Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wang-F

Oleh

image-gnews
Iklan
PADA sebuah dinihari, serdadu-serdadu masuk ke dalam losmen tempat pelukis itu menginap, dan menangkapnya. Dalam cerita Marguerite Yourcenar, Wang-F, pelukis masyhur yang berkelana itu, dihadapkan kepada Maharaja, seorang muda yang menjatuhkan hukuman yang paling mengerikan kepadanya, dengan sebuah alasan: "Kau telah membohongi aku, Wang-F, penipu tua". Sang Putra Kahyangan pun becerita. Ketika ia masih anak, ia mengalami apa yang tak dialami orang lain: "Ayahandaku menyimpan lukisan-lukisanmu di ruang istana yang paling tersembunyi. Menurut dia, tokoh-tokoh dari lukisan itu harus dihindarkan dari pandangan orang awam, karena siapa pun yang melihatnya tak bakal mengerdipkan mata. Dalam ruangan-ruangan itulah aku dibesarkan, Wang-F tua, karena hanya suasana heninglah yang telah disiapkan untuk pertumbuhanku. Agar kepolosan nuraniku tidak terjangkiti jiwa-jiwa manusia, aku dijauhkan dari gelombang kegelisahan bakal rakyatku. Tak seorang pun diperkenankan lewat di depan ambang pintuku, jangan sampai bayangan laki-laki atau perempuan tertangkap mataku." Dalam isolasi itu, si anak kecil, semata-mata ditemani lukisan Wang-F, menemukan lanskap yang tak ditemukan siapa saja di dunia, selama 10 tahun. Ia tak punya perbandingan. Perbandingan hadir ketika kemudian, pada umur ke-16, ia boleh keluar dari kamar. Dan pada saat itulah ia tahu bahwa Wang-F telah memperdayakannya. "Karena engkaulah, laut kusangka mirip genangan air yang luas membentang, sedemikian birunya hingga batu yang terjatuh ke dalamnya pasti akan berubah menjadi batu nilam. Wanita kusangka membuka dan menutup diri seperti bunga, mirip makhluk-makhluk yang bergerak, terdorong oleh embusan angin dalam taman-taman lukisanmu" Ketika perbandingan hadir, dunia dan lukisan di kanvas seakan-akan saling menampik. "Darah para korban penyiksaan tak semerah buah delima yang terlukis di atas kanvasmu. Kutu di daerah pedesaan menutup keindahan persawahan. Tubuh perempuan membuatku jijik, mereka tak ubahnya seperti daging yang bergelantungan di ujung kait tukang jagal." Maka Maharaja muda itu pun mengulangi kesimpulannya: "Kau telah membohongi aku, Wang-F tua. Dunia hanyalah seonggok noda yang memusingkan kepala, dilemparkan ke atas kekosongan oleh seorang pelukis gila." Adakah seni sebuah dusta? Sebuah pengasingan dari realitas? Dalam cerita Yourcenar, Wang-F ditemani Ling, seorang pemuda yang memutuskan menjadi pelayan sang pelukis dalam perjalanan dari kota ke kota. Inilah sebabnya: Ling bersua dengan Wang di sebuah kedai minum, ketika sang pelukis melukis orang mabuk. Di situ Ling menemukan suatu pencerahan. Ia mulai melihat dunia secara lain. Ia tak takut lagi melihat badai, bebas dari rasa ngeri mendengar geledek, karena ia kini bisa "mengagumi kilat yang berwarna pucat dan berbiku-biku". Ia menyadari, dengan kagum, bahwa "dinding rumahnya bukanlah merah seperti yang senantiasa ia pikirkan, melainkan warna buah jeruk yang nyaris membusuk". Sebatang perdu di pelataran yang selama ini tak diperhatikannya jadi seperti "wanita muda yang tengah mengeringkan rambut". Dengan kata lain: Ling menemukan kembali pesona dunia. Hidup merupakan momen dari syukur ke syukur. Tapi di sini persoalan yang berabad-abad diperdebatkan orang muncul kembali: bagaimana hubungan kanvas Wang-F_-dan kanvas siapa pun jugadengan realitas? Wang-F tidak menirukan dunia. Ia membuat dunia lebih indah dari warna aslinya. Mungkin ia bersalah, mungkin ia berjasa. Tapi apa sebenarnya warna asli dunia? Orang berbicara tentang "realisme", dalam kesenian, tetapi "realitas" bagi Sang Maharajayang mualdengan "realitas" bagi Ling, yang terkesima, hadir dalam presentasi yang berbeda. Hidup memang tidak sepenuhnya terjangkau, dan di dalam kekurangan kita, saat yang berharga ialah ketika kita tidak jera dan mandek. Akhirnya di sini kita tak hanya bicara tentang lukisan Wang-F. Kisah itu bukan saja tentang keindahan, tapi datang dengan keindahan: bagaimana Marguerite Yourcenar menghadirkannya. Diterjemahkan oleh Winarsih P. Arifin, karya sastrawan Prancis terkemuka ini (dalam Cerita-Cerita Timur Marguerite Yourcenar, terbitan Yayasan Obor Indonesia, 1999) menghadirkan apa yang juga ditemukan Ling: pesona. Yourcenar, sebagaimana layaknya seorang sastrawan, adalah seorang yang menulis dengan keterperanjatan akan bahasa, sesuatu yang masih terasa bahkan dalam versi Indonesia yang mengagumkan ini. Tiba-tiba kata menjadi begitu berartisehingga kita mengerti bahwa percakapan bukanlah sekadar statemen, melainkan, seperti lukisan Wang-F, sesuatu yang membuat kita tak berkerdip. Ada yang kekal di sanaA thing of beauty is a joy forever. Kalimat Keats itu sudah jadi klise tapi yang indah memang bisa menghibur selama-lamanya, membubuhkan luka selama-lamanya, meskipun benda seni bisa lenyap. Ia seakan-akan roh yang hadir dan pergi ketika kata menjadi dilupakan dan benda jadi aus. Tapi apa arti roh tanpa tubuh yang tak sempurna di dunia? Keindahan tidak bisa menjadi total. Ketika ia merangkum total, ia abstrak, dan manusia dan dunia tidak mengejutkan lagi. Ia tak layak dan tak penting lagi untuk ada sebagaimana dirinya. Syahdan, istri Ling pun membunuh diri. "Pada suatu hari ia ditemukan mati tergantung di dahan pohon prem merah jambu. Ujung selendang yang mencekiknya meliliti rambutnya. Ia terlihat lebih ramping dan tanpa cela seperti wanita-wanita jelita yang dipuji-puji para penyair masa lalu. Wang-F melukisnya untuk terakhir kali, karena ia menyukai rona hijau yang menyalut raut wajah orang mati. Sementara itu, Ling, muridnya, menumbuk cat. Pekerjaan itu sedemikian menuntut perhatiannya sehingga ia lupa menitikkan air mata". Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

51 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.