Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Yamin dan Ilmu Sejarah

image-profil

image-gnews
Iklan

Heri Priyatmoko
Alumnus Pascasarjana Sejarah FIB, UGM

Nama Muhammad Yamin menempati posisi istimewa dalam jagad pengetahuan sejarah Indonesia. Satu dekade setelah Indonesia merdeka, bersama kaum cerdik-pandai lainnya, ia menggulung lengan mewujudkan impian "pribumisasi" historiografi Indonesia. Sebelumnya, dunia sejarah Indonesia didominasi oleh karya asing yang sarat akan kepentingan politik kolonial. Nah, mereka ingin melepaskan diri dari perangkap budaya Nerlandocentris, warisan penjajah yang dianggap sebagai "racun" yang ditebarkan lewat jalur pendidikan Barat dan buku bacaan.

Terkisah, pada 1957 di Yogyakarta, digelar Seminar Sejarah Nasional Indonesia yang pertama. Tahun tersebut dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru bahwa bangsa yang belum lama menikmati angin segar kemerdekaan ini harus punya sejarah versinya sendiri. Digodoklah filsafat sejarah nasional, periodesasi sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah.

Dalam Laporan Seminar Sedjarah, saya menemukan curahan pikiran pokok Yamin mengenai konsepsi filsafat sejarah nasional. Dia melontarkan istilah tafsiran sintesis, yaitu interpretasi masyarakat Indonesia pada masa lalu dengan memakai pisau analisis hukum, ekonomi, teologis, tata negara, geografis, dan rohani. Berbagai analisis tersebut dapat dioperasikan secara serentak atau individual guna mengurai berbagai realitas dalam masyarakat untuk memperoleh gambaran sejarah Indonesia yang bulat sempurna tanpa retak atau terpecah-belah.

Kemudian, subyek filsafat sejarah Indonesia adalah bangsa dengan semangat nasionalisme Indonesia. Dalam forum agung penentu bulat-lonjongnya sejarah Indonesia itu, Yamin berkomentar di mimbar bahwa sejarah Indonesia yang baru seharusnya bercorak nasional, yang berdasarkan hasil penafsiran dari aneka kejadian pada masa silam. Nasionalisme Indonesia merupakan rasa patriotisme terhadap persatuan bangsa, persatuan Tanah Air, dan kebulatan-kebulatan pada saat memperkuat atau membina pembentukan bangsa (nation building) Indonesia. Nasionalisme Indonesia dalam konsepsi filsafat sejarah Indonesia menimbulkan berbagai syarat etis dan kesusilaan Indonesia untuk penulis dan juga karangan sejarah Indonesia itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inilah alasan mengapa Yamin berkeras menyuburkan semangat nasionalisme dari sebuah bangsa yang baru saja merdeka lewat tulisan tentang pahlawan dan simbol negara. Sebagai contoh, Yamin, dalam buku 6000 Tahun Sang Merah Putih, meyakinkan bahwa bendera nasional Indonesia, Merah Putih, sudah dikenal sejak zaman purba dan direkam dalam ingatan kolektif melalui ritual tradisional bubur merah dan putih.  

Meski secara teori dan metodologi sejarah karya Yamin dianggap menciptakan mitos belaka, spirit pada masa itu memang mendorong Yamin untuk berbuat demikian. Bagi Yamin, perjuangan politik bangsa Indonesia kala itu memerlukan legitimasi untuk membangun nasionalisme sebagai ideologi. Anakronisme sejarah bukanlah persoalan utama yang perlu diperdebatkan. Yang penting, semua "menjadi Indonesia" dan cinta Indonesia seutuhnya.

Bagaimanapun, Muhammad Yamin semasa hidup telah ikut mengerahkan kedigdayaan untuk menentukan visi ilmu sejarah. Kendati dicela lantaran menyebarkan kisah historis yang sulit diterima akal sehat, dia telah membaktikan hidupnya dan mengamalkan ilmunya untuk bangsa Indonesia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belajar Sejarah, Ini 7 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2022

Poster Film De Oost. Foto: IMDB
Belajar Sejarah, Ini 7 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia

Belajar sejarah tak melulu dari buku melainkan juga bisa lewat menonton film. Simak ulasannya di sini.


Pelurusan Sejarah Ratu Kalinyamat Harus terus Diupayakan

5 Juni 2022

Pelurusan Sejarah Ratu Kalinyamat Harus terus Diupayakan

Menyosialisasikan perjuangan Ratu Kalinyamat lewat pagelaran seni-seni tradisional yang digemari masyarakat, harus terus ditingkatkan.


Nasib Laksamana Maeda Usai Dukung Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2021

Laksamana Maeda. wikipedia.org
Nasib Laksamana Maeda Usai Dukung Kemerdekaan Indonesia

Laksamana Maeda dianggap pengkhianat karena mendukung kemerdekaan Indonesia. Bagaimana nasibnya?


BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi

16 Agustus 2021

Perjuangan B.M. Diah, wartawan yang menemukan teks proklamasi diabadikan ke dalam cerita komik. Istimewa Dasman Djamaluddin, penulis buku B.M. Diah.
BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi

BM Diah mengatakan naskah asli teks proklamasi dibuang ke tempat sampah begitu saja usai diketik oleh Sayuti Melik.


Askar Perang Sabil, Pasukan Pejuang Kemerdekaan Bentukan Muhammadiyah

16 Agustus 2021

Beberapa yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan, akan segera dipisahkan untuk kemudian diperiksa sebagai tawanan perang, Desember 1948. National Archive/Onbekend
Askar Perang Sabil, Pasukan Pejuang Kemerdekaan Bentukan Muhammadiyah

Ulama Muhammadiyah di Yogyakarta membentuk satuan Askar Perang Sabil (APS) untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia


AR Baswedan, Tokoh Keturunan Arab yang Berjuang untuk Kemerdekaan RI

14 Agustus 2021

Gubernur DKI Jakarta memajang foto dirinya, ayahnya dan kakeknya dalam memperingati Hari Ayah Nasional
AR Baswedan, Tokoh Keturunan Arab yang Berjuang untuk Kemerdekaan RI

AR Baswedan merupakan kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan


Mengenal Sukarni, Penculik Bung Karno ke Rengasdengklok

5 Agustus 2021

Sukarni Kartodiwirjo. Foto: IKPNI
Mengenal Sukarni, Penculik Bung Karno ke Rengasdengklok

Sukarni bersama tokoh pemuda lainnya menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok jelang kemerdekaan Indonesia


Kisah Kurir Kemerdekaan Pengirim Kabar Proklamasi 1945

17 Agustus 2017

Paskibra cilik berbaris di acara Napak Tilas Proklamasi Republik Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta, 16 Agustus 2014. Acara tahunan tersebut melibatkan beberapa komunitas dan siswa SMK dan SMP Jakarta sebagai rangkaian mengingat sejarah proklamasi RI pada 17 Agustus 1945. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Kisah Kurir Kemerdekaan Pengirim Kabar Proklamasi 1945

Dua bulan setelah Proklamasi 1945, Kepala Kepolisian Negara Raden Said Soekanto memberi tugas kepada pemuda-pemuda menyebarkan berita proklamasi.


Amir Hamzah: Raja Penyair Pujangga Baru yang Mati Tragis

16 Agustus 2017

Amir Hamzah di Tanjung Pura, Sumatera Utara
Amir Hamzah: Raja Penyair Pujangga Baru yang Mati Tragis

Amir Hamzah mempromosikan pentingnya kemerdekaan hingga ke dusun. Dibunuh karena dianggap pengkhianat.


Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945

31 Juli 2017

Pengunjung berfoto di dekat patung Soekarno di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, di Jakarta, 17 Agustus 2015. Rumah yang pernah menjadi kediaman Laksamana Muda Maeda ini adalah tempat naskah proklamasi dirumuskan dan ditandatangani oleh Soekarno sebelum dibacakan 70 tahun lalu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945

Inilah catatan harian kita seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Ada kisah yang Anda belum tahu?