Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Presiden Jokowi

image-profil

image-gnews
Iklan

Seno Gumira Ajidarma,
Wartawan

Jokowi adalah suatu perayaan atas terwujudnya kehendak orang banyak, yang dalam bahasa eksotis disebut rakyat. Bukan sekadar bagi 50 persen lebih rakyat yang telah mencoblosnya dalam pemilihan presiden, melainkan juga rakyat yang kurang dari 50 persen yang telah mencoblos calon presiden lain.

Jika hanya mengacu pada angka, kemenangan Jokowi bukanlah kemenangan besar. Justru karena itu perayaan yang berlangsung bukanlah perayaan atas kemenangan suatu pihak terhadap pihak lain, melainkan kemenangan pihak mana pun-jadi bukan sekadar kedua belah pihak-yang menghendaki, mendorong, memberlangsungkan, mengesahkan, maupun mendoakan, agar sampai kepada pencapaian pada 20 Oktober 2014 hari ini: pelantikan seorang presiden terpilih dalam suatu pemilihan yang diikuti oleh rakyat dengan sangat bergairah.

Sejauh yang bisa diingat, dicatat, dan diperiksa, gairah rakyat terhadap pemimpin tertinggi pada awal kepemimpinannya yang seperti ini baru terjadi pada Bung Karno. Saya sebetulnya menganggap gairah rakyat terhadap Gus Dur juga tinggi, tapi proses politik yang membawanya ke kursi kepresidenan adalah rekayasa tingkat tinggi, dan begitu pula proses jatuhnya dari kursi itu, sehingga rakyat hanya bisa berperan sebagai penonton.

Proses yang menyamakan kehadiran Bung Karno dengan Jokowi adalah momentum sosial-historis yang membawa rakyat untuk berperan. Namun posisi rakyat dalam peran keduanya sungguh berbeda: Bung Karno adalah pemimpin yang didukung rakyat, Jokowi adalah pemimpin yang mendukung rakyat. Bung Karno, dengan segala bakat alamiahnya yang spektakuler, memimpin di depan dan diikuti oleh rakyat, Jokowi dengan segala kebersahajaannya mengikuti kehendak rakyat dari belakang, dan hanya untuk eksekusinya maka harus berada di depan.

Perbedaan keduanya jelas: meski bergelar insinyur, Bung Karno memilih politik; Jokowi juga bergelar insinyur, tapi dengan kesadaran sepenuhnya memilih berjualan mebel. Segenap riwayat Jokowi yang berhubungan dengan kursi kekuasaan tidak menunjukkan indikasi ambisi. Sejak awal, sebetulnya Jokowi adalah orang yang hanya didorong-dorong. Jokowi bukanlah jenis pemimpin yang ngibul (baca: piawai menciptakan kesan), melainkan orang yang hasil kerjanya mengesankan.

Perhatikanlah betapa wagu (bahasa Jawa: ganjil) Jokowi itu jika mengenakan jas dan dasi, begitu pula jika apa boleh buat harus mengenakan segala "baju kebesaran" sebagai wali kota dan gubernur-dan Jokowi tidak pernah berhasil ngibul di situ: sekali wagu tetap wagu. Sebaliknya, bagi saya, betapa mengesankan Jokowi ketika ia berada di lapangan dengan "baju biasa" dan lengan bajunya tergulung agar lebih leluasa bergerak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lengan baju yang tergulung ini tidak sekadar bermakna simbolis seperti dalam ungkapan bahasa "menggulung lengan baju", melainkan karena bagaimana seorang pemimpin akan dapat bekerja secara optimal, jika lebih mementingkan citra diri, sebagai salah kaprah pemahaman atas konsep kehormatan, yang telah menjerumuskan bangsa ini dalam korupsi moral-mental-material selam berpuluh tahun-yang sungguh terlalu mahal bayarannya.

Jokowi bukan produk pencitraan kosong, karena citra yang terbentuk sekarang telah teruji berkali-kali dalam berbagai usaha penghancurannya. Kita memang tidak bisa mengingkari bahwa citra adalah tetap citra, tapi syarat untuk membuatnya tahan uji, yakni lebih banyak kecocokan daripada kibulnya, terpenuhi oleh Jokowi, melalui penanda-penanda yang sungguh berbeda sama sekali.

Bangsa Indonesia akan segera mengalami bagaimana seorang pemimpin itu bisa saja tidak usah pura-pura berwibawa, kalau berbicara tidak usah menggunakan bahasa tinggi, karena caranya berpikir yang memang lebih cenderung praktis-realistis ketimbang teoretis-idealistis, dan seperti selama ini dibuktikannya, akan lebih banyak meminta (bukan minta-minta) daripada memerintah. Persuasi, itulah kata kunci keberhasilan Jokowi. Pengalaman sebagai pedagang pun membuat ia sulit dikibuli pedagang lain.

Sebagai pemimpin, sudah dibuktikannya bagaimana ia akan menghindari konflik, karena memang bukan kemenangan dan apalagi arogansi kekuasaan yang penting, melainkan agar tujuan bersama, yakni kebaikan bagi sebanyak mungkin orang, sebisa mungkin tanpa merugikan siapa pun, bisa tercapai.

Apakah ini berarti Jokowi adalah pemimpin lemah yang bisa diinjak-injak? Saya ingat komentarnya tentang para aktivis yang hilang: "Tidak bisa hilang begitu saja, harus dicari kejelasannya." Sedangkan dari arena debat, saya ingat kalimat: "Jangan dikira saya ini tidak bisa tegas. Saya juga bisa tegas." Meski diucapkan dengan nada datar, saya menyarankan agar tidak terlalu perlu untuk mencoba-coba mengujinya.

Peluang Jokowi adalah juga peluang Indonesia, marilah kita mendukungnya dengan segenap daya kritis kita. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

27 hari lalu

Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati dan Jokowi. Instagram, dan ANTARA
Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.


Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

18 Februari 2024

Titiek Soeharto. TEMPO/Nickmatulhuda
Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

Setiap kali Prabowo menyebut nama Titiek Soeharto, pendukungnya bersorak. Berikut profil pemilik nama Siti Hediato Hariyadi.


Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

13 Februari 2024

Presiden Joko Widodo berbincang dengan warga penerima manfaat pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Dalam kesempatan tersebut Presiden memastikan Pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.


Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

11 Januari 2024

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik dalam perayaan HUT ke-51 PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu, 10 Januari 2024. PDI Perjuangan menggelar perayaan HUT ke-51 dengan mengusung tema 'Satyam Eva Jayate' alias kebenaran pasti menang yang dilaksanakan secara sederhana. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa disebut sebagai ketua umum partai terlama di negeri ini. Sejak kapan?


Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

1 Januari 2024

Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. dok. TEMPO
Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

Genap 14 tahun kepergian Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Berikut kilas balik profil dan perjalanannya sebagai ulama dan presiden ke-4 RI.


Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

5 Oktober 2023

07-nas-SBY-Jokowi
Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

Pada 2 Oktober 2023, Presiden Jokowi bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ini catatan pertemuan mereka.


Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

2 Oktober 2023

Bakal Calon Presiden PDIP Ganjar Pranowo, Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri saat mengjadiri Rapat Kerja Nasional atau Rakernas IV PDIP di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat, 29 September 2023. TEMPO/Han Revanda Putra
Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi meyakini Ganjar Pranowo menang Pemilu 2024 dan menjadi Presiden RI ke-8.


Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

19 September 2023

Mr. Assaat gelar Datuk Mudo adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia. wikipedia.org
Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

Mr Assaat pernah menjadi acting Presiden RI selama 9 bulan pada 1949-1950. Tanpa kepemimpinannya, Indonesia mungkin saja direbut kembali Belanda.


74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

9 September 2023

Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY menunjukkan surat suara saat menggunakan hak suaranya dalam Pemilu serentak 2019, di salah satu TPS, di Singapura, Kamis, 14 April 2019. SBY berada di Singapura untuk mendampingi istrinya yang sedang dirawat. ANTARA/Anung
74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

Hari ini, 9 September 1949 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur. SBY merupakan Presiden Indonesia ke-6 selama 2 periode.


2 Presiden Indonesia yang Kerap Dilupakan: Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat

11 Januari 2023

Sjafruddin Prawiranegara. Foto: life.com
2 Presiden Indonesia yang Kerap Dilupakan: Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat

Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat adalah dua sosok yang pernag menjadu Presiden Indonesia. Sayang peran keduanya kerap dilupakan