Greg Moriarty, Duta Besar Australia untuk Indonesia
Pada peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan ini, kita diingatkan akan tindak kekerasan mengerikan terhadap perempuan yang terjadi setiap hari-di Australia dan di seluruh kawasan Pasifik, di negara-negara kawasan Samudra Hindia, dan negara lain.
Kekerasan terhadap perempuan terus terjadi sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang paling buruk dan tersebar luas. Walaupun tidak kurang upaya yang telah dilaksanakan di setiap negara, angka statistiknya masih sangat meresahkan.
Secara global, lebih dari satu dari tiga perempuan pernah dipukuli, dipaksa melakukan seks, atau mengalami kekejian dalam bentuk lain, sebagian besar oleh seseorang yang dikenalnya, termasuk suaminya atau anggota keluarga laki-laki lainnya. Di beberapa tempat di Pasifik, tingkat kekerasan yang dilaporkan mencapai dua dari tiga perempuan yang disurvei. Di Australia, satu perempuan dibunuh setiap minggu oleh pasangan atau mantan pasangannya.
Dewan Nasional Australia untuk Mengurangi Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak-anak melaporkan bahwa pada 2009 kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak menimbulkan biaya pada ekonomi Australia sekitar A$ 13,6 miliar. Tanpa disertai tindakan yang tepat, angka ini dapat meningkat menjadi A$ 15,6 miliar pada 2021-2022.
Kekerasan pertama-tama dan terutama mempengaruhi perempuan, juga anak-anak, keluarga, dan komunitas mereka. Bukti internasional memperlihatkan bahwa kita dapat membuat perubahan untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak-anaknya. Untuk ini, kita harus menangani sikap dan perilaku yang melestarikan, membenarkan, serta memberi alasan dan menggagalkan pemberantasan kekerasan seperti itu.
Australia baru-baru ini meluncurkan Rencana Aksi Kedua: Bergerak Maju ke 2013-2016 yang menyatukan masyarakat Australia untuk mengurangi tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak mereka secara signifikan dan berkelanjutan. Selama Rencana Aksi Kedua, kami mengharapkan perubahan budaya dalam masyarakat: perempuan akan mendapat dorongan untuk melaporkan pengalaman-pengalaman mereka; dan lebih banyak lagi anggota masyarakat Australia akan secara aktif menolak kekerasan.
Australia bertekad untuk mendukung dan bermitra dengan negara-negara lain guna mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. Di Indonesia, pemerintah Australia bekerja sama erat dengan lembaga independen pemerintah, yaitu Komnas Perempuan, untuk memastikan pelayanan dan perlindungan berkelanjutan bagi korban tindak kekerasan terhadap perempuan. Sejak 2009, pemerintah Australia telah memberi dukungan sebesar A$ 2 juta kepada Komnas Perempuan untuk pembangunan kapasitas dan pemulihan korban tindak kekerasan.
Perempuan secara khusus rentan terhadap kekerasan pada waktu pecahnya pertikaian, keadaan darurat, dan krisis. Setiap orang, warga, dan pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyuarakan perlawanan atas kekerasan terhadap perempuan. Di tempat kerja kita, di sekolah-sekolah dan universitas-universitas kita, di masyarakat kita dan di rumah kita, kita semua harus katakan "cukup".
Upaya bersama kita diperlukan untuk mencapai perubahan yang mendalam dan lestari di seluruh dunia, tidak hanya untuk perempuan dan anak perempuan, tapi juga untuk kita semua.