Tampilnya kembali politikus seperti Sutan Bhatoegana sebagai calon legislator amat memprihatinkan. Pemilu masih dipercaya sebagai mekanisme demokrasi, tapi caleg yang disodorkan oleh partai politik tidak sanggup menginspirasi rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat juga akan sulit berubah karena banyaknya politikus lama yang mencalonkan diri lagi.
Politikus Partai Demokrat itu belum jadi tersangka korupsi. Ia baru sebatas saksi kasus suap Rudi Rubiandini, mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Tapi "kedekatannya" dengan skandal ini membuat orang ragu akan integritasnya. Dalam dakwaan Rudi dinyatakan bahwa terdakwa tidak hanya menerima suap dari kontraktor migas, tapi juga memberikan tunjangan hari raya kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Rudi mengaku pernah memberikan THR sebesar US$ 200 atas permintaan Sutan Bhatoegana, yang memimpin Komisi Energi DPR. Duit ini diberikan lewat Tri Yulianto, rekannya sekomisi sekaligus separtai. Mereka membantah tudingan itu. Kendati demikian, Tri mengakui pernah berjumpa dengan Rudi, kemudian bertemu dengan Sutan dan Johni Allen, yang juga politikus Demokrat, di suatu restoran pada Juli tahun lalu. Namun mereka menyangkal adanya pembagian THR dari Rudi dalam pertemuan itu.
Amat mengherankan, Demokrat, yang berslogan "cerdas, bersih, dan santun", tetap memasang ketiga politikus itu sebagai caleg. Wajah Sutan terpampang sebagai caleg di daerah pemilihan Sumatera Utara I. Tri muncul di daerah pemilihan Jakarta I. Adapun Johni Allen sebagai caleg di Sumatera II. Benar, mereka belum terbukti dan belum tentu bersalah. Tapi, kalau Demokrat peduli terhadap pentingnya "perubahan", seharusnya partai ini menonjolkan figur baru.
Hampir semua partai bersikap seperti Demokrat. Partai Golkar, misalnya, masih memasang Zainudin Amali di daerah pemilihan Jawa Timur XI. Padahal Wakil Ketua Komisi Energi DPR ini pun dikaitkan dengan kasus Rudi. Ia pernah diperiksa oleh penyidik KPK, bahkan rumahnya digeledah.
Partai-partai seolah membodohi masyarakat, yang tidak mengikuti rekam jejak semua politikus. Bahkan ada politikus yang sudah dijadikan tersangka korupsi tetap dipajang sebagai caleg. Publik juga akan terbentur pada pilihan yang sulit. Mungkin sebagian pemilih akan mencoblos wajah baru. Tapi cara ini juga seperti membeli kucing dalam karung, belum tentu memunculkan legislator yang lebih bagus.
Peran partai amat penting untuk memperbaiki kualitas anggota DPR dan DPR. Partai bisa menyeleksi kadernya, termasuk politikus lama, secara lebih ketat. Partai politik juga memiliki wewenang mengontrol perilaku politikusnya di Dewan. Pengawasan partai akan lebih efektif dibanding Badan Kehormatan DPR. Tapi semua kesempatan ini disia-siakan.
Menonjolnya figur seperti Sutan Bhatoegana dengan segala perilakunya menggambarkan sikap partai yang kurang peduli terhadap perbaikan demokrasi.