Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Geometri

Oleh

image-gnews
Iklan
SIAPA yang cemas akan modernitas akan berdiri bersama mereka yang sering kecewa karena sejarah. Dulu dan kini senantiasa ada sesuatu yang terasa menakutkan pada mesin dan organisasi yang lugas. Ada sesuatu yang membuat orang gentar akan rencana dengan angka-angka, dan gamang terhadap ruang dan waktu yang telah dibentuk menjadi alat. Namun siapa yang cemas akan modernitas selalu akan menemukan apa yang lain, yang menjadi berarti, di sela-sela hidup yang telah kehilangan pesona. Di zaman ini, kontras (atau kontradiksi) itulah yang membentuk sensibilitas kita dan membuat kita, barangkali, sedikit lebih arif. Pada awal tahun 1930-an Federico Garcia Lorca, penyair Andalusia itu, datang ke New York, dan ia berbicara juga tentang sebuah kontras: ia berbicara tentang "geometri dan rasa gundah." Dua elemen ini, kata Lorca, yang pertama kali tertangkap oleh seorang pelancong di sebuah kota besar. Gedung-gedung papak persegi yang menjulang tinggi, sebaris isyarat tentang "perbudakan yang pedih atas manusia dan mesin," akan berdiri bersanding dan berlawanan dengan ritme riuh yang seakan-akan ungkapan rasa riang. Ada yang puitis dan juga menakutkan ketika pencakar-pencakar langit bergulat dengan angkasa yang meliputinya: salju, hujan, dan kabut memperjelas, membasahi, atau menyembunyikan menara-menara besar itu, tapi barisan bangunan jangkung yang lancip itu, yang "memusuhi misteri," tetap luput, dan tetap berkilat dalam "tiga ribu bilah pedang" yang menembus "angsa-angsa kabut yang lembut." Modernitas memang mengalahkan alamsalju, hujan, dan "angsa-angsa kabut yang lembut"tapi pada saat yang sama, ketika sejarah manusia berkembang dan pada gilirannya menimbulkan rasa gundah yang mendalam, modernitas itu sendiri akan mem-butuhkan sesuatu yang membatasinya. New York tak mau, dan tak bisa, memonopoli hidup dengan gedung dan arsitekturnya. Ilmu ukur yang menaklukkan dan mengontrol garis, bukan segala-galanya. Ketika menara kembar World Trade Center dihancurkan pada tanggal 11 September 2001 oleh sepasang mesin lain, yakni dua pesawat Boeing 767 yang menabrakkan diri, kita menyaksikan bagaimana geometri itu, yang megah dan menang, rubuh oleh dengus yang lebih primitif pada manusia: kebengisan, kemarahan, dendam, benci. Setelah itu: paranoia dan dukacita. Apa yang akan terjadi setelah puing-puing ini? Sebuah menara kembar yang lebih dahsyat yang dibangun lagi, untuk memaklumkan bahwa manusia, dengan modal dan mesinnya, tak bisa dikalahkan? Jika itu yang akan terjadi, New York akan lupa pada sebagian sejarah. Pada tahun 1964, ketika Arsitek Yamasaki mengumumkan desain kedua menara World Trade Center, tampak bagaimana ambisi modernitas yang terkandung di dalamnya menyediakan ruang bagi yang lain, yang berbeda dari dirinya. Pilar-pilar persegi yang memanjang di kedua menara itu, seperti digambarkan Eric Darton dalam Divided We Stand, sebuah "biografi" World Trade Center, mengingatkan akan kolonade Molo di Venezia yang berabad-abad lamanya berperan sebagai portal simbolis bagi telaga yang terletak di antara muara Sungai Po dan Piava, yang mengalir ke Laut Adriatik, sarana perniagaan dunia pada abad ke-13. Di World Trade Center pula Yamasaki mencoba menyediakan sesuatu yang "manusiawi": di alas kedua menara yang pernah jadi mercu tertinggi di dunia itu, disiapkan sebuah plaza seluas 20 ribu meter persegi, arkade, air mancur, patung karya Fritz Koenig dari tembaga, Ideogram James Rosati dari baja mengkilap, ukiran granit hitam Mayazuki Nagure, dansetelah gedung ini kena bom teroris pada tahun 1993sebuah lingkaran granit karya Ellen Zimmerman. Tapi tampaknya tak semua orang terkesan. Buku petunjuk yang diterbitkan Fodor, yang layak dibaca jika Anda ingin menjelajahi New York, menyebut bahwa semua ornamen itu "tak berhasil memanusiawikan skala kompleks ini." World Trade Center adalah "arsitektur yang kehilangan kendali," tulis buku itu pula. Atau, dalam kalimat sebuah panduan tebal tentang New York yang diterbitkan oleh American Institute of Architecture, World Trade Center dibangun oleh Otoritas Pelabuhan New York dengan semangat yang mirip orang yang "lari mengamuk, baik dalam hal dana maupun estetika." Siapa yang cemas akan modern-itas, yang kecewa setelah penaklukan yang tak kunjung jera, boleh pergi ke reruntukan kedua gedung setinggi 110 lantai itu. Debu puing-puing masih beterbangan oleh angin sampai hari ini. Lingkungan tertutup, muram. Turis berdatangan, mencoba menyaksikan apa yang selama ini tampaknya mustahil. "Mungkinkah membayangkan World Trade Center sebagai seonggok puing?" tulis Eric Darton dalam Divided We Stand yang terbit sebelum 11 September 2001. Tak mungkin, jawab si penulis sendiri. Dia terbukti salah besar. Tapi mungkin pertanyaan itu juga tak demikian penting: bagi Darton, bangunan raksasa itu sudah lama terancam, mungkin sudah dalam keadaan semacam puing, dalam arti ekonomis. Ia bukan lagi ruang perkantoran kelas A ketika harus bersaing dengan gedung-gedung baru yang lebih sesuai dengan tuntutan cybernetic. Ia, yang bertahun-tahun dirundung rugi, dan dilindungi oleh pemerintah kota New York, sedang uzur memasuki masa lampau. Sebuah indikator semangat modern kalah, modernitas itu sendiri tidak, tapi mungkin dengan lebih tahu diri. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

1 menit lalu

Gambaran artistik iPhone 16 dan tombol Capture. Gsmarena.com
Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

Apple dikabarkan sedang mengembangkan sistem AI dengan model bahasa besar (LLM) untuk mengaktifkan fitur Device Generative AI di perangkatnya.


Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

3 menit lalu

Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT, Senin, 8 Mei 2023, jelang KTT ASEAN. TEMPO/Daniel A. Fajri
Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

Kemenhub akan terus mengevaluasi penataan bandara secara umum, termasuk bandara internasional.


Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

4 menit lalu

Ketua MPR Terima Aspirasi APLI tentang Direct Selling di Lokapasar

Bamsoet berpendapat keberpihakan terhadap pelaku industri direct selling sangat penting. Ekosistem ini mampu membuka lapangan lebih dari delapan juta tenaga kerja sebagai distributor.


Ketua Umum IMI Dukung Adventure Offroad di Kebumen

14 menit lalu

Ketua Umum IMI Dukung Adventure Offroad di Kebumen

Kejuaraan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan para offroader sehingga mampu menaklukan berbagai lintasan yang berat.


Unpad Tegaskan Seleksi Mandiri Bukan untuk Cari Uang, Ini 3 Skema yang Dibukanya

18 menit lalu

Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Doc: Unpad.
Unpad Tegaskan Seleksi Mandiri Bukan untuk Cari Uang, Ini 3 Skema yang Dibukanya

Unpad membuka pendaftaran Seleksi Mandiri atau SMUP untuk program S1 dan D4 mulai Senin, 29 April 2024. Ada juga jalur baru kerja sama.


Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

23 menit lalu

Ilustrasi lansia bersama cucunya. shutterstock.com
Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

Psikolog mengingatkan kakek atau nenek memahami jenis-jenis pola asuh ketika mengasuh cucu. Apa saja yang perlu dilakukan?


Partai Buruh Sambut Penetapan KPU, Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran

26 menit lalu

Presiden Partai Buruh Said Iqbal berorasi di hari pertama kampanye dalam aksi unjuk rasa buruh di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 28 November 2023. Seluruh serikat pekerja terus mengawal tuntutan kenaikan upah buruh sebesar 15 persen yang akan ditandatangani oleh Pj Gubernur Jawa Barat hari ini. Buruh juga melakukan aksi unjuk rasa dan mogok kerja selama 3 hari sampai 30 November 2023. TEMPO/Prima mulia
Partai Buruh Sambut Penetapan KPU, Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran

Said Iqbal berharap Prabowo-Gibran dapat menjalankan tugas-tugas konstitusional dengan baik dalam lima tahun ke depan.


Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

29 menit lalu

Basuki Tjahaja Purnama menjawab pertanyaan wartawan saat mengunjungi kantor DPD PDIP Bali di Denpasar, Bali, Jumat, 8 Februari 2019. Ia bergabung menjadi anggota PDIP sejak 26 Januari 2019. Johannes P. Christo
Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?


Ganjar Akui Tak Akan Gabung Pemerintahan, Bagaimana dengan PDIP?

32 menit lalu

Kandidat presiden yang kalah Ganjar Pranowo dan pasangannya Mahfud MD menghadiri sidang putusan atas dua gugatan terhadap hasil pemilu presiden bulan Februari setelah kandidat yang kalah mengajukan petisi untuk mencalonkan diri kembali dan menuduh negara telah campur tangan demi pemenangan Prabowo Subianto, di Mahkamah Konstitusi  gedung di Jakarta, Indonesia, 22 April 2024. REUTERS/Willy Kurniawan
Ganjar Akui Tak Akan Gabung Pemerintahan, Bagaimana dengan PDIP?

ganjar mengatakan dalam sistem pemerintahan juga penting adanya check and balances.


Serial Scarlet Heart Versi Thailand akan Dibuat, Siapa Saja Pemerannya?

35 menit lalu

Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo. wikipedia.org
Serial Scarlet Heart Versi Thailand akan Dibuat, Siapa Saja Pemerannya?

GMMTV mengumumkan pembuatan serial Scarlet Heart Thailand pada 23 April 2024. Sebelumnya adaptasi drakor Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo