Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Emak

Oleh

image-gnews
Iklan

TERKADANG modernitas datang di sebuah dunia yang tak terduga. Terkadang tak jelas dari luar ataukah dari dalam ia muncul. Kita dengar kisah Djasi'ah, misalnya.

Ia tokoh utama dalam Emak, memoar yang ditulis Daoed Joesoef tentang ibunya yang dikenangnya dengan penuh rasa cinta itu. Perempuan ini datang dari keluarga petani di Sumatera Utara, dan menikah dengan Moehammad Joesoef, seorang pengusaha susu lembu yang juga berladang.

Pasangan suami-istri itu buta huruf Latin. Berakar di lingkungan Nahdlatul Ulama, keluarga itu membesarkan kelima anaknya dengan ritual Islam yang lazim. Tradisi tak boleh diabaikan. Nasihat Djasi'ah kepada anaknya: "Kau harus berlaku sebagai batang air…". Sebab, sekalipun sungai itu tetap terus mengalir ke muara dan semakin menjauhi mata airnya, "ia tidak pernah memutuskan diri barang sedetik dari sumbernya itu…."

Dengan kata lain, antara muara dan sumber, antara arah dan asal, tak jatuh bayang-bayang. Tapi kita kemudian tahu bahwa ada bayang-bayang lain di kampung di tepi Kota Medan itu, dalam empat dasawarsa pertama abad ke-20 itu, ketika hutan masih rimbun dan sungai masih bersih. Di sana, dunia modern tampak tumbuh tak terduga.

Djasi'ah adalah bagian dari yang tak terduga itu. Ia punya lima anak, tiga di antaranya perempuan, dan di antara anaknya yang lelaki adalah Daoed Joesoef (dibaca "Daud Yusuf"), orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Doctorat d'Etat dengan sebutan cum laude pula, dari Universitas Sorbonne, Prancis. Daoed Joesoef sadar: ia telah bisa melintasi dunia kampung di Medan itu dan masuk ke dalam kancah akademi di Eropa Barat karena ia adalah bagian dari kehidupan baru yang dibangun oleh seorang emak yang menakjubkan.

Djasi'ah digambarankannya sebagai seorang perempuan yang "bertubuh langsing semampai", "berambut ikal dan panjang", berkulit bersih yang terawat. Tapi perempuan ini juga seorang yang, dalam ke-20 bab buku ini, merupakan bagian dari argumen tentang pelbagai persoalan hidup: pendidikan, lingkungan, agama dan masyarakat, ilmu pengetahuan.

Mungkin dengan demikian ia kedengaran terlampau menakjubkan. Tapi rasanya bukan hanya imajinasi pengarang ketika dikisahkan bagaimana perempuan ini berani menentang apa yang dianggap lazim dan baik oleh masyarakat sekitarnya. Djasi'ah belajar naik sepeda. Dengan demikian ia jadi perempuan pertama di kampung itu yang berperilaku demikian, seraya mengenakan serual (dan bukan kain) panjang.

Ia tahu orang akan bergunjing sebab itu, tapi ia tak peduli. Ia tetap naik sepeda, seperti ia tetap mempertahankan anaknya yang perempuan bersekolah di Meisjes Vervolgschool. Si Daoed juga dikirimnya ke "sekolah Belanda", yang oleh orang kampung disebut "sekolah kafir".

Djasi'ah memang tak terduga-duga, tapi dunia modern datang kepadanya tak hanya dalam bentuk sepeda, atau tonil dari Betawi, atau topi baret. Dunia itu juga tak datang dalam sebuah ruang yang kosong. Sebab di sana terbentang sebuah masyarakat kolonial yang tegang. Di sana telah hadir Soelaiman, yang kemudian dibuang ke Digul oleh pemerintah, dan Mas Singgih, yang bekerja diam-diam di kalangan kuli perkebunan untuk mencetuskan perjuangan politik.

Kolonialisme sering membawa hal-hal yang tak diniatkannya sendiri. Sang penjajah hendak menetapkan posisi si terjajah di dalam dunia dan sejarah yang terpisah—yang satu "Barat" dan yang lain "Timur", yang satu "modern" dan yang lain "tradisional", yang satu "maju" yang lain "asli". Terkadang kategori itu melekat, tapi tak jarang si terjajah merasa terancam, terjepit, dan ia pun menerobos keterpisahan itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasilnya adalah sebuah mimicry, seperti ketika bunglon mengubah warna tubuhnya mengikuti latar tempatnya menempel. Si bunglon ingin selamat. Orang bisa mencemoohnya, tapi pada saat itu, yang menyamar sebenarnya yang membebaskan diri.

Modernitas sebagai mimicry itulah mungkin yang mendorong Soelaiman menempuh jalan "Belanda" dengan belajar tata buku dan hitung dagang dan bahasa Belanda serta Inggris. Seperti Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer: seorang perempuan yang menerobos batas gender, kelas, warna kulit, dan menyamakan diri setaraf dengan sang Tuan.

Djasi'ah bukan Nyai Ontosoroh. Dunianya—sebagaimana dikenang oleh seorang anak—tak memantulkan ketegangan masyarakat kolonial seperti yang digambarkan Bumi Manusia. Kampung itu teramat damai, rumah terasa teramat rukun, kebun, bunga, tetangga dan hutan terasa sebagai bagian dari sebuah harmoni agung—sebuah gambaran idyllc yang hanya bisa ditangkap oleh nostalgia.

Tapi Emak juga tampaknya bisa menangkap modernitas sebagai mimicry—meskipun kiasan batang air yang saya kutip di atas tetap melekat pada dirinya. Dengan itu, baginya modernitas tampak tumbuh dari dalam, tanpa konflik, bukan dari luar, dari "Barat".

Di keluarga Joesoef yang salih itu, Islam dan ritualnya memang tak menjadi lekang. Di sini agama dihayati sebagai akal, dan sebab itu bisa menangkap apa yang universal. Dengan akal, Djasi'ah, seorang perempuan tak terpelajar di kampung Kota Medan pada awal abad ke-20, bisa menyimpulkan hal yang sama dengan yang disimpulkan seorang filosof Jerman abad ke-19.

Kenapa tidak? Kini orang masih belum capek bergumam tentang "bentrok peradaban" seraya bimbang, mungkinkah ada sesuatu yang "universal" di percakapan kita—sesuatu yang bisa menjangkau orang lain di mana saja, siapa saja. Dewasa ini, dengan semangat "bentrok peradaban", bahkan agama diangkat bukan sebagai salam, tapi sebagai perisai untuk menutup diri.

Pada saat seperti ini, tak ada salahnya kita ingat Emak yang pandai memasak. Dari arah dapurnya ia menemukan kiasan lain. Baginya, lebih baik agama ibarat garam: meresap, menyebar, dan memberikan manfaat di mana-mana, tanpa kelihatan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

1 menit lalu

Mahasiswa pro-Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, di Universitas Columbia di New York City, AS, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jeenah Moon
Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk


Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

1 menit lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendatangi PT Hwa Hok Steel yang memproduksi baja tulangan beton (BjTB) yang tak sesuai Standar Nasional Indonesia di Kabupaten Serang, Banten pada Jumat, 26 April 2024. Produk yang tak sesuai standar itu nantinya akan dimusnahkan. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

Zulhas mengatakan ada 40 pabrik yang memproduksi baja ilegal atau tidak memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).


Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

1 menit lalu

Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim) menunjukkan alat bukti narkoba berupa sabu, narkotika, dan jenis obatan-obatan terlarang di gedung Mabes Polri, Jakarta Pusat, Rabu, 13 Maret 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.


Semifinal Piala Asia U-23 2024: Arya Sinulingga yakin Shin Tae-yong Sudah Pelajari Permainan Uzbekistan

1 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia. Instagram/Rafaelstruick
Semifinal Piala Asia U-23 2024: Arya Sinulingga yakin Shin Tae-yong Sudah Pelajari Permainan Uzbekistan

Arya Sinulingga yakin pelatih Timnas U-23 Indonesia, Shin Tae-yong, sudah pelajari permainan timnas Uzbekistan U-23 jelang semifinal Piala Asia U-23.


Jadwal Piala Thomas dan Piala Uber Sabtu 27 April: Tim Bulu Tangkis Putra dan Putri Indonesia Awali Perjuangan

20 menit lalu

Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting. Kredit: Tim Humas PBSI
Jadwal Piala Thomas dan Piala Uber Sabtu 27 April: Tim Bulu Tangkis Putra dan Putri Indonesia Awali Perjuangan

Tim bulu tangkis putra dan putri Indonesia mengatakan siap untuk bertempur pada laga perdana Piala Thomas dan Piala Uber hari ini.


Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

31 menit lalu

Barang bukti seragam polisi di Ditreskrimum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin, 7 Maret 2022. Penyalahgunaan atribut digunakan tersangka tindakan penipuan, yang berhasil meraih lebih dari Rp1 miliar. TEMPO/Cristian Hansen
Polisi Gadungan Ditangkap Polsek Ciputat Timur, Tipu Korban Untuk Merampas Motor

Unit Reskrim Polsek Ciputat Timur menangkap dua polisi gadungan. Sempat membawa kabur motor korban.


Jadwal Semifinal Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Jepang vs Irak

46 menit lalu

Selebrasi Ramadhan Sananta (kiri), Nathan Tjoe dalam perempat final Piala Asia AFC U-23, Korea Selatan vs Indonesia, di stadion di Abdullah bin Nasser bin Khalifa Stadium, Qatar, Jumat dinihari WIB, 26 April 2024. Indonesia berhasil menang lewat laga dramatis dan adu penalti panjang. Tim Humas PSSI
Jadwal Semifinal Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Jepang vs Irak

Uzbekistan menjadi lawan timnas U-23 Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 2024 setelah mereka mengalahkan Arab Saudi.


Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

1 jam lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron memberikan keterangan kepada wartawan terkait gugatannya terhadap UU KPK ke Mahkamah Konstitusi (MK), di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 15 November 2022. Nurul Ghufron menggugat UU KPK ke MK terkait batas umur minimal pimpinan KPK. TEMPO/Muhammad Ilham Balindra
Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklaim informasi transaksi keuangan merupakan data pribadi yang bersifat rahasia.


PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

1 jam lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB


Pendaftaran Seleksi Mandiri Unpad Dibuka Pekan Depan, Begini Rincian Biaya UKT dan Iuran Masuknya

1 jam lalu

Suasana pelaksanaan Seleksi Mandiri Ujian Tulis Universitas Negeri Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempo/Arimbihp
Pendaftaran Seleksi Mandiri Unpad Dibuka Pekan Depan, Begini Rincian Biaya UKT dan Iuran Masuknya

Biaya UKT bagi mahasiswa baru hasil Seleksi Mandiri Unpad maksimal Rp 30 juta per semester. Iuran masuknya bisa mencapai Rp 195 juta.