajaran tertentu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika guru tidak menguasai bahan, selain tidak bisa membuat siswa menambah pengetahuan, ia juga tidak akan berhasil mendorong siswanya untuk "mencintai" pelajaran itu. Ungkapan "tak kenal maka tak sayang" berlaku di mana pun. Ini belum bicara kreativitas mengajar-yang mampu membuat siswa merasa menyerap materi pelajaran dengan riang gembira.

Maka, dalam konteks pelajaran sastra, perlu ada terobosan. Salah satu alternatifnya adalah melibatkan sastrawan lokal. Sastrawan setempat, yang berdomisili di sebuah kota/kabupaten, diintensifkan menjadi guru sastra tamu secara terjadwal di sekolah-sekolah terdekatnya.

Dengan demikian, siswa dapat menimba pengetahuan dan pengalaman dari sumber utama. Para sastrawan itu tentu tidak hanya mengajarkan menulis, misalnya puisi dan prosa, tapi juga memberi perspektif tentang sastra, termasuk perkembangannya. Walhasil, para siswa bisa terus memperbaharui pengetahuan dan informasi mereka tentang sastra. Keuntungannya ganda: mereka terampil menulis sastra sekaligus melek terhadap perkembangan sastra.

Selama ini memang ada program sastrawan masuk sekolah yang diadakan baik oleh lembaga pemerintah maupun komunitas sastra. Namun kegiatan itu tidak menyentuh banyak sekolah, sporadis, dan hanya berlangsung sesekali. Tapi, jika sastrawan menjadi pengajar sastra tamu, proses pengenalan dan berakrab-akrab dengan sastra akan berkelanjutan. Dari situlah motivasi untuk membaca dan mencintai sastra akan tumbuh.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

21 Februari 2024

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.


Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

29 November 2023

Ketua MPR Bambang Soesatyo
Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta


Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

22 September 2023

Taylor Swift menghadiri MTV Video Music Awards 2023 di Prudential Center di Newark, New Jersey, AS, 12 September 2023. REUTERS/Andrew Kelly
Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis


Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

14 September 2023

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX


PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

28 Juli 2023

PT EMLI gelar seminar bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture di Batam. (Foto: EMLI)
PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.


Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.


Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember 2022

Sejumlah pengunjung berswa foto dengan latar depan diorama perumusan naskah Proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2019. Museum tersebut merupakan bekas kediaman perwira Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda dan menjadi tempat perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.


Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

15 November 2022

Seminar kebangsaan untuk menjaga eksistensi Indonesia melalui nilai kebangsaan pada Senin (14/11/2022) di Convention Hall Simpang Lima Gumul (SLG).
Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

Pemkab Kediri berupaya menyiapkan kaum milenial siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.


Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

4 September 2022

Huawei menggelar seminar Tech to Build Your Career di Singapore University of Technology and Design (SUTD) pada 29 Agustus-2 September. (Huawei)
Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

Seminar Huawei itu bertujuan membantu peserta mempelajari pengembangan karir di masa depan di bidang teknologi, serta mendorong kewirausahaan.


Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

20 Juni 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri acara Milad ke-20 Partai Keadilan Sejahtera di Istora Senayan, Jakarta, Ahad, 29 Mei 2022.Saat hadir, Anies mendapatkan sambutan meriah dari kader PKS dengan teriakan Presiden. TEMPO/Muhammad Hidayat
Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

Anies Baswedan membuka acara Seminar Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Gedung Raya Semarak, Bengkulu.