Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Garis

image-profil

image-gnews
Iklan

Bagja Hidayat, @hidayatbagdja

JALANAN, kata orang, adalah miniatur peradaban.

Di sebuah perempatan di dekat pasar Kyoto, tak jauh dari istana kaisar zaman Edo, sepeda motor, sepeda angin, dan mobil-mobil kotak pengantar barang ke kios-kios berhenti di mulut jalan begitu para pejalan menyeberang. Tak ada klakson, tak ada yang memaju-mundurkan sepeda untuk meneror pejalan kaki yang lelet. Seorang sopir mobil kotak, saya lihat, malah membuka dan menulis buku catatannya di atas stir. Mereka baru bergerak begitu perempatan telah benar-benar kosong.

Tak ada lampu lalu lintas di perempatan dua meter itu, tak ada marka dan garis zebra, apalagi "pak ogah" atau polisi. Hukum positif dan hukum sosial seolah menyatu dan punya tangan tak terlihat untuk menggerakkan rem para pengendara begitu mereka lihat para pejalan hendak menyeberang. Mereka menunggu dengan sabar dan menjalankan kendaraannya pelan-pelan, seolah cemas akan ada penyeberang sembarangan di perempatan lain yang lebih sempit.

Di jalanan Jepang yang lebih besar, hukum hadir lewat garis dan marka, serta lampu-lampu penanda. Juga kesepakatan tak tertulis: di jalanan, hati-hati saja tak cukup karena mungkin akan ada pengendara lain yang ceroboh sehingga kecelakaan tak terhindarkan. Polisi tak berjaga dengan waspada mencari mereka yang melanggar hukum lalu lintas. Orang turut pada tanda, wakil-wakil hukum yang tak bisa menilang dan mendenda.

Di Jakarta, bahkan para polisi yang berdiri di ujung jalur busway tak lagi ditakuti. Trotoar yang tinggi dipanjat sepeda motor, apatah lagi pemisah jalan Transjakarta yang hanya batu bata. Kursi untuk ibu hamil, anak-anak, dan penumpang sakit di kereta diduduki oleh mereka yang muda untuk pura-pura tidur. Maka, di setiap ujung jalan perlu dipasang portal, perlu satpam di kereta untuk mengingatkan penumpang salah kursi. Betapa mahal ongkos ketertiban.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka yang nyaman di jalan adalah yang punya uang dan kuasa, karena kemacetan bisa dibelah dengan voorijder, mobil-mobil menyisihkan sepeda motor atau, sebaliknya, sepeda motor menghalau para pejalan kaki dari jalur pedestrian. Hierarki ini seolah kesepakatan tak tertulis para pengguna jalan-jalan kita. Maka, pemerintah Jakarta melarang sepeda motor masuk jalan protokol untuk melapangkan jalur mobil-mobil.

Kita pun menemukan penyebabnya: ketidaktertiban diakibatkan ketidakbecusan pemerintah mengatur dan membangun sarana umum yang nyaman. Birokrasi amat lelet mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh kehadiran sepeda motor dan mobil. Pemerintah menggenjot ekonomi sehingga orang punya pekerjaan dan uang untuk membeli dua alat transportasi itu, tapi lelet membangun jalan untuk menampungnya.

Kota-kota dibangun dan ditumbuhkan seraya melupakan ciri utama penghuninya, yakni gerak gegas dan ketergesaan. Di kota, waktu adalah uang dan peluang karena hidup diukur dari produktivitas yang dibatasi tenggat. Dan produktivitas ditentukan oleh seberapa banyak gerak gegas itu. Dengan kebutuhan yang menekan, ketidaktertiban menjadi pilihan karena ruang untuk gerak gegas kian sempit.

Masalahnya, yang ironis juga meruyak di mana-mana. Pemerintah membangun jalan yang nyaman dan mulus, tapi anak-anak muda memakainya untuk kebut-kebutan. Jalan mulus dan rapi itu pun dirusak kembali oleh kehadiran "polisi tidur". Kita pun berputar terus dalam lingkaran setan kekacauan….*


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ada Proyek Pembangunan, Beban Jalan Kalimalang Bekasi Meningkat

15 April 2018

Bekasi Lebarkan Jalan Kalimalang
Ada Proyek Pembangunan, Beban Jalan Kalimalang Bekasi Meningkat

Pembangunan jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di sekitar Caman sampai dengan Jakasampurna.


Jalan Dewi Sartika Bekasi Berubah Jadi Dewi Persik di Google Maps  

7 Agustus 2017

Jalan Dewi Sartika, Margahayu, Bekasi, di google maps berubah menjadi Jalan Dewi Persik. google.com
Jalan Dewi Sartika Bekasi Berubah Jadi Dewi Persik di Google Maps  

Warga Bekasi kaget karena nama Jalan Dewi Sartika di Bekasi Timur berubah menjadi Jalan Dewi Persik di aplikasi Google Maps.


DKI Kembangkan Area Pejalan Kaki Tersambung dengan MRT  

17 Juli 2017

Cuplikan video Koalisi Pejalan Kaki yang diancam  tukang ojek saat pakai trotoar untuk parkir motor di  Kebon Sirih Jakarta. youtube.com
DKI Kembangkan Area Pejalan Kaki Tersambung dengan MRT  

Yusmada Faizal mengatakan akan mengembangkan area pejalan kaki atau trotoar yang langsung tersambung dengan transportasi Transjakarta dan LRT.


Sultan Minta Jalan-jalan Sirip Sekitar Malioboro Dibenahi

12 Juli 2017

Jalan Malioboro, Yogyakarta. ANTARA/Noveradika
Sultan Minta Jalan-jalan Sirip Sekitar Malioboro Dibenahi

Gubernur DIY Sri Sultan HB X meminta jalan-jalan sirip di kawasan Malioboro, Yogyakarta, ditata supaya tidak kumuh.


Menteri Basuki Sebut Ruas Ciganea-Padalarang Mulai Diperbaiki

15 Maret 2017

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basoeki Hadimoeljono melihat pameran infrastruktur dan perumahan untuk rakyat di Parkir Selatan Istora Senayan, Jakarta, 28 November 2015. Pameran tersebut diselengarakan 28-29 November 2015. Tempo/ Aditia Noviansyah
Menteri Basuki Sebut Ruas Ciganea-Padalarang Mulai Diperbaiki

Bupati Dedi mengatakan perbaikan ruas jalan ini diperlukan karena kerusakan sudah berlangsung cukup lama dan mengganggu warga.


Bayar BPJS, Ongkos Transpor Warga Gunung Mas Rp 500 Ribu

3 Oktober 2016

Seorang anak mandi di tepi sungai Kumba saat ibunya tengah mencuci baju di Jagoi Babang, Kalimantan Barat, 30 Januari 2016. Di desa pedalaman ini, akses pembangunan masih kurang memadai. TEMPO/Subekti
Bayar BPJS, Ongkos Transpor Warga Gunung Mas Rp 500 Ribu

Kesulitan transportasi, Bupati Gunung Mas meminta kelonggaran waktu membayar iuran BPJS bagi warganya agar tidak didenda.


Gandeng Singapura, Bandung Terapkan Transportasi Sepeda Sewa

30 Agustus 2016

Sxc.hu
Gandeng Singapura, Bandung Terapkan Transportasi Sepeda Sewa

Pemerintah Kota Bandung melakukan inovasi dalam bidang transportasi publik ramah lingkungan dengan menerapkan sistem sepeda sewa.


Liliyana Natsir Diusulkan Jadi Nama Jalan, Ini Alasannya  

30 Agustus 2016

Presiden Joko Widodo (kiri) menerima atlet penyumbang medali emas bagi Indonesia di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir di Istana Merdeka, Jakarta, 24 Agustus 2016. Para atlet sebelumnya berpawai menggunakan bus terbuka sebelum bertemu Jokowi. Tempo/Aditia Noviansyah
Liliyana Natsir Diusulkan Jadi Nama Jalan, Ini Alasannya  

Nama Liliyana juga diusulkan menjadi nama salah satu maskot atau teladan Kota Manado.


Kondisi Mulus, Jalur Selatan Siap Dilalui Pemudik  

12 Juni 2016

Antrean kendaraan pemudik padati ruas Jalan Lingkar Gentong, Tasikmalaya, Jawa Barat, 1 Agustus 2014. Masuki H+4 lebaran, arus balik yang lintasi jalur selatan masih ramai lancar. ANTARA/Adeng Bustomi
Kondisi Mulus, Jalur Selatan Siap Dilalui Pemudik  

Meski jalan sudah mulus, pemudik tetap diminta berhati-hati saat melintas di wilayah Gentong.


Jokowi Janji Jalan Kalimantan-Malaysia Rampung 2019

22 Maret 2016

Pekerja merakit lampu penerangan jalan umum di jalan By Pass Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat. 15 Juli 2014. 246 lampu dipasang dari pintu keluar tol Palimanan sampai perbatasan Cirebon-Indramayu. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Jokowi Janji Jalan Kalimantan-Malaysia Rampung 2019

Presiden Joko Widodo menjanjikan pembangunan jalan lintas perbatasan di Pulau Kalimantan dengan perbatasan Malaysia rampung paling lambat pada 2019.