Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Elitisme

Oleh

image-gnews
Iklan
ADA orang yang percaya pada wahyu, ada orang yang percaya pada kebenaran, dan ada orang yang percaya kepada rakyat. Tidak ada yang aneh di sini, juga di saat ketiga-tiganya bersikap ganjil terhadap demokrasi. Ganjil: terkadang mereka merasa rindu. Mereka akan melihat orang ramai di jalan dan di pojok itu, yang berkeringat dengan sakit dan lapar, sebagai endapan inspirasi. Mereka akan berbahagia bila mereka bisa menyaksikan si jelata memperdengarkan suaranya, si pinggiran menghunus kekuatannya. Tapi kadang-kadang mereka angkuh: dengan mulut bergumam, mereka akan menatap orang ramai itu sebagai sesuatu yang lemah, elemen yang mudah dipermainkan, dan suara yang hampir identik dengankalau bahasa yang lebih terus terang bisa dipakai di sini"kebodohan." Dengan kerinduan dan keangkuhan itu, mereka pun bertemu. Yang percaya pada wahyu (kita ringkas menjadi "W") melihat politik sebagai bagian dari lalu-lintas keajaiban para wali. Yang percaya pada kebenaran (katakanlah "K") melihatnya sebagai bagian dari ketajaman analisis, ke-tepatan teoretis. Yang percaya kepada rakyat ("R"): mereka cenderung me-lihat politik sebagai bagian dari saat puitik para intelektual yang melibatkan diri dalam pergerakan, cendekiawan yang engage. Dengan kata lain: W-K-R adalah orang-orang yang ingin mengenal politik sebagai sebuah proses yang mengasyikkan, kejadian yang bahkan dahsyat, agung, cerdas. Tapi apa boleh buat. Pada umumnya politik bukanlah itu semua. Politik lebih sering berupa sebagian hidup sehari-hari yang remeh, mungkin norak. Atau politik adalah sebuah proses tawar-menawar yang mengesalkansebuah proses yang bisa digerakkan oleh manipulasi, tanpa rasa malu, bosan, ataupun geli. Politik, dengan kata lain, mengasumsikan ke-normal-an, sementara W-K-R tidak begitu pas dengan ke-normal-an. Bukankah wahyu sesuatu yang datang sebagai cahaya bintang jatuh, bukan sesuatu yang biasa-biasa saja dan mampir tiap Sabtu? Dan kita tahu, kebenaran sering tercapai dengan teriak, "Aha!" mungkin seraya jantung berdegupdan tak tiap kali hal itu terjadi. Juga kita tahu, "rakyat" adalah sebuah kata dalam bahasa retorik, sesuatu yang mara dengan gemuruh, seperti petir pertama. Kini saya bayangkan (dan tentu saja ada kemungkinan bayangan saya meleset) orang-orang ituya, para W-K-Rberkumpul di jam-jam terakhir Gus Dur di Istana. Ruang dalam bangunan kolonial itu seakan-akan sebuah benteng pada saat yang kritis. Segala elemen untuk masuk ke dalam satu peristiwa yang dahsyat, agung, cerdas, sudah siap. "Presiden tak akan mundur!" "Parlemen harus dibubarkan!" "Rakyat siap membela sampai mati!"dan sesudahnya sepi. Mungkin sesaat terlintas dalam pikiran mereka bahwa Presiden itu duduk di sana karena keputusan Parlemen, dan bahwa Parlemen, yang menjengkelkan dan tak bermutu itu, di sana karena dipilih rakyat, dan bahwa rakyat (ditulis dengan huruf kapital atau tidak) pada gilirannya yang harus bisa dipersalahkan, atau dibenarkan, dalam memilih partai-partai. Mungkin semua itu terlintas dalam pikiran orang-orang di dekat Presiden itu, tapi dengan cepat mereka akan satu sama lain mengangguk, bahwa Wahyu, Kebenaran, dan Rakyat ada di pihak Istana, dan sesudahnya sepi. Demokrasi, tentu saja, bertolak dari asumsi bahwa wahyu yang turun pun tidak menentukan posisi seorang kepala negara. Dan kebenaran, bagi sebuah demokrasi, bukanlah apa yang diputuskan dalam sebuah teori, atau datang sebagai ilham, melainkan apa yang ditentukan oleh sejumlah suara yang besar, bersama-sama, lewat sebuah prosedur. Ia bisa berubah. Sementara itu "rakyat" bagi sebuah demokrasi bukanlah sesuatu yang puitik; rakyat adalah para pemilih, tak lebih dan tak kurang. Dengan kata lain, politik tak bisa mengharapkan apa yang oleh Alain Badiou disebut "peristiwa-kebenaran," sebuah kejadian istimewa seperti tatkala Yesus bangkit, Revolusi Bolsyewik meletus dan menang, dan sebuah penemuan ilmiah berlangsung. Demokrasi tak mungkin berdasar pada sesuatu yang epifanik: sekali saja terjadi tapi pada saat itu sanggup menggerakkan laku yang baru di sekitarnya, setelahnya. Bertolak pada yang agung, yang dahsyat, yang asyik, Badiou, di situ, adalah sebuah suara elitis. Barangkali begitulah siapa saja yang hanya terpesona kepada gerak yang radikal dan pembebasan yang bisa mendadak-sontakdan sebab itu tak betah dengan manusia dalam hidup sosial sehari-hari, dengan kebenaran yang dicari melalui sebuah prosedur yang ajek, dan dengan para pemilih yang, dalam keseharian mereka, dianggap hanya berlingkar pada kepentingan diri, kebutuhan biologis dan hasrat yang tumpul. Badiou, yang menempatkan diri pada sayap kiri pemikiran Prancis, bekas Maois yang berpengaruh, pada akhirnya, seperti para W-K-R, memang bersikap ganjil di hadapan demokrasi. Tak berarti elitisme seperti itu harus hilang. Demokrasi, sebagaimana berlaku melalui pemilihan dan parlemen, memerlukan lembaga-lembaga. Demokrasi seperti itu memang bukan saja harus meniti kesabaran, tapi juga lazim untuk membuat pudar sikap yang lurus dan cita-cita yang murni. Sebab rakyat ternyata tak selamanya progresif, mayoritas umumnya lamban mengubah diri. Tapi sebaliknya, kaum elitis toh tidak hidup sendirian. Antara mereka dan para pemilih yang mengecewakan, sebuah demokrasi memerlukan sebuah celah laindan dengan demikian ia membuka diri akan kekurangannya sendiri. Demokrasi adalah sebuah pengakuan akan kekurangan. Justru tanpa kedahsyatan wahyu, tanpa kekuasaan teori, dan tanpa ilusi. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

2 menit lalu

Sejumlah paus pilot yang terdampar di Pantai Cheynes, Australia 25 Juli 2023. Courtesy of Allan Marsh/Cheynes Beach Caravan Park/via REUTERS
Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?


Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

2 menit lalu

Anggota Dewas KPK Albertina Ho memberikan keterangan soal keributan dirinya dengan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, di Gedung C1 KPK pada Jumat, 26 April 2024. Tempo/Bagus Pribadi
Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.


KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

8 menit lalu

PSDKP KKP menangkap kapal asing berbendera Malaysia melakukan illegal fishing di perairan Selat Malaka, Kamis, 25 April 2024. Foto: PSDKP KKP
KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.


PSI Resmi Buka Pendaftaran Calon untuk Pilkada 2024

10 menit lalu

Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, resmi membuka pendaftaran bakal calon kepada daerah untuk Pilkada 2024 pada 26 April hingga 1 Agustus 2024. Acara berlangsung dalam penutupan pembekalan anggota legislatif terpilih PSI di Hotel Aryaduta, Menteng, Jumat 26 April 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
PSI Resmi Buka Pendaftaran Calon untuk Pilkada 2024

Kaesang berharap putra-putri terbaik bangsa mau ikut membangun negeri dengan mendaftarkan diri menjadi kepala daerah lewat PSI.


Megawati Pimpin Konsolidasi PDIP Hadapi Pilkada Serentak 2024

15 menit lalu

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR RI Puan Maharani berjalan ke tempat pemungutan suara (TPS) 053 diiringi tarian Betawi di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan, 15 Februari 2023 [Tempo/Eka Yudha Saputra]
Megawati Pimpin Konsolidasi PDIP Hadapi Pilkada Serentak 2024

Hasto menyebutkan, atas perintah Megawati, proses kehidupan demokrasi harus terus berjalan.


Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

18 menit lalu

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan memberi sambutan saat acara penandatanganan dokumen transaksi pengambilalihan saham Divestasi PT Vale Indonesia Tbk. di Jakarta, Senin, 26 Februari 2024. TEMPO/Tony Hartawan
Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.


5 Fakta Timnas Indonesia Kalahkan Korea Selatan di 8 Besar Piala Asia U-23 2024

20 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
5 Fakta Timnas Indonesia Kalahkan Korea Selatan di 8 Besar Piala Asia U-23 2024

Timnas Indonesia cetak sejarah maju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 setelah kalahkan Timnas Korea Selatan lewat adu penalti 11-10.


Pemain Timnas u-23 Indonesia Rafael Struick Patahkan Rekor Tanpa Kebobolan Korea Selatan di Piala Asia U-23 2024

20 menit lalu

Selebrasi Rafael Struick setelah mencetak gol kedua dalam perempatfinal AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Cuplikan TVN
Pemain Timnas u-23 Indonesia Rafael Struick Patahkan Rekor Tanpa Kebobolan Korea Selatan di Piala Asia U-23 2024

Rafael Struick mencetak dua gol saat pertandingan timnas U-23 Indonesia vs Korea Selatan di perempat final Piala Asia U-23 2024.


DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

22 menit lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (tengah) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (kiri) dan Arief Hidayat (kanan) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, serta capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang diajukan dalam sidang putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

Komisi II DPR telah mengusulkan revisi UU Pemilu dan UU Pilkada sejak awal masa bakti 2019.


Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

23 menit lalu

Ilustrasi lahan padi. TEMPO/Magang/Joseph.
Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.