Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Korupsi dan Politik

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ahmad Taufik, dosen STIKOM Bandung, mantan kandidat komisioner KPK 2014.

Seorang anggota DPR dari sebuah partai besar memiliki sebidang tanah yang luas di sebuah tempat di Jawa Timur. Dia memang dikenal sebagai seorang pengusaha real estate. Di tengah tanahnya ada sebuah jalan kampung kecil. Sebagai seorang anggota DPR, dia mengusulkan anggaran pembangunan infrastruktur jalan itu atas nama kepentingan publik. Kemudian, anggaran sebesar Rp 120 miliar disetujui panitia anggaran DPR.

Akibat persetujuan itu, setidaknya ada dua keuntungan yang diperoleh anggota DPR dan pengusaha real estate yang memiliki lahan itu. Pertama, dia memperoleh akses jalan tanpa perlu membangunnya sendiri sebagai pengusaha real estate. Kedua, harga tanah miliknya melambung sekian kali lipat karena adanya akses jalan di atas lahan miliknya.

Bisa dibayangkan, hal seperti itu bukan hanya satu, melainkan banyak peristiwa. Hal ini tak terjangkau petugas pemberantasan korupsi. Smooth legal corruption, korupsi resmi yang dilakukan secara perlahan-lahan berbalut anggaran untuk kepentingan publik, tapi sesungguhnya memuat kepentingan pribadi untuk menangguk keuntungan. Dimulai dari perencanaan, sampai pelaksanaannya, korupsi di sini tak terendus petugas pemberantas korupsi.

Korupsi dan politik memang berhubungan erat. Contoh tersebut hanyalah sebagian kecil dari korupsi yang berhubungan dengan (proses) politik. Tak mengherankan jika ada yang menawarkan rumusan korupsi politik atau political corruption. Menurut Ketua Muda Pidana Mahkamah Agung, hakim Artidjo Alkostar, political corruption atau korupsi politik adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan politik (Alkostar, 2009).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Robert G. Thobaben, dalam buku Issues in American Political Life (2005), menyatakan secara sempit korupsi politik mengacu pada tindakan pejabat publik yang tidak jujur dan ilegal, antara lain menerima suap. Dalam arti luas, korupsi dapat mencakup tindakan pejabat publik yang tidak ilegal, tapi terjadi secara integral dalam sistem pemerintahan yang demokratis. Sebagai contoh, pejabat terpilih menerima sumbangan kampanye besar dari individu kaya atau menerima honor saat memberi pidato atau kuliah umum untuk kelompok kepentingan.

Korupsi politik yang dikemukakan Thobaben tersebut memuat elemen pokok bahwa pelaku perbuatan yang tidak jujur dan melawan hukum adalah pemegang kekuasaan politik atau pejabat publik. Korupsi politik merupakan spesies dari genus korupsi yang umum. Lebih tinggi lagi, korupsi politik ada yang disebut top hat crime, korupsi politik yang dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan politik tertinggi, seperti presiden, kepala negara, ketua atau anggota parlemen, dan pejabat tinggi pemerintahan. Korupsi politik memiliki dampak merusak yang lebih dahsyat dibanding korupsi biasa.

Para pelaku korupsi politik, yang mempunyai kekuasaan politik dengan segala kewenangan, kesempatan, dan sarana dapat memperlancar dan memiliki modus operandi dalam memperkaya atau menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau korporasi. Yang dirisaukan banyak orang, pemegang kekuasaan politik itu bisa mengubah aturan untuk melemahkan upaya pemberantasan/penindakan korupsi. Misalnya, dalam UU MD3 atau rencana revisi UU KPK.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengamat: Tanpa Karakter, Generasi Milenial Jadi Politikus Busuk

27 Februari 2018

Pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro. TEMPO/Imam Sukamto
Pengamat: Tanpa Karakter, Generasi Milenial Jadi Politikus Busuk

Agar tidak menjadi politikus busuk, Siti Zuhro menyarankan kepada generasi milenial untuk memiliki bekal pengetahuan cukup.


Ah, Rupanya Setya Novanto Pernah Digelari Pria Paling Tampan  

14 Desember 2015

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto berjalan keluar ruangan seusai menjalani sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 7 Desember 2015. Sidang yang berlangsung tertutup tersebut berlangsung selama kurang lebih lima jam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ah, Rupanya Setya Novanto Pernah Digelari Pria Paling Tampan  

Perjuangan hidup Setya Novanto yang berliku dibenarkan Olis Datau, teman dekatnya di Surabaya.


Istana Setya Novanto, Tak Cuma Memandang Hujan dari Luar  

14 Desember 2015

Kediaman Setya Novanto di Kupang, Nusa Tenggara Timur. tabloidbintang.com
Istana Setya Novanto, Tak Cuma Memandang Hujan dari Luar  

Rumah itu dibangun sesuai dengan karakter Setya dan istri keduanya, Deisti Astriani Tagor.


Setya Novanto dan Istananya yang Megah di Kupang

14 Desember 2015

Kediaman Setya Novanto di Kupang, Nusa Tenggara Timur. tabloidbintang.com
Setya Novanto dan Istananya yang Megah di Kupang

Bangunan ini didirikan Setya Novanto untuk memenuhi beberapa fungsi sekaligus.


Kisah Setya Novanto Hobi Diskusi Bareng Istri di Kamar Mandi

14 Desember 2015

Salah satu kamar mandi di rumah mewah milik Setya Novanto. Yudi Dwi Hertanto/HOME Living
Kisah Setya Novanto Hobi Diskusi Bareng Istri di Kamar Mandi

Setya Novanto dan Luciana Lily Herliyanti sepakat membangun rumah dan mendesainnya bak hotel, bahkan istana.


Politikus Rangkap Jabatan

5 April 2015

Politikus Rangkap Jabatan

Menurut Puan, posisinya di partai selama ini nonaktif dan ia selalu berfokus pada pekerjaan dan tanggung jawab di eksekutif sebagai menteri (Tempo.co, 1 April).


Artidjo: Semua Koruptor Dicabut Hak Politiknya  

19 September 2014

Hakim Agung Artidjo Alkostar. TEMPO/Seto Wardhana
Artidjo: Semua Koruptor Dicabut Hak Politiknya  

"Tapi, kalau jabatan hanya untuk korupsi biasa dan bukan jabatan poltik, tidak tepat dicabut hak politik."


Fahri Hamzah dan Kontroversinya  

19 Agustus 2014

Fahri Hamzah. TEMPO/Imam Sukamto
Fahri Hamzah dan Kontroversinya  

Setidaknya ada lima persoalan yang membuat nama politikus PKS itu menjadi kontroversi.


Puisi dalam Politik Kita

2 Mei 2014

Puisi dalam Politik Kita

Sebenarnya, sejarah puisi adalah sejarah yang luhur. Ketika teologi, filsafat, sains, atau bahkan agama mengalami kejenuhan dalam menjawab teka-teki dan memberi akan keber-Ada-an manusia, maka peradaban berpaling ke puisi. Puisi menjadi semacam Sang Mesias. Menurut penyair metafisik Inggris, John Keats, puisi adalah satu-satunya yang mampu merangkul manusia dalam keterasingannya. Jadi, tak mengherankan jika mistisisme atau sufisme dalam Islam pada akhirnya berpaling ke puisi. Sebab, hanya melalui puisi, pengalaman transenden (ektase) seorang sufi dapat dibahasakan. Keluhuran puisi pula yang membawa Aristoteles justru menilai bahwa puisi harus berperan menciptakan efek katarsis guna menekan nasfu-nafsu rendah.


Survei: Publik Kian Tak Percaya Politikus  

7 April 2013

TEMPO/Machfoed Gembong
Survei: Publik Kian Tak Percaya Politikus  

Karena banyaknya kader partai yang di eksekutif dan legislatif yang terjerat kasus korupsi.