Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Inovasi, Pendidikan, dan Imunisasi

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gindo Tampubolon*

Di antara para pendiri ASEAN yang bersepakat hari ini 47 tahun lalu, Indonesia paling ketinggalan berinovasi. Selama lima tahun terakhir, menurut Kantor Paten Eropa, Singapura mencatat 5.839 paten, Malaysia 1.563, Thailand 505, Filipina 210, dan Indonesia 100.

Ada yang lebih buruk lagi daripada kelemahan ini, yakni dangkalnya pemahaman mengenai dinamika yang mengaitkan tumpulnya inovasi dengan kesehatan atau imunisasi anak yang telantar. Ketiganya, inovasi, pendidikan dan kesehatan, terjalin dalam teori pertumbuhan Joseph A. Schumpeter, ekonom Universitas Harvard, yang menyoroti dinamika istimewa ketika satu negara, semacam Indonesia, tertinggal dari garda depan teknologi. Jarak teknologi seperti ini memberi peluang untuk lompatan teknologi, sekaligus mendirikan tembok hambatan. Seperti dituliskan ekonom Peter Howitt, dinamika peluang dan hambatan ini bertelur dua atau berekuilibrium ganda, memisahkan pemimpin dan pencorot.

Bagaimana prestasi Indonesia seperempat abad ini? Walaupun jumlah penduduknya paling besar, Indonesia paling buntut selama masa yang panjang ini untuk semua teknologi tersebut. Misalnya, untuk informatika tercatat Singapura 5.703, Malaysia 711, Thailand 161, dan Indonesia 31. Tak termungkiri, dalam pemahaman Schumpeterian, Indonesia bukanlah pemimpin, melainkan pencorot.

Walaupun jumlah penduduknya lebih besar daripada ASEAN-4 itu, prestasi Indonesia dalam khazanah ilmu tetaplah imut. Misalnya, dalam bidang biomedis berdasarkan data Scopus 1996–2012, ada 636 orang dewasa Singapura untuk setiap makalah ilmiah. Bandingkanlah negara lain, kali ini mesti ribuan supaya tidak terlalu memalukan, Malaysia 3, Thailand 6, Filippina 38, dan Indonesia 107. Ibarat maraton, Singapura sudah hampir mencapai garis final, Malaysia 30 meter lagi, sedangkan Indonesia masih 10 kilometer lagi.

Untuk mencoba memahami keadaan ini, lihatlah kemampuan ilmu dan matematika remaja belia 15 tahun. Saya menilik tiga perempat juta peserta Programme of International Student Assessment 2000 dan 2012. Seperti sering dikeluhkan, remaja Indonesia menempel di buntut. Tak sepersen pun yang mampu "meresapkan informasi, mengolahnya, dan menggunakannya untuk mengambil keputusan" atau mencapai tingkat lanjut.

Ada fakta yang jarang diresap karena hanya didapat dilakukan dengan menilik informasi belasan tahun. Remaja yang mentok di tahun 2000 adalah sarjana dan inovator yang gagal sekarang. Dengan nalar yang sama, remaja belia yang mentok di tahun 2012 mustahil ramai-ramai menjadi inovator mumpuni nanti. Janganlah bertaruh Indonesia akan bisa berdiri sejajar, paten demi paten, dengan satu pun dari ASEAN-4 atau Cina atau Korea pada 2045.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jelaslah sistem inovasi berayun dalam jangka panjang bak maraton. Mengapa kemampuan ilmu/matematika remaja kita lemah? Teori tadi akan mengantar kita ke modal insani lain, yaitu kesehatan, khususnya kesehatan anak. Kalau kita kaji prestasi Indonesia dalam bidang kesehatan anak sejak 1990-an, kelihatan gambaran fraktal: corak karut-marut kecil mengikuti pola kasat-kusut besar. Dari setengah juta anak dalam Survei Sosial-Ekonomi Nasional 1992–2013, kami temukan: tak sekali pun Indonesia mencapai sasaran imunisasi global. Sekarang, semua ASEAN-4 sudah melebihi sasaran, namun Indonesia mentok.

Apa kaitannya imunisasi dengan nilai matematika dan inovasi puluhan tahun lagi? Kesehatan dini, khususnya imunisasi dan tercukupkannya gizi, berkaitan dengan kemampuan di masa selanjutnya. Di masa ini, dua kemampuan sangat penting: kemampuan abstraksi dan daya tahan belaka ketika melakukan kerja mental yang ketat (macam menelusuri kaitan dari imunisasi, lewat pendidikan ke inovasi, misalnya). Kedua, kegagalan ini adalah tanda kegagalan kita bersama sebagai bangsa karena masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak kita.

Para dokter biasanya akan bilang: lebih gampang mengobati pasien kalau diagnosisnya jelas dan pasiennya tidak ngotot. Perbaikan kinerja inovasi Indonesia menuntut diagnosis yang jelas. Misalnya, data seperempat abad inovasi, belasan tahun prestasi sekolah, dan beberapa dasawarsa imunisasi. Data ini bersama persamaan diferensial yang menguraikan teori Schumpeter diunggah di situs google.com/site/tehtareknow/inovasi-asia.

Tulisan ini dibuat atas beberapa pertimbangan. Pertama, angket inovasi di Indonesia, hambatan dan pencapaiannya, praktis nihil. Karena didorong oleh nalar di atas, kami merintis kajian ini, namun dukungan pemerintah mengumpulkan diagnostik inovasi mutlak. Kedua, Indonesia mesti menggagas badan internasional, Asia Science Fund, yang memberi dana bersaing bagi peneliti/pencipta di Asia. Tantangan inovasi tidak pandang bulu dan tidak peduli batas, seperti pandemik kawasan dan bahaya lingkungan. Selain itu, badan semacam ini akan memberi sinyal tepat waktu kepada pembuat kebijakan tentang kinerja kita dibanding jiran.

Terakhir dan sekaligus di awal, program imunisasi di Indonesia perlu rancangan ulang untuk membantu kabupaten yang mengalami kesulitan dan menghargai kabupaten yang berhasil. Hanya dengan menyiapkan anak yang sehat, remaja yang cakap, dan pekerja yang berinovasi, bangsa kita bisa sejahtera pada masa seabad Indonesia merdeka.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Anak Nasional, Ini Pesan Praktisi Kesehatan buat Orang Tua

3 hari lalu

Petugas kesehatan memberikan vaksin polio tetes tahap pertama kepada seorang bayi di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa 23 Juli 2024. Pemprov Sulawesi Barat menggelar pelaksanaan vaksin polio tahap pertama dan kedua secara serentak di sejumlah kabupaten dengan target 227.691 anak yang berlangsung selama 12 hari. ANTARA FOTO/Akbar Tado
Hari Anak Nasional, Ini Pesan Praktisi Kesehatan buat Orang Tua

Praktisi kesehatan Hari Anak Nasional menjadi pengingat bagi orang tua untuk menghindarkan anak dari penyakit menular.


Jelang PIN Polio 2024, Dokter Ingatkan Pentingnya Anak Divaksin

11 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio kepada seorang anak saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Puskesmas Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Senin 15 Januari 2024. Kementerian Kesehatan menggelar Sub PIN Polio 2024 secara serentak di tiga provinsi yakni Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY dengan putaran pertama di bulan Januari dan putaran kedua pada Februari mendatang sebagai upaya menanggulangi kejadian luar biasa (KLB) polio. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Jelang PIN Polio 2024, Dokter Ingatkan Pentingnya Anak Divaksin

Dokter anak menyebut pentingnya orang tua mengikutkan anak di PIN polio 2024 untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan itu.


Pentingnya Vaksin Polio sehingga Tak Boleh Dilewatkan

13 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Pentingnya Vaksin Polio sehingga Tak Boleh Dilewatkan

Dokter mengatakan bila orang tua tidak memberikan vaksin polio pada anak dikhawatirkan adanya penurunan perlindungan terhadap penyakit polio.


Kasus Bayi Meninggal usai Imunisasi, Dokter Anak Minta Orang Tua Tak Khawatir

14 hari lalu

Bayi ditimbang oleh  kader Posyandu saat pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Rawa Buaya, Jakarta, 27 Oktober 2023. Kementerian Kesehatan terus berupaya meningkatkan pelayanan posyandu dengan memberikan imunisasi lengkap sebagai deteksi dini stunting. TEMPO/Fajar Januarta
Kasus Bayi Meninggal usai Imunisasi, Dokter Anak Minta Orang Tua Tak Khawatir

Orang tua diminta tidak khawatir memberikan vaksin kepada anak meski viral berita bayi meninggal setelah imunisasi.


Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman Terkait Kematian Bayi di Sukabumi

26 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman Terkait Kematian Bayi di Sukabumi

Kombinasi vaksin pada imunisasi ganda tidak menimbulkan masalah kesehatan kronis. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk melihat dampaknya.


Inilah Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi yang Perlu Diketahui

30 hari lalu

Petugas medis meneteskan vaksin polio pada anak balita dalam pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio tahap kedua di kantor kelurahan Mojolangu, Malang, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Pelaksanaan Sub PIN polio tahap kedua tersebut menyasar 100.380 anak di Kota Malang yang sebelumnya sudah menerima imunisasi polio tahap pertama dalam program penuntasan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Inilah Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi yang Perlu Diketahui

Vaksinasi dan imunisasi adalah istilah yang berkaitan erat namun memiliki perbedaan mendasar.


Pakar Sebut Imunisasi Tambahan untuk Cegah dan Kurangi Risiko KLB

46 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Pakar Sebut Imunisasi Tambahan untuk Cegah dan Kurangi Risiko KLB

Imunisasi tambahan penting karena merupakan salah satu upaya mencegah dan mengurangi risiko wabah atau KLB.


Blau untuk Mengobati Gondongan, Adakah Manfaatnya?

52 hari lalu

Ilustrasi wanita memegang leher / leher sakit. loyolamedicine.org
Blau untuk Mengobati Gondongan, Adakah Manfaatnya?

Dokter meluruskan mitos pemakaian blau atau bubuk biru untuk membilas baju putih yang tidak bisa mengobati gondongan pada anak.


Tak Usah Takut Kejang, Anak dengan Epilepsi Juga Perlu Imunisasi

57 hari lalu

Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk
Tak Usah Takut Kejang, Anak dengan Epilepsi Juga Perlu Imunisasi

Pakar menyebut banyak anak dengan epilepsi yang melewatkan imunisasi rutin karena khawatir akan terjadi kejang.


Pakar Sebut Sosialisasi Imunisasi Lebih Mudah lewat Media Sosial

21 Mei 2024

Petugas kesehatan memberikan imunisasi polio kepada anak di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Jalan Siwalankerto Tengah, Surabaya, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi polio tahap dua dilakukan setelah penerima sudah mendapatkan imunisasi tahap satu sebagai upaya menyukseskan program pemerintah pemberian imunisasi polio dalam menanggulangi kejadian luar biasa (KLB). ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Pakar Sebut Sosialisasi Imunisasi Lebih Mudah lewat Media Sosial

Pakar mengatakan informasi lewat media sosial bisa lebih menarik, terutama jika ada gambar dan suara, sehingga pesan manfaat imunisasi bisa sampai.