Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seni Rupa dan Parlemen

image-profil

image-gnews
Iklan

Asikin Hasan,
Kurator seni rupa

Gedung parlemen Australia di Canberra adalah ruang pamer. Gedung ini dibangun untuk pendidikan dan pengetahuan publik tentang orang-orang dan cara kerja di lembaga legislatif. Tak ada sepotong pagar pun menutupi gedung wakil rakyat itu. Gedung ini seperti dua tangan terbuka lebar yang hendak menyambut kedatangan siapa saja. Di bagian depan dimulai dengan pemandangan kolam berair jernih, mengalir, dan menyejukkan. Di bagian atap gedung terhampar rumput dengan pemandangan lepas langit biru dan Kota Canberra yang asri. Kita dibawa ke dalam wisata arsitektur modern, merasakan  tata ruang yang harmonis, mempertimbangkan dengan cermat skala antara manusia, gedung, dan lingkungan alam yang hijau.

Di dalam gedung itu pula, keingintahuan kita tentang sejarah dan dinamika konstitusi Australia dijawab tuntas sampai ke akar tunjangnya, yaitu Magna Charta, dasar konstitusi yang berasal dari Inggris (1215). Perangkat audio-visual siap membantu pengunjung untuk mengetahui pelbagai hal mengenai kabinet, anggota senat, dan DPR. Kita bisa menelusuri, misalnya, profil para senator, lengkap dengan pendidikan dan pengalamannya. Begitu pula profil Kementerian Kesenian dalam kabinet Tony Abbott. Namun potongan informasi mengenai kabinet yang sedang berkuasa tampak tenggelam di tengah dalamnya lautan informasi dan dinamika mengenai sejarah konstitusi Australia. Penataan ruang pamer yang sangat memperhitungkan irama, jarak pandang, dan tata cahaya memudahkan para pengunjung untuk mengikuti satu demi satu materi pameran. Kualitasnya setara dengan pameran di Galeri Nasional, Museum Nasional, dan Galeri Seni Rupa Kontemporer yang tersebar di Australia.

Saban hari, ribuan orang mengalir ke gedung itu, termasuk para pelajar yang didampingi seorang tutor. Para pengunjung bisa mengikuti perdebatan anggota legislatif dari atas balkon, membaca transkrip pidato, keputusan-keputusan parlemen, foto-foto kegiatan para senator yang ditata sangat menarik, dan video proses pembangunan gedung parlemen pada 1981-1988 itu. Yang lain bisa melihat sederet lukisan, patung, obyek yang bertali-temali dengan ide konstitusi, kepemimpinan, dan keaustraliaan. Lukisan para perdana menteri dipajang berderet pada dinding panjang. Sebuah tapestri raksasa menggambarkan hutan Australia tampak monumental dalam sebuah aula besar, dibangun berdasarkan lukisan Arthur Boyd, pelukis terkenal Australia. Karya-karya itu digunakan untuk mempertajam kepekaan rasa dan memperkaya pengalaman visual, terutama orang yang bekerja di situ. Bayangkan, gedung parlemen itu memiliki koleksi lebih dari 4.000 karya seni rupa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekalipun tak menyebut diri museum atau galeri, gedung rancangan arsitek Romaldo Giorgola itu telah memainkan peran tersebut. Rancangan yang menggabungkan pelbagai fungsi dan guna itu adalah revolusi terkini dalam dunia arsitektur. Keberadaannya pada satu sisi memberi informasi seluas-luasnya kepada publik mengenai arsip, dokumentasi, dan kualitas lembaga legislatif. Di sisi lain, gedung ini berperan mengingatkan anggota legislatif itu sendiri agar melahirkan keputusan berkualitas. Sebab, semua produk lembaga tersebut tersimpan rapi dalam mesin arsip, dan akan diolah oleh tim kurator independen guna menjadi karya di ruang pamer.

Selaku perpanjangan tradisi Eropa, Australia menempatkan seni rupa sebagai wacana intelektual, bukan sebagai hiburan dan hiasan. Di situ pula museum selaku rumah bagi seni rupa memiliki peran strategis dan terhormat. Mereka percaya bahwa seni rupa adalah salah satu jalan untuk membangun karakter, dan cara berpikir manusia modern: mandiri, berkeadaban, jujur, dan toleran, yang diharapkan hadir pula pada perilaku anggota legislatif. Saya jadi mengerti ketika mengobrol dengan Senator Brett Mason (Sekretaris Parlemen untuk Kerja Sama Luar Negeri) dalam pembukaan pameran "Masters of Modern Indonesian Portraiture" di National Portrait Gallery, Canberra. Ia begitu antusias membicarakan lukisan-lukisan maestro Indonesia dan memperlihatkan kekagumannya kepada S. Sudjojono, Affandi, Agus Jaya, yang pada era 1940-an dapat melahirkan karya-karya hebat. Ia dapat membaca makna kuratorial pameran, dan melihat relasinya dengan perubahan sosial-politik di Indonesia.

Bayangkan sekiranya gedung DPR/MPR di Senayan sejak dulu dirancang bukan semata sebagai kantor para legislator yang eksklusif, tapi juga berfungsi sebagai museum publik seperti di Australia. Dengan demikian, kita dapat menemukan jawaban-jawaban besar dari keputusan-keputusan besar yang masih gelap. Misalnya, Pidato Nawaksara Bung Karno yang ditolak oleh parlemen. Sistem multipartai pada 1955 yang menimbulkan ketegangan politik, dan muncul kembali pada masa reformasi hingga hari ini. Pertanyaan tentang para politikus partai politik yang sama-sama menyanyikan Indonesia Raya tapi menolak Pancasila selaku dasar ideologi partainya. Juga, sampai kapan DPR menghabiskan waktu dan uang rakyat hanya untuk amendemen UUD yang justru berulang-ulang kali pula menimbulkan keguncangan sosial, ekonomi, dan politik? Tentu masih banyak pertanyaan besar lainnya. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Merayakan Keindahan Budaya di Festival Indonesia Bertutur 2024

9 jam lalu

Kolaborasi seniman dari berbagai daerah menampilkan pertunjukan seni Beksan Akapela Pradaksina saat pembukaan Indonesia Bertutur 2022 di Taman Lumbini Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 7 September 2022. Acara yang menjadi bagian dari kegiatan G20 tersebut mengusung tema
Merayakan Keindahan Budaya di Festival Indonesia Bertutur 2024

Masyarakat diajak menjelajahi dan merasakan keindahan pengalaman seni dan budaya di acara Mega Festival Seni Budaya Indonesia Bertutur (Intur) 2024.


Perlunya Revitalisasi Seni Tradisional Menurut Pelaku Seni, Ini Harapannya

9 hari lalu

Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok menari di Keraton Ratu Boko, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis, 28 Desember 2023. Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan dan Ratu Boko berkolaborasi dengan maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok menggelar menari bersama untuk mendukung keberadaan atraksi seni pertunjukan tradisional serta menarik minat kunjungan wisata heritage. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Perlunya Revitalisasi Seni Tradisional Menurut Pelaku Seni, Ini Harapannya

Seni tradisional Indonesia sebagai benteng kebudayaan Nusantara semakin tergerus di tengah arus perubahan zaman. Apa harapan seniman?


Belum Banyak Warga Finlandia yang Mengenal Indonesia, Duta Besar Silvy Promosi Budaya

32 hari lalu

Duta Besar Indonesia untuk Finlandia dan Estonia, Ratu Silvy Gayatri, membuka acara Indonesian and Finland Festival (IFF) 2024 di Lasipalatsian Aukio, Helsinki, pada 15-16 Juni 2024. sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI
Belum Banyak Warga Finlandia yang Mengenal Indonesia, Duta Besar Silvy Promosi Budaya

Indonesian and Finland Festival (IFF) 2024 diharapkan bisa membuat warga Finlandia lebih mengenai Indonesia.


Semangat Kaum Muda Menjaga Kesenian Jakarta Gambang Kromong

33 hari lalu

Anak-anak muda tumbuh menggeluti kesenian gambang kromong.
Semangat Kaum Muda Menjaga Kesenian Jakarta Gambang Kromong

Kaum muda tumbuh menggeluti kesenian khas Jakarta Gambang Kromong.


8 Kesenian Khas Betawi yang Menarik untuk Diketahui

44 hari lalu

Warga menyaksikan pagelaran ondel-ondel pada Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta, 11 Juni 2023. Pagelaran ondel-ondel digelar dalam rangkaian HUT DKI Jakarta ke- 496. TEMPO/Fajar Januarta
8 Kesenian Khas Betawi yang Menarik untuk Diketahui

Berikut ini beberapa kesenian khas Betawi yang masih eksis hingga hari ini. Ada tari topeng, ondel-ondel, hingga lenong Betawi.


Jakpro Kombinasikan Pelayanan dengan Seni Budaya untuk Wisma Seni TIM

57 hari lalu

Jakpro Kombinasikan Pelayanan dengan Seni Budaya untuk Wisma Seni TIM

Dalam upaya meningkatkan layanan serta memperkaya aktivitas seni dan budaya di Taman Ismail Marzuki (TIM), PT Jakarta Propertindo (Perseroda) (Jakpro) telah mengambil langkah signifikan dengan menandatangani nota kesepahaman bersama PT Artotel Kamar Indonesia (Artotel Group).


Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

5 Mei 2024

Bendera Jepang dan Indonesia. Shutterstock
Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

2 Maret 2024

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.