Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jokowi, dan Bangsa yang Pemurah

image-profil

image-gnews
Iklan

Agus Sudibyo, Direktur Eksekutif Matriks Indonesia, Redpel Jurnal Prisma

Tahun 2014 adalah tahun politik. Bangsa Indonesia menyelenggarakan hajat besar pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden. Dari segi penyelenggaraan, ini adalah pemilu yang paling heboh dan penuh konflik. Begitu keras pertentangan politik diametral yang terjadi, begitu kasar kampanye negatif yang dilakukan, begitu masif politik uang yang dipraktekkan, serta begitu kasar pelanggaran dan kecurangan yang dilakukan para tim sukses. Kontroversi, silang pendapat, dan perang opini terus terjadi sejak awal tahun, bahkan hingga saat ini ketika pemilu telah selesai jauh-jauh hari.

Hiruk-pikuk politik itu tampaknya membuat masyarakat lelah. Masyarakat jenuh dengan situasi politik yang terus memanas. Masyarakat juga jengah dengan semua bentuk omong kosong para politikus. Masyarakat ingin segera beranjak ke normalitas keadaan, kembali ke pekerjaan dan kehidupan masing-masing. Masyarakat berpikir, hiruk-pikuk politik seharusnya hanya terjadi lima tahun sekali, selebihnya biarkanlah roda kehidupan sosial-ekonomi berputar secara alamiah, normal, tanpa direcoki gejolak pada aras kehidupan politik.

Inilah salah satu penjelasan mengapa respons masyarakat terhadap keputusan pemerintah menaikkan harga BBM terkesan biasa-biasa saja. Tidak ada kehebohan seperti yang dibayangkan, tidak terjadi drama protes sosial sebagaimana pernah terjadi sebelumnya. Yang ada hanyalah demonstrasi-demonstrasi yang bersifat sporadis.

Sebagian pengamat menyatakan respons masyarakat yang biasa-biasa itu ada karena popularitas Presiden Jokowi yang masih tinggi. Tapi benarkah masyarakat sedemikian fanatik terhadap presidennya sehingga keputusan yang jelas-jelas memberatkan kehidupan masyarakat pun diterima tanpa keberatan berarti? Bisa jadi benar kenaikan harga BBM sulit dihindari oleh pemerintah. Namun kenaikan harga sekitar Rp 2.000 itu jelas menyusahkan rakyat banyak. Menurut saya, mayoritas bangsa Indonesia kecewa atas kenaikan harga BBM, dan menyesal mengapa Presiden Jokowi tidak mengambil langkah lain.

Namun sebagaimana telah dijelaskan, bangsa Indonesia sudah capek dengan hiruk-pikuk politik. Masyarakat tidak menginginkan gonjang-ganjing politik yang ujung-ujungnya hanya dimanfaatkan oleh para politikus untuk maksud-maksud partikular, tanpa menghasilkan solusi yang sungguh-sungguh menguntungkan masyarakat. Mungkin kedengarannya seperti fatalis. Namun masyarakat Indonesia sudah menganggap kenaikan gradual harga-harga kebutuhan bahan pokok sebagai suatu keniscayaan yang akan terjadi terus-menerus. Mereka umumnya menganggap kenaikan biaya hidup sebagai suatu rutinitas tahunan, sebagai suatu normalitas, yang tidak pernah sungguh dipersoalkan apa penyebabnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di pedesaan pulau Jawa, masyarakat sudah terbiasa menyebut uang sejuta rupiah dengan sebutan "sewu" yang artinya adalah seribu rupiah. Realitas ini secara simbolis menunjukkan kenaikan gradual harga-harga kebutuhan pokok dan biaya hidup sampai kepada keadaan yang sangat ekstrem: uang sejuta rupiah sama nilainya dengan uang seribu perak. Masyarakat umumnya menerima keadaan ini sebagai konsekuensi "perubahan zaman" dan jarang sekali sungguh-sungguh mempersoalkannya secara politis. Sepertinya masyarakat sadar bahwa negara memang selalu hadir ketika membutuhkan rakyatnya, ketika menuntut ketaatan warganya, namun sebaliknya, negara sering absen ketika benar-benar dibutuhkan rakyatnya.

Presiden Jokowi patut merasa beruntung hidup di dalam masyarakat yang pemurah dan mudah menerima keadaan. Masyarakat yang tidak banyak menuntut para pemimpinnya. Masyarakat yang terbiasa menyelesaikan sendiri kesulitan hidupnya, tanpa banyak menunggu uluran tangan pemerintah, masyarakat yang bahkan mungkin masih memendam trauma berhadap-hadapan dengan birokrasi. Presiden Jokowi juga patut berterima kasih kepada masyarakat Indonesia. Andai saja muncul reaksi penolakan keras dari akar rumput atas keputusan menaikkan harga itu, kesulitan Presiden Jokowi niscaya berlipat-lipat. Tuntutan interpelasi menemukan sumbu ledaknya.

Sejarawan menyatakan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang pemaaf. Bangsa yang mudah memaafkan kesalahan atau kelemahan para pemimpinnya. Celakanya, makna "pemaaf" di sini begitu dekat dengan makna pelupa. Masyarakat lupa Presiden Jokowi pada masa lalu juga pernah menolak ide kenaikan harga BBM. Masyarakat juga lupa PDIP dan Megawati paling galak dalam menolak rencana pemerintah SBY mencabut subsidi BBM suatu ketika. Jika saja ingat akan hal itu, masyarakat mungkin tetap memaklumi kenaikan harga BBM, namun menyayangkan sikap inkonsisten para pemimpinnya.

Selanjutnya, bagaimana Presiden Jokowi akan membalas kemurahan hati bangsa Indonesia itu? Presiden Jokowi harus membuktikan tekad memberantas mafia migas bukan sekadar retorika yang akan layu-sebelum-berkembang. Presiden Jokowi juga harus membuktikan, pemerintahannya lebih baik dalam mewujudkan kedaulatan rakyat atas pengelolaan energi dan sumber daya alam di Indonesia. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Kutuk Pengesahan 3 RUU Israel yang Cap UNRWA sebagai Organisasi Teroris

2 hari lalu

Anak laki-laki Palestina berdiri di dekat jendela rusak ruang kelas di sekolah UNRWA, setelah serangan udara terhadap rumah tetangga sekolah di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, 21 Juni 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Indonesia Kutuk Pengesahan 3 RUU Israel yang Cap UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel atau Knesset mengesahkan tiga RUU yang akan menutup operasi UNRWA dan menetapkannya sebagai organisasi teroris.


India Siap Kerja Sama dengan Indonesia dalam Skema Makan Siang Gratis untuk Murid-murid Sekolah Negeri

5 hari lalu

Kantin sekolah. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
India Siap Kerja Sama dengan Indonesia dalam Skema Makan Siang Gratis untuk Murid-murid Sekolah Negeri

India membuka pintu kerja sama dengan Indonesia untuk membuat pilot project makan siang gratis bagi murid-murid di sekolah negeri.


Orang Indonesia Dirikan Warkop di Swiss, Obati Rindu Kopi dari Tanah Air

5 hari lalu

Alista Ponti, pemilik kedai kopi Omnia Coffee di Zurich, Swiss. Foto: Krisna Akassa
Orang Indonesia Dirikan Warkop di Swiss, Obati Rindu Kopi dari Tanah Air

Kopi Indonesia diusung oleh pasangan suami istri asal Swiss di kedai kopi Omnia Coffee. Mengobati rindu akan kopi di tanah air.


Indonesia Sambut Fatwa Hukum ICJ tentang Pendudukan Israel di Palestina

6 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengenakan syel keffiyeh khas Palestina saat akan membacakan opini hukum di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, pada Jumat 23 Februari 2024. Istimewa
Indonesia Sambut Fatwa Hukum ICJ tentang Pendudukan Israel di Palestina

Indonesia mendukung pandangan ICJ agar semua negara dan PBB tidak mengakui situasi yang ditimbulkan dari keberadaan ilegal Israel di Palestina


Digelar 19 Juli-4 Agustus, Inilah 2 Hal yang Baru dari Piala Presiden 2024

9 hari lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir (kiri) dan Ketua Steering Committee Piala Presiden Maruara Sirait (kanan) dalam sesi jumpa pers Piala Presiden 2024 di SCTV Tower, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 15 Juli 2024. TEMPO/Randy
Digelar 19 Juli-4 Agustus, Inilah 2 Hal yang Baru dari Piala Presiden 2024

Piala Presiden 2024 resmi akan bergulir pada 19 Juli 2024 dengan beberapa hal baru. Apa saja?


Ini Makna Logo HUT ke-79 RI

10 hari lalu

Ini Makna Logo HUT ke-79 RI

Pemerintah telah mengumumkan logo dan tema untuk peringatan HUT ke-79 RI. Berikut maknanya.


Indonesia Tingkatkan Kontribusi ke UNRWA

11 hari lalu

Presiden Joko Widodo memberikan pena kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) RI untuk Republik Perancis merangkap Kepangeranan Andorra Keharyapatihan Monaco dan UNESCO Arrmanatha Nasir ketika pelantikan di Istana Negara Jakarta, Senin 7 Januari 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Indonesia Tingkatkan Kontribusi ke UNRWA

Indonesia meningkatkan kontribusi sukarela reguler ke UNRWA sebesar US$1,2 juta per tahun mulai 2024 dan hibah sebesar US$2 juta.


DJP Resmikan Pusat Pajak Indonesia di Australia, INTACT Australia

13 hari lalu

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, Kamis, 4 Maret 2021. TEMPO/Subekti.
DJP Resmikan Pusat Pajak Indonesia di Australia, INTACT Australia

INTACT Australia adalah satu-satunya pusat pajak Indonesia di Australia dan salah satu dari dua pusat internasional di dunia


AS dan Indonesia Teken Pengalihan Utang untuk Lindungi Ekosistem Terumbu Karang

15 hari lalu

Penduduk lokal tengah berenang di antara terumbu karang di Pulau Kebori, Kepulauan Padaido, Biak, Papua, 11 Oktober 2015. TEMPO/Tony Hartawan
AS dan Indonesia Teken Pengalihan Utang untuk Lindungi Ekosistem Terumbu Karang

Pengalihan utang senilai US$ 35 juta (Rp 564 miliar) itu akan menjadi investasi yang penting bagi konservasi terumbu karang Indonesia.


Kementerian Luar Negeri Sebut Indonesia Jadi Contoh Negara yang Berhasil Jaga Persatuan dengan Toleransi

15 hari lalu

Seorang pria bersepeda melintas di dekat Gereja Katolik Santo Petrus (kanan), Grha Layanan Kristen (tengah), dan Masjid At-Taqwa (kiri) di Universitas Pancasila, Jakarta, Jumat, 24 Desember 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kementerian Luar Negeri Sebut Indonesia Jadi Contoh Negara yang Berhasil Jaga Persatuan dengan Toleransi

Indonesia merupakan contoh negara yang berhasil meneguhkan persatuan nasional dengan toleransi dan keselarasan antar kelompok agama