Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rekonsiliasi Golkar, Mungkinkah?

image-profil

image-gnews
Iklan

M. Alfan Alfian, Dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta

Sepanjang sejarah politik era Reformasi, baru kali ini Golkar, yang kemudian menjadi Partai Golkar, diterpa badai perpecahan yang sangat parah. Terlepas dari dalih masing-masing pihak yang berseteru, fakta membuktikan Golkar telah terbelah menjadi dua kepengurusan hasil dua musyawarah nasional (munas) yang diselenggarakan dalam waktu yang berdekatan, yakni Munas Bali dan Jakarta. Masing-masing pihak telah menyampaikan susunan kepengurusan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk disahkan. Dari sini, pemerintah dituntut bersikap obyektif dan netral, sementara konflik terus berlanjut di ranah pengadilan.

Pola konflik seperti ini nyaris sama dengan yang tengah dialami Partai Persatuan Pembangunan. Kesamaan juga terletak pada konteks perkembangan politik setelah pemilihan presiden 2014. Kebetulan, PPP dan Golkar dalam pilpres tersebut berada dalam satu perahu untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang kemudian membentuk suatu koalisi yang menegaskan posisi politik mereka di luar pemerintah sebagai penyeimbang. Pecahnya PPP dan Golkar tidak menutup spekulasi adanya kepentingan pemerintah dalam mengubah peta politik.

Faktor eksternal atau perkembangan politik di luar partai tentu tidak dapat dinafikan dalam mencermati pola perpecahan aneka parpol kita dewasa ini. Umumnya, pembelahan terjadi saat kelompok yang tetap ingin berada di luar pemerintah berhadapan dengan pihak yang ingin sebaliknya. Dalam kasus Golkar dan, dalam batas-batas tertentu, PPP, konflik yang ada diwarnai isu demokrasi internal. Namun yang mengejutkan adalah keberanian masing-masing kelompok melakukan manuver politik yang berujung pada dua versi munas dan perang klaim.

Terlepas dari klaim ideologis dan dalih masing-masing pihak, motif kepentingan pragmatis antara pihak-pihak yang bertikai terasa mengemuka. Hal ini sesungguhnya mempertegas saja fenomena yang sama dengan pecahnya aneka parpol pada era Reformasi, yang bermuara pada terbentuknya aneka parpol baru. Apakah kasus pecahnya Golkar dan juga PPP dewasa ini juga akan berujung pada muara yang sama? Apakah akhir dari kisah konflik mereka adalah parpol-parpol baru? Jawabnya bisa ya, bisa juga tidak. Mengapa demikian? Sebab, baik Golkar maupun PPP masih punya peluang untuk melakukan rekonsiliasi.

Bagaimana peluang rekonsiliasi Golkar? Karena pola konfliknya relatif bersifat elitis, peran para elite Golkar dari kedua kubu sangat menentukan. Rekonsiliasi Golkar merupakan sesuatu yang niscaya justru karena masing-masing elite dibayangi oleh kebesaran partainya. Karena itu, pola zero sum game masih bisa dihindari. Kendalanya memang lebih besar. Ketika proses penyatuan kembali parpol dilakukan, konflik yang merebak telah berkembang begitu jauh dan melembaga.

Namun kendala demikian masih bisa dirobohkan asalkan masing-masing pihak menurunkan ego politik dan posisi tawar masing-masing sembari berikhtiar mencari titik temu yang elegan. Karena politik terkait dengan konteks kekuasaan, rekonsiliasi nantinya juga tidak lepas dari rumus politik Harold D. Laswell, yakni "siapa mendapat apa dan bagaimana". Perspektif demikian tidak dapat dilepaskan, kecuali ada motif ideologis yang lebih besar ketimbang motif pragmatis yang mengemuka secara merata di kalangan elite yang bertikai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Motif ideologis pernah mengemuka pada masa berdirinya Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar pada 20 Oktober 1964. Organisasi yang digerakkan oleh Angkatan Darat ini merupakan wadah bagi kelompok-kelompok anti-komunis. Pada era Orde Baru, unsur pragmatis mulai mengemuka, meski Golkar sekadar berposisi sebagai party of the ruler alias parpolnya penguasa, bukan the ruling party atau parpol yang berkuasa. Pada masa Reformasi awal, ketika Akbar Tandjung menjadi pemimpin, motif mempertahankan eksistensi Golkar lebih dominan, meski setelah Munas Bali pada akhir 2004 motif pragmatis semakin besar hingga dewasa ini.

Meski demikian, Golkar memiliki para sesepuh dan tokoh-tokoh senior yang berpotensi mempersatukan kembali elite-elite yang bertikai. Keberadaan mereka penting, mengingat partai ini berbeda dengan beberapa partai lainnya. Golkar memang bukan bercorak "partai dinasti", yang ditandai oleh sosok sentral yang kuat. Mereka harus turun gunung untuk mengupayakan terwujudnya Golkar bersatu. Namun inisiatif rekonsiliasi Golkar juga bisa hadir dari kalangan muda. Misalnya, di lingkup kalangan muda, kedua kubu melebur dalam gerakan rekonsiliasi dan mendesak elite-elite yang bertikai untuk merekat kembali dalam satu Golkar milik semua.

Karena sudah ada dua versi kepengurusan Golkar saat ini, dalam konteks rekonsiliasi, kedua belah pihak yang bertikai sebaiknya berikhtiar mendinginkan suasana. Konflik harus disikapi secara damai sehingga tidak terjadi lagi kekerasan fisik. Kesabaran para elite yang menginginkan rekonsiliasi dari kedua kubu memang diuji betul dalam konflik Golkar kali ini. Namun ikhtiar rekonsiliasi tetap ada batasnya. Rekonsiliasi bisa terwujud lebih cepat atau bersamaan dengan persiapan menjelang Pemilu 2019. Namun, kalau lebih dari itu, pola zero sum game-lah yang terjadi. Walhasil, hal itu berarti mungkin akan ada parpol baru baik sebelum maupun sesudah 2019.

Apa pun ujung dari perpecahan Golkar kali ini, semua pihak tetap harus dapat menarik pelajaran soal mengapa parpol bisa pecah dan betapa pentingnya parpol yang kuat. Golkar bisa kembali bersatu dan tetap menjadi parpol besar, atau memilih menjadi fosil. Semua itu bergantung pada para elitenya, terutama seberapa canggih mereka merekonsiliasi diri.*


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Bendera dan Atribut Partai menghiasi lokasi berlangsungnya Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 6 Desember 2014. Munas tandingan yang dilaksanakan oleh Presidium Penyelamat Partai Golkar ini rencananya akan dihadiri oleh 240 DPD provinsi dan kabupaten/kota. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?


Munaslub Golkar, Benarkah untuk Lengserkan Airlangga Hartarto? Begini Pro-Kontra Para Tokoh

31 Juli 2023

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kiri) berbincang dengan Sekjen Lodewijk Freidrich Paulus (kedua kanan) usai melakukan pertemuan dengan jajaran ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Provinsi se-Indonesia di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu 30 Juli 2023. Dalam pertemuan itu seluruh jajaran DPD Partai Golkar Provinsi se-Indonesia menyatakan menolak isu musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) dan akan terus fokus memenangkan Golkar dalam Pemilu 2024 di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Munaslub Golkar, Benarkah untuk Lengserkan Airlangga Hartarto? Begini Pro-Kontra Para Tokoh

Kader Partai Golkar ada yang mengusulkan munaslub Golkar menjelang Pemilu 2024, apakah upaya mendongkel Airlangga Hartarto? Ini pro-kontra para tokoh.


Klaim Partainya Solid, Politikus Golkar Tegaskan Tak Akan Ada Munaslub

30 Juli 2023

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto bersiap memberikan keterangan usai melakukan pertemuan dengan Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Puan Maharani di Jl Tirtayasa Raya No 32, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Juli 2023. Dalam pertemuan tersebut keduanya membahas soal isu politik terkini jelang pemilu 2024. Selain itu usai pertemuan berlangsung Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan bunga berwarna kuning dan merah kepada Ketua DPP PDIP Puan Maharani, pemberian bunga tersebut sebagai ungkapan bunga politik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Klaim Partainya Solid, Politikus Golkar Tegaskan Tak Akan Ada Munaslub

Hetifah mengingatkan seluruh anggota Golkar agar mengabaikan isu adanya Munaslub yang menurut dia sengaja dimunculkan oleh kelompok tertentu.


Pro-Kontra Politikus Golkar soal Munaslub Lengserkan Airlangga Hartarto

27 Juli 2023

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri), dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung (tengah) dalam rapat kerja nasional (Rakernas) di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Minggu, 4 Juni 2023. Rakernas tersebut membahas rencana kerja dalam rangka pemenangan Partai Golkar di Pemilu 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pro-Kontra Politikus Golkar soal Munaslub Lengserkan Airlangga Hartarto

Wacana Munaslub Golkar untuk melengserkan Ketum Airlangga Hartarto menuai pro-kontra dari kalangan politikus Golkar.


Soal Munaslub untuk Dongkel Airlangga, Politikus Golkar: Tak Ada Atensi Kami untuk Itu

26 Juli 2023

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melkiades Laka Lena saat memimpin rapat kerja Komisi IX DPR pengesahan RUU Kesehatan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 19 Juni 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis
Soal Munaslub untuk Dongkel Airlangga, Politikus Golkar: Tak Ada Atensi Kami untuk Itu

Melki Laka Lena menyebut gonjang ganjing Partai Golkar merupakan hal yang biasa terutama menjelang penentuan capres dan cawapres.


Airlangga Hartarto Sebut 4 Poin Penting Hasil Munaslub Golkar

20 Desember 2017

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan sambutan saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, 18 Desember 2017. Rapimnas tersebut membahas hasil rapat pleno DPP Partai Golkar serta membahas sikap Golkar dalam mendukung kembali Joko Widodo sebagai calon presiden di Pemilu 2019. ANTARA FOTO
Airlangga Hartarto Sebut 4 Poin Penting Hasil Munaslub Golkar

Dalam Munaslub Golkar, Airlangga Hartarto dikukuhkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Setya Novanto.


Kursi Sekjen Golkar Jadi Rebutan, Ini Nama-nama Kandidatnya

20 Desember 2017

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (keempat kiri) bergandengan tangan bersama Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (kanan), Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie (kiri), Ketua Harian  Nurdin Halid (kiri), Ketua Dewan Pakar Agung Laksono (ketiga kanan), Wakil Ketua Dewan Kehormatan Akbar Tanjung (keempat kanan) dan Katua bidang Kaderisasi Gokar Ibnu Muzir (kedua kanan) saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, 18 Desember 2017.  ANTARA FOTO
Kursi Sekjen Golkar Jadi Rebutan, Ini Nama-nama Kandidatnya

Airlangga Hartarto disebut-sebut akan merombak kepengurusan Partai Golkar, posisi Sekjen Golkar menjadi salah satu yang bakal dirombak.


Berikut Posisi di Golkar yang Bakal Dirombak Airlangga Hartarto

20 Desember 2017

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kanan) berjabat tangan dengan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham (kedua kiri) disaksikan Bendahara Umum Robert J Kardinal (kanan) saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, 18 Desember 2017. ANTARA FOTO
Berikut Posisi di Golkar yang Bakal Dirombak Airlangga Hartarto

Politikus Golkar, Ahmadi Noor Supit, menuturkan bahwa ada beberapa posisi penting yang bakal dirombak oleh Airlangga Hartarto.


Golkar Rombak Pengurus, Idrus Marham Diganti Eko Wiratmoko?

19 Desember 2017

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kedua kanan) berjabat tangan dengan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham (kedua kiri) disaksikan Bendahara Umum Robert J Kardinal (kanan) saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, 18 Desember 2017. ANTARA FOTO
Golkar Rombak Pengurus, Idrus Marham Diganti Eko Wiratmoko?

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bakal merombak besar-besaran kepengurusan Golkar.


Cerita Jokowi Saat Ketua DPD Golkar Izin Mencalonkan Airlangga

19 Desember 2017

Presiden Jokowi (kedua kanan) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan), Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri) dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kiri) berbicang disela-sela foto bersama dengan penerima Anugerah Tanda Kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial Donor Darah Sukarela di Istana Bogor, 17 Desember 2017. ANTARA
Cerita Jokowi Saat Ketua DPD Golkar Izin Mencalonkan Airlangga

Jokowi mengisahkan saat para ketua DPD I Golkar sowan ke Istana Bogor untuk memberi tahu soal pencalonan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Golkar.