Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Darah

Oleh

image-gnews
Iklan

Sering saya ingat anak-anak yang bernyanyi di halaman sebuah sekolah yang tak jauh dari danau. Pagi itu bersih. Lagu itu sudah biasa saya dengar di mana-mana, tapi pada saat macam itu terasa menggetarkan, mungkin karena tempat di dekat Danau Tamblingan itu sunyi, di ujung hutan, rindang oleh pohon yang lebat dan rimbun seperti rahasia. Atau mungkin karena di sudut itu, saya sempat merenung.

Melodi itu bersahaja dan kata-kata itu bukan puisi yang cemerlang. Tanah airku, demikian paduan suara itu terdengar, tak bisa kulupakan, juga dalam pengembaraan yang jauh.

Dari sekolah dusun itu mungkin tak ada anak yang pernah jauh berjalan. Tapi agaknya mereka bisa membayangkan, dari keteduhan Bali Utara itu, bahwa ada sebuah negeri yang senantiasa melekat pada diri—sebuah negeri yang bukan hanya sebuah tempat di peta bumi.

Ada sebentuk nyanyian lain yang dilagukan hampir setiap orang Indonesia sejak kecil. Di sana disebut negeri ini sebagai "tempat lahir", "tempat berlindung di hari tua", dan "tempat akhir menutup mata". Tapi kita tahu "tempat" di kalimat itu juga berarti tanah "tumpah-darah".

"Darah" selalu menerbitkan imaji yang dramatis, apalagi darah yang "tumpah". Kata itu dekat dengan nyawa dan tubuh. "Darah" yang tumpah berasosiasi dengan luka, sengsara, risiko, bahaya, dan sengketa.

Ada beda antara sebuah negeri sebagai sebuah "tempat" dan sebuah negeri sebagai sebuah pengalaman khusus yang melibatkan "nyawa", "tubuh", "luka", "bahaya", dan "sengketa". Dari perbedaan itu kita akan lebih mengerti mengapa sebuah negeri bisa begitu berarti bagi diri kita. Sebab politik, dalam arti proses, prosedur, dan prasarana mengatur kehidupan bersama di sebuah negeri, tak selamanya hanya bersangkutan dengan negosiasi di sekitar ruang dan bahan ("tanah" dan "air"), melainkan juga dengan trauma.

Hampir semua negeri mempunyai trauma, meskipun tak selamanya diakui atau diingat lagi. Yang sulit melupakannya adalah orang Indonesia, Spanyol, atau Afrika Selatan. Mereka, lebih dari orang Singapura atau Abu Dhabi, akan mengerti mengapa sebuah negeri disebut "tumpah darah". Tanah itu sebuah arena publik yang pernah mengalami luka dan melihat diri sendiri tak bisa diterangkan bahkan oleh seorang Habermas.

Dengan darah yang pernah tumpah kemarin, bagaimana kita bayangkan arena publik ini sebagai "demokrasi rembukan" (deliberative democracy) yang menggunakan nalar untuk mencapai kemufakatan? Demokrasi Habermas hanya akan tampak seperti sebuah ruang sidang yang bersih dan rapi, jauh dari jalanan yang dihambat lubang dan reruntukan. Dengan bekas luka yang masih nyeri, tiap rembukan akan dilihat sebagai sekadar siasat. Tak banyak orang percaya bahwa yang kuat dan korup membutuhkan rasionalitas. Posisi si lemah tak selamanya bisa diutarakan dengan nalar. Negara tak selamanya bisa dipercaya.

Habermas menyadari ini dan menunjukkan peran civil society sebagai wali penjaga agar "demokrasi rembukan" bisa berjalan baik dan benar. Harus ada pelbagai perkumpulan masyarakat yang menolak diatur oleh pasar dan dikungkung oleh Negara. Itulah inti civil society atau "masyarakat madani".

Tapi bisa yakinkah kita bahwa "masyarakat madani" akan bisa mendukung rasionalitas? Bisakah ia berada di posisi yang tak akan berat sebelah ketika konflik terbit?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terus terang, saya tak pandai memahami Habermas. Bagi saya ia begitu yakin akan terjadinya konsensus, berkat laku komunikatif, berkat rasionalitas yang tak egosentris. Mungkin ia tak pernah membayangkan sebuah negeri sebagai "tumpah darah". Dalam bahasanya, "negeri [kelahiran]" memang berarti Vaterland, "tanah bapak". Bukan "tanah ibu", bukan "ibu pertiwi" yang merasakan sakit dan cemas ketika si orok dilahirkan.

Dengan metafor "bapak", yang terbayang adalah rasa terlindung, tanpa kekhawatiran. Dengan bayangan "bapak", sengketa Insya Allah akan dikelola hingga terpecahkan. Bahkan konflik hanya akan tampak sebagai lintasan peristiwa di luar proses, semacam aksiden di arena publik.

Tapi mungkin karena Habermas hidup di Eropa, tempat politik dan demokrasi begitu rapi dan mudah ditebak hingga terasa kehilangan élan. Di Indonesia, saya selalu ingat akan "darah" yang "tumpah" dalam kelahiran, perjalanan, dan kematian. Di sini orang hidup dengan risiko, bahaya, sengsara, tapi juga gairah dan pathos. Di sini konflik bukanlah sesuatu di luar proses, bukan "kecelakaan".

Maka orang pun bermimpi tinggi tapi juga kecewa berat. Tapi tidakkah dengan begitu demokrasi penting? Saya mencoba bilang "ya" dan jadi pragmatis. Richard Rorty mengatakan bahwa agenda dan laku politik adalah persoalan "pembaruan yang pragmatis, jangka-pendek, dan kompromi". Bagaimana dengan mimpi dan gelora hati? "Saya akan menyimpan radikalisme dan pathos untuk saat-saat privat," kata Rorty, tapi akan "tetap jadi reformis dan pragmatis bila saya harus berurusan dengan orang lain."

Persoalannya, bagaimana membatasi saat yang privat dengan komitmen politik, di sebuah masyarakat di mana teror dan pengekangan bisa merasuk ke dalam lubuk pikiran yang sendiri. Demokrasi memang sebuah proses politik dengan kerendahan hati. Demokrasi ada karena kita tahu betapa terbatasnya diri, hingga keputusan jangka pendek dan kompromi pun jadi pilihan yang arif.

Tapi apakah itu berarti kita tak perlu mengakui ada hal-hal yang sebenarnya tak terselesaikan, misalnya "keadilan"—dan sebab itu keputusan jangka pendek dan kompromi selalu mengandung cacat? Tidakkah kita harus selalu ingat bahwa ada hal-hal yang retak dan runtuh dan darah yang mungkin tumpah ketika konsensus dibulatkan?

Saya dengarkan terus nyanyian di tepi hutan itu. Mungkin saya salah. Mungkin di dalamnya ada kata "terkenang sayu".

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

7 menit lalu

Tentara Korea Selatan dan AS berfoto setelah latihan tembak bersama di lapangan pelatihan militer di Pocheon pada 14 Maret 2024 sebagai bagian dari latihan militer gabungan tahunan Freedom Shield antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. JUNG YEON-JE/Pool via REUTERS
Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?


Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

10 menit lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy melaksanakan rapat bantuan kemanusiaan untuk Libya di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Jumat, 22 September 2023. Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan kemanusiaan untuk penanganan bencana banjir di Libya berupa logistik dengan menyiapkan 16 jenis barang dan jasa yang rencananya akan dikirimkan pada tanggal 27 September 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

Menko PMK Muhadjir Effendy meminta Sumatera Barat bisa mencanangkan sadar bencana setiap harinya dalam puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024.


Harga Emas Antam Naik Rp 7 Ribu ke Level 1.326.000 per Gram

11 menit lalu

Pekerja tengah memberikan nomer seri pada emas berat 1 kilo di lokasi pembuatan emas Antam, Jakarta, 15 Juni 2015. Tempo/Tony Hartawan
Harga Emas Antam Naik Rp 7 Ribu ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7 ribu ke level Rp 1.326.000 per gram.


ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

18 menit lalu

Bendera AS dan logo TikTok terlihat melalui pecahan kaca dalam ilustrasi yang diambil pada 20 Maret 2024. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.


Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

29 menit lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melantik 3 pejabat eselon I dan 3 pejabat eselon II di Kementerian Perdagangan pada Jumat, 26 April 2024 kemarin. Doc. Istimewa/ Humas Kementerian Perdagangan.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.


Halal Bihalal PKS, Prabowo dan Gibran Tak Hadir

30 menit lalu

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar halalbihalal di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Sabtu, 27 April 2024. Sejumlah pimpinan partai politik hadir dan lembaga negara hadir dalam acara ini. Tempo/Yohanes Maharso
Halal Bihalal PKS, Prabowo dan Gibran Tak Hadir

PKS menggelar halalbihalal di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Sabtu, 27 April 2024.


Gejala dan Penyebab Narsistik yang Perlu Diketahui

32 menit lalu

Ilustrasi anak narsis atau foto selfie. shutterstock.com
Gejala dan Penyebab Narsistik yang Perlu Diketahui

Gangguan kepribadian narsistik rentan menyebabkan banyak masalah jika tak dikendalikan.


May Day, Partai Buruh Sebut akan Ada 50 Ribu Buruh Geruduk Istana

43 menit lalu

Presiden Partai Buruh Said Iqbal berorasi di hari pertama kampanye dalam aksi unjuk rasa buruh di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 28 November 2023. Seluruh serikat pekerja terus mengawal tuntutan kenaikan upah buruh sebesar 15 persen yang akan ditandatangani oleh Pj Gubernur Jawa Barat hari ini. Buruh juga melakukan aksi unjuk rasa dan mogok kerja selama 3 hari sampai 30 November 2023. TEMPO/Prima mulia
May Day, Partai Buruh Sebut akan Ada 50 Ribu Buruh Geruduk Istana

Aksi May Day ini juga akan dilakukan serempak di seluruh Indonesia dengan melibatkan total ratusan ribu buruh


Badan Bank Tanah dan Polri Teken MoU Sinergitas Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

53 menit lalu

Desain Bandara VVIP di IKN. Foto: Istimewa
Badan Bank Tanah dan Polri Teken MoU Sinergitas Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

Badan Bank Tanah menandatangani nota kesepahaman dengan Kepolisian tentang sinergi pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pengelolaan tanah.


Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

1 jam lalu

Ilustrasi pijat bayi. massagemag.com
Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

Tak ada pedoman pasti kapan bayi mulai dapat dipijat untuk pertama kalinya.